Aturan Baru Pendakian Gunung Fuji Jepang Berlaku Mulai 1 Juli 2024, Simak Detailnya

Gunung Fuji, ikon Jepang dan situs Warisan Dunia UNESCO, menerapkan biaya masuk dan membatasi jumlah pendaki per hari untuk mengatasi kepadatan dan menjaga kelestarian gunung.

oleh Dinny Mutiah diperbarui 01 Jul 2024, 16:45 WIB
Gunung Fuji terlihat dari pinggiran kota Fujiyoshida, prefektur Yamanashi, Jepang, pada Kamis (22/4/021). Gunung Fuji, yang terletak di perbatasan antara Prefektur Yamanashi dan Prefektur Shizuoka, adalah gunung tertinggi di Jepang (3776 meter). (Behrouz MEHRI / AFP)

Liputan6.com, Jakarta - Aturan baru terkait pendakian Gunung Fuji resmi berlaku pada hari ini, Senin (1/7/2024). Pendaki kini diharuskan membayar 2.000 yen atau sekitar Rp203 ribu per orang dengan kuota harian maksimal 4.000 orang.

Gubernur Prefektur Yamanashi Koutaro Nagasaki menyatakan bahwa aturan baru tersebut untuk memastikan bahwa Gunung Fuji bisa diwariskan kepada generasi mendatang. 

"Dalam rangka menghidupkan kembali pendakian gunung tradisional dari kaki Gunung Fuji, kita akan memperoleh pemahaman mendetail tentang budaya Fuji-ko dan Oshi yang mendukung pemujaan Gunung Fuji. Kami ingin menghubungkan budaya-budaya ini dengan pendakian gunung ini, karena hal ini berakar pada nilai-nilai budaya agama," sambungnya saat mengumumkan peraturan baru tersebut pada awal tahun ini. Fuji-ko yang dimaksud adalah agama khusus gunung.

Menurut data prefektur, lima juta orang mendaki Gunung Fuji pada 2019, naik tiga juta orang dari 2012. Peningkatan jumlah pendaki itu menimbulkan masalah baru untuk gunung yang disakralkan oleh masyarakat Jepang.

Jalur pendakian yang padat, kemacetan lalu lintas, kaki bukit yang dipenuhi sampai, hingga pakaian pendaki yang tidak pantas, adalah sederet kasus yang ditemukan akibat jumlah pendaki tak terkendali. Maka itu, otoritas baru akan menempatkan pemandu yang mengatur keselamatan di dalam dan sekitar jalan setapak.

Para pemandu juga akan menegur pendaki yang melanggar etika di gunung, seperti tidur di pinggir jalan setapak, menyalakan api, atau mengenakan pakaian yang tidak pantas. "Wisata yang berlebihan – dan segala konsekuensinya seperti sampah, peningkatan emisi CO2, dan pejalan kaki yang ceroboh – adalah masalah terbesar yang dihadapi Gunung Fuji," Masatake Izumi, pejabat pemerintah prefektur Yamanashi, mengatakan kepada CNN Travel tahun lalu.

 


Pendaki Gunung Fuji Wajib Reservasi

Foto diambil pada 31 Agustus 2023 ini memperlihatkan pengunjung mendaki lereng Gunung Fuji, puncak tertinggi di Jepang dengan ketinggian 3.776 meter. Dengan jutaan pengunjung setiap tahunnya, Gunung Fuji bukan lagi tempat ziarah yang damai seperti dulu. (Mathias CENA/AFP)

Musim pendakian resmi Jalur Yoshida, jalur terpopuler di Gunung Fuji, dimulai pada hari ini. Untuk mengurangi kemacetan di jalur tersebut, wilayah Yamanashi membatasi kuota harian pendaki menjadi 4.000 orang. 

Untuk menghindari calon pendaki ditolak mendaki di tempat, otoritas Jepang memperkenalkan sistem pemesanan online pada Senin, 13 Mei 2024.  Tujuannya adalah melawan kepadatan wisatawan sekaligus meningkatkan keselamatan pendaki dan mengurangi risiko kerusakan lingkungan. 

"Sistem ini akan menjamin orang-orang dapat masuk melalui gerbang baru, memungkinkan mereka membuat rencana terlebih dahulu," ungkap pejabat dari pemerintah daerah Yamanashi Katsuhiro Iwama kepada AFP, seperti dilansir CNA, Selasa, 14 Mei 2024. Pemesanan online dibuka pada 20 Mei 2024 untuk musim pendakian Juli hingga September. 

Pada musim panas, biasanya lebih dari 220 ribu pengunjung berjalan dengan susah payah mendaki lerengnya yang curam dan berbatu, banyak di antaranya mendaki sepanjang malam untuk melihat Matahari terbit. Beberapa berusaha mencapai puncak setinggi 3.776m tanpa henti dan akibatnya menjadi sakit atau terluka.


Penemuan 3 Jasad Pendaki di Gunung Fuji

Foto pada 18 Juli 2021 menunjukkan orang-orang mendaki ke puncak Gunung Fuji, barat Tokyo. Mendaki Gunung Fuji bukanlah hal yang mudah, tetapi pemandangan matahari terbit di atas lautan awan adalah hadiah terindah bagi yang mencapai puncak tertinggi di Jepang. (Charly TRIBALLEAU/AFP)

Pada pekan lalu, upaya pencarian yang dilakukan tim penyelamat Gunung Fuji menemukan hal tak terduga. Mereka mendapati tiga jenazah pendaki di dalam kawah Gunung Fuji, Jepang, saat mencari salah seorang korban yang dilaporkan hilang.

Mengutip Kyodo, Jumat, 28 Juni 2024, polisi mengatakan pada Rabu, 26 Juni 2024, posisi ketiga jenazah itu saling berjauhan. Hal itu menandakan mereka mungkin mendaki gunung setinggi 3.776 meter itu secara terpisah.

Ketiganya ditemukan di sisi puncak tertinggi Jepang di Prefektur Shizuoka yang juga berada di Prefektur Yamanashi. Saat tim penyelamat gunung tiba, tidak ada tanda-tanda vital dari ketiga jenazah tersebut.

Sebelumnya, polisi mendapatkan laporan orang hilang dari keluarga pria berusia 50an tahun asal Tokyo. Ia hilang setelah mendaki gunung pada Jumat malam, 21 Juni 2024. 

Keluarganya lalu melakukan panggilan darurat sekitar jam 6 pagi pada Minggu, 23 Juni 2024. Polisi kemudian mencarinya awal minggu ini dan menemukan jasad pria itu bersama dua korban lainnya.


Pejabat Pasang Penghalang untuk Cegah Wisatawan yang Padati Lawson

Gunung Fuji, gunung tertinggi di Jepang, terlihat dari Fujikawaguchiko, Prefektur Yamanashi (1/11). Sekitar 200.000 orang mendaki Gunung Fuji setiap tahunnya, 30% di antaranya orang asing. (AFP Photo/Behrouz Mehri)

Selain ketiga pendaki, tim penyelamat juga berhasil mengevakuasi seorang pendaki profesional bernama Keita Kurakami. Ia kehilangan kesadaran saat mendaki Jalur Yoshida di sisi gunung Prefektur Yamanashi pada ketinggian sekitar 3.000 meter, sekitar pukul 11, Rabu pekan ini.

Pendaki asal Maebashi, Prefektur Gunma, yang berusia 38 tahun itu berhasil diselamatkan petugas polisi yang berada di gunung untuk memeriksa jalan setapak. Namun, ia meninggal di rumah sakit. Kurakami diduga menderita penyakit jantung.

Di sisi lain, wisatawan yang tak ingin berlelah-lelah mendaki berbondong-bondong ke daerah sekitarnya untuk mengambil foto gunung megah yang dipandang sebagai simbol Jepang. Namun, popularitas Gunung Fuji menjadi persoalan tersendiri bagi penduduk setempat.

Di salah satu spot foto ikonik yang memperlihatkan Gunung Fuji di belakang gerai Lawson, para pejabat yang kesal memasang penghalang berupa jaring hitam besar untuk menghalangi pandangan. Langkah tersebut diambil setelah warga yang bekerja dan tinggal di dekatnya mengeluhkan sebagian besar turis asing masuk tanpa izin, membuang sampah sembarangan, dan menyeberang jalan secara berbahaya untuk mendapatkan gambar yang sempurna.

Infografis 7 Tips Naik Gunung Minim Sampah. (Liputan6.com/Triyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya