Liputan6.com, Jakarta Direktur Utama PT KAI (Persero) Didiek Hartantyo memaparkan urgensi penyertaan modal negara (PMN) senilai Rp 2 triliun pada 2024. Usulan modal ini akan digunakan untuk melakukan pergantian dan peremajaan rangkaian kereta (trainset) KRL Jabodetabek milik PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) yang sudah uzur.
"Untuk itu lah maka diperlukan suatu pengadaan dan replacement. Sehingga sampai tahun 2027 diperlukan sekitar 37 trainset (pengganti) yang mayoritas sudah berusia di atas 30 tahun," kata Didiek dalam rapat dengar pendapat bersama Komisi XI DPR RI, Senin (1/7/2024).
Didiek menyebut sebanyak 1.088 unit kereta KRL telah berusia 30 tahun atau lebih. Sebab pengadaan trainset pengganti pada waktu-waktu sebelumnya dilakukan lewat impor rangkaian kereta bekas.
Advertisement
"Pengadaan sarana KRL saat ini sangat urgent dibutuhkan untuk mengantisipasi peningkatan jumlah penumpang dan bertambahnya sarana KRL yang memasuki masa konservasi atau sudah masa yang harus diberhentikan operasinya," ungkap Dirut KAI.
Penumpang Makin Banyak
Terlebih, ia melanjutkan, volume penumpang KRL Jabodetabek ke depan akan terus bertambah hingga mencapai 362 juta orang pada 2025. Jumlahnya diperkirakan akan naik menjadi 398 juga orang penumpang pada 2026, dan mencapai 410 juta orang penumpang di 2027.
"Apabila tanpa ada penambahan sarana, maka okupansi pada saat peak hour ini akan mencapai 242 persen pada tahun 2027, atau 223 persen pada 2026, 187 persen pada tahun 2025," terang Didiek.
Apabila diberikan penambahan PMN dalam rangka meningkatkan jumlah sarana, okupansi penumpang KRL Jabodetabek pun diperkirakan akan tetap mencapai 159 persen pada 2027.
"Artinya ini masih kepadatan yang normal, sehingga masih bisa memberikan pelayanan yang baik kepada masyarakat, utamanya pada saat peak hour," imbuh Didiek.
Berapa Biaya Beli Kereta Baru?
Guna mencapai target itu, KAI melakukan pemetaan investasi pengadaan sarana KRL untuk kurun waktu 2023-2027 dengan total nilai Rp 9,18 triliun.
Investasi kereta baru tersebut akan dilakukan lewat beberapa cara, mulai dari pengadaan KRL baru dari PT Industri Kereta Api (Persero) atau INKA hingga impor KRL baru pengganti retrofit.
Untuk semester II 2024, jumlah pemasukan modal yang dibutuhkan sekitar Rp 810 miliar. Kebutuhan investasi pengadaan KRL ini akan memuncak pada 2025 mendatang, dengan kebutuhan Rp 2,37 triliun pada semester I dan Rp 3,61 triliun di semester II.
"Sehingga pemenuhan PMN di tahun ini sebesar Rp 2 triliun merupakan persiapan kami di semester II 2024 dan semester I 2025," pungkas Didiek.
Advertisement