Liputan6.com, Jakarta - Seorang penanya dari Tangerang yang tidak menyebutkan namanya mendapat kesempatan bertanya kepada Pengasuh LPD Al Bahjah alias Buya Yahya. Ia bertanya tentang aqidah Syekh Abdul Qadir al-Jailani yang disebut menentang dengan Asy’ariyah.
“Saya ingin bertanya. Salah satu ustadz di sebuah televisi mengatakan bahwa dalam kitabnya Syekh Abdul Qodir al-Jailani menentang aqidah Asy'ariyah. Apakah benar, Buya?” tanya dia seperti dikutip dari YouTube Al Bahjah TV, Selasa (2/7/2024).
Buya Yahya menegaskan bahwa Syekh Abdul Qadir menentang aqidah Asy’ariyah adalah tidak benar. “Syekh Abdul Qodir al-Jaelani menentang aqidah Asy'ariyah? Itu dusta yang dibuat oleh ustadz tersebut,” kata Buya Yahya.
Baca Juga
Advertisement
Buya Yahya menjelaskan, masa Syekh Abdul Qadir yang dalam ejaan lain disebut Syaikh Abdul Qadir al-Jilani dengan Syekh Abu Hasan al-Asy’ari tidak terlalu jauh. Memang saat itu paham Asy’ariyah belum banyak tersebar. Akan tetapi, aqidah Abu Hasan al-Asy’ari tidak bertentangan dengan tokoh-tokoh besar ulama. Sebab, mayoritas ulama dunia pengikut Asy’ari.
“Itu dusta, suruh menyebut di kitab apa. Gak ada,” tegas Buya Yahya.
Saksikan Video Pilihan Ini:
Aqidah Syekh Abdul Qadir al-Jilani
Buya Yahya mengatakan, Syekh Abdul Qadir adalah seseorang yang luar biasa alim. Ia berfatwa dengan dua mazhab yakni Syafi’i dan Hanbali.
“Beliau adalah seorang sufi besar sampai dikenali Sulthonul Auliya di kalangan ahli tasawuf. Beliau alim, ‘alimul ulama, ‘alimul auliya, dan waliyul ulama. (Ia) alimnya para wali dan walinya para ulama,” tutur Buya Yahya.
Pengasuh LPD Al Bahjah ini menyebut aqidah Syekh Abdul Qadir adalah ahli sunnati wal jamaati (aswaja). Aqidahnya tidak bertentangan dengan aqidah Asy’ariyah.
“Kalau ada yang mengatakan (bertentangan) suruh datangkan buktinya. Kalaupun ada, biasanya itu sesuatu yang disisipkan, dibuat-buat, atau salah paham,” imbuh Buya Yahya.
“Abu Hasan al-Asy'ari aqidahnya tidak bertentangan dengan orang-orang besar yang mendahuluinya, karena Abu Hasan al-Asy’ari tidak mendatangkan aqidah yang baru,” lanjunya.
Advertisement
Asy’ariyah Bukan Aqidah Baru
Lebih lanjut Buya Yahya menjelaskan bahwa sebenarnya Asy’ariyah bukan aqidah baru. Akan tetapi, Imam Abu Hasan al-Asy’ari dan pengikut-pengikutnya kaum Asy'ariyah telah memangkas aqidah sesat, sehingga dikembalikan kepada aqidah-aqidah yang dahulu dan dikenal aqidah Asy’ariyah.
“Jadi begini, aqidah itu benar dimulai para sahabat nabi, kemudian tabi'in, setelah itu tabiut tabi'in sampai seterusnya. Lalu ada interaksi antarbangsa, kemenangan umat Islam. (Kemudian) mulai masuk pemikiran-pemikiran yang menyesatkan dan terus muncul aqidah-aqidah,” jelasnya.
“Maka Abu Hasan al-Asy’ari, Abu Mansur al-Maturidi, Abu Jafar ath-Thahawi adalah pendekar-pendekar aqidah. Mereka menyimpulkan dalam buku-buku mereka, ternyata hasilnya sama karena mereka memangkas kebatilan yang disiakan adalah kebenaran,” tambah Buya Yahya.
“Jadi pohon agama ini suci bersih. Cuma ada benalu-benalu yang ditumpangkan musuh-musuh Allah. Dipangkas oleh Syekh Abu Hasan al-Asy’ari, Syekh Abu Mansur al-Maturidi, Abu Jafar ath-Thahawi. Dipangkas, maka bersih,” katanya memperjelas.
Kata Buya Yahya, sebelumnya aqidah aswaja tidak perlu menyebut Asy’ariyah atau Maturidiyah. Namun, karena banyak benalu, maka muncullah sosok imam-imam itu sehingga dikenal ada aqidah Asy'ariyah atau Maturidiyah.
“Mereka tidak mendatangkan sesuatu yang baru. Jadi, yang diajarkan Abu Hasan al-Asy’ari adalah ilmu ulama-ulama sebelumnya sehingga tidak ada pertentangan,” ujarnya.
Banyak yang Mendustakan
Ulama kharismatik kelahiran Blitar ini menyebut banyak yang mendustakan para wali terdahulu. Setelah aqidah Syekh Abdul Qadir disebut bertentangan dengan Asy’ariyah, ada lagi yang mendustakan bahwa Syekh Abu Hasan al-Asy’ariyah telah melakukan tiga fase perubahan aqidah.
“Abu Hasan punya masa dua perubahan, dari Mu’tazilah menuju aqidah Ahlisunnati Aaljamaati Asy’ariati. Tidak ada yang ketiga,” tegas Buya Yahya.
Awalnya, Imam Abu Hasan al-Asy’ari mengikuti kaum Mu'tazilah karena ayah tirinya seorang imam Mu'tazilah. Syekh Abu Hasan pernah berguru kepadanya dan menjadi imam hingga puluhan tahun.
“Kurang lebih 40 tahun beliau menjadi imam Mu'tazilah dan ternyata di dalam perjalanan pemikirannya diberi petunjuk oleh Allah, lalu beliau keluar dari aqidah Mu'tazilah,” terang Buya Yahya.
Syekh Abu Hasan mengumumkan keluarnya dari aqidah Mu’tazilah secara terang-terangan di atas mimbar. Ia kemudian melepas jubah kebesarannya sebagai penanda keluarnya dari aqidah mu'tazilah.
“Hanya kisah itu saja. Tidak ada kisah yang ketiga. Kisah ketiga itu bualan orang akhir zaman itu,” imbuh Buya Yahya.
“Yang ketiga mengatakan, Abu Hasan al-Asy’ari telah berubah lagi aqidahnya. Mana ceritanya? Imam Abu Hasan al-Asy’ari bukan rakyat kecil, orang gede,” lanjutnya.
“Abu Hasan Asy’ari hanya (terjadi) dua masa perubahan (aqidah). Maka kalau sekarang mendengar cerita Abu Hasan al-Asy’ari punya tiga marhalah, tiga fase perubahan aqidah, maka itu dusta, yang ada hanya dua saja,” kata Buya Yahya menyimpulkan.
Wallahu a’lam.
Advertisement