Liputan6.com, Jakarta - Youtuber asal Denmark Kristian Hansen sedang ramai dibahas warganet. Pria yang sering mengunggah konten keliling Indonesia, ini baru saja menuai pijian karena berinisiatif membantu membangun jembatan yang rusak di Wakatobi, Sulawesi Tenggara.
Namun reaksi berbeda justru ditunjukkan oleh Gamis, Kepala Desa Samabahari, Wakatobi. Ia menyatakan kekecewaannya karena tidak mendapat informasi sebelumnya tentang inisiatif Kristian Hansen, yang memperbaiki jembatan rusak di daerahnya.
Advertisement
Gamis mengklarifikasi bahwa jembatan yang diperbaiki hanya bagian penghubung ke penginapan, bukan jalan umum, dan hanya papan atasnya yang diganti, sehingga masih layak pakai untuk beberapa tahun ke depan. "Jadi jembatan yang diperbaiki itu bukan jalan umum tapi penghubung ke homestay tempat dia menginap,” ucapnya.
Video pernyataa Gamis itu banyak dibagikan di media sosial termasuk di akun Instagram @mood.jakarta, Selasa (2/7/2024), yang mendapatkan video tersebut dari akun Youtube ‘Kabar Indonesia’. Tanggapan Kades itu sontak mendapat beragam komentar warganet.
Sebagian besar merasa heran bahkan merujak Gamis yang memprotes orang yang memperbaiki jembatan rusak. "Kades ini merepresentasikan pejabat seluruh Indonesia," komentar seorang warganet.
"Harusnya bulenya yang kaget, krn ternyata ada kadesnya toh 😢,” sahut warganet lain.
"Wkwkw kepala desanya gak kebagian cuan pembangunan proyeknya 😂,” kata warganet yang lain.
"Emang salah ya orang berbuat baik dan ikhlas untuk membantu 🤔 Justru harusnya masyarakatnya yg kecewa sama bapak,” ujar warganet lainnya.
"Ya kecewalah, gak ikut penghargaan jadinya kan, klw di infokan setidaknya dia datang tanpa modal dan ikut terkenal," tulis warganet lainnya.
Jembatan Kayu Hampir Roboh
Pada Sabtu, 22 Juni 2024, Hansen mengunggah video perjalanannya ke desa terapung Sampela di Kepulauan Wakatobi, di akun Youtubenya 'Kristian Hansen'. Selama di sana, ia terkagum-kagum melihat keindahan alamnya yang luar biasa. Di suatu pagi, saat dia duduk bersama temannya sambil minum secangkir kopi, dia melihat seorang anak kecil yang sedang melintasi jembatan rusak.
"Jadi masalahnya adalah jembatan-jembatan di antara rumah-rumah kecil ini kondisinya sangat buruk, dan kita juga melihat masjidnya kemarin yang mereka coba perluas namun terhenti karena tidak mempunyai dana yang cukup," ujarnya dalam video.
Besok paginya, dia mengelilingi desa dan melewati jembatan kayu yang hampir roboh itu. Dia juga diberitahu oleh warga sekitar bahwa banyak orang yang terjatuh di jembatan, bahkan anak-anak setempat jadi korban dan ada yang terluka parah.
Mendengar itu, dia bersama temannya, Mario, tergerak untuk membantu. Hansen lalu bertemu dengan Laeto, pemasok kayu di Desa Sampela, yang diperkenalkan oleh Bahar, mertua dari pemilik homestay yang ia tinggali. Setelah mengobrol dengan Laeto, ternyata harga kayu per meter kubiknya adalah Rp3,5 juta.
"Saya segera menyadari bahwa dana saya sendiri tidak akan cukup. Namun yang tidak saya ketahui saat itu, postingan saya tadi malam menjadi viral," ujarnya.Hansen kemudian membuka donasi. Tidak disangka-sangka, banyak warganet yang berdonasi. "Jadi ketika kami sedang bernegosiasi, sumbangan mengalir deras untuk membantu," imbuhnya.
Advertisement
Hansen Kumpulkan Donasi
Dalam akun Instagramnya, @thekristianhansen, ia menyatakan total donasi yang terkumpul mencapai Rp75 juta pada Senin, 17 Juni 2024. Dalam waktu 3 hari, Hansen bisa membeli lebih dari 20 meter kubik kayu, 50 kg paku, dan gergaji dari hasil uang yang telah terkumpul.
Sebelum membangun jembatan, Hansen sempat berdiskusi dengan pemilik Homestaynya, Duda, Bahar, dan pimpinan masjid untuk memanfaatkan uang hasil donasi itu. Akhirnya mereka memutuskan untuk membangun jembatan tersebut.
"Maka dengan sumbangan yang terus berdatangan, kami membeli lima meter kubik kayu pertama kami, dan ketika rumor tentang proyek kami mulai menyebar, banyak yang datang untuk membantu. Dan, saya tidak tahu apa yang mereka bicarakan karena mereka berbicara dalam bahasa mereka sendiri, bahasa Bajo," jelasnya dalam video YouTubenya.
Hansen mengungkapkan bahwa ketika donasi berhasil dikumpulkan, ia sempat kesulitan menarik uang karena di sana hampir tidak ada bank. "Kami datang ke pemukiman darat untuk pertama kalinya dalam beberapa hari ini karena kami sedang berusaha mencari bank. Kami akan mengambil semua uang tunai yang harus kami gunakan untuk membeli kayu," kata Hansen sambil menyusuri pemukiman.
Hansen Mengaku Sudah Dapat Izin dari Kades
Mengetahui hal tersebut, ayahnya bertanya pada Hansen, "Kenapa kamu tidak mentransfer saja uangnya ke orang yang punya kayu itu?". Hansen menjawab ia sebenarnya berniat begitu, tapi yang menjadi masalah adalah masyarakat di sana tidak ada yang punya rekening bank sehingga pembayarannya harus tunai.
Setelah ditelusuri, akhirnya Hansen menemukan cabang bank kecil. Namun, jumlah uang yang ditarik terbatas. Hansen hanya bisa menarik uang sebanyak Rp10 juta per harinya. "Jadi kami memerlukan waktu hampir satu minggu untuk menarik semuanya," katanya.
Ketika dalam perjalanan pulang, tiba-tiba ada telepon dari tukang kayu yang mengatakan bahwa salah satu keluarganya ada yang punya rekening bank. Tanpa berlama-lama lagi, Hansen langsung memesan dan membayar kayu tersebut.
Upaya Hansen dalam membangun jembatan itu tak selalu mulus. Ia sempat dipanggil kepala desa. Dalam pertemuan itu, dia mengaku si kepala desa 'hampir tidak mengizinkan untuk melakukan proyek ini'. Namun, proyek tersebut akhirnya tetap dapat izin. Namun belakangan kepala desa justru memprotes aksi Hansen tersebut.
Advertisement