Pengusaha Edwin Soeryadjaya Gugat Waskita Karya, Segini Nilainya

Kuasa Hukum David Tobing menuturkan, ada pihak-pihak yang mengaku warga yang terdampak diikutsertakan dalam proses izin pembangunan gedung kedutaan.

oleh Agustina Melani diperbarui 02 Jul 2024, 20:53 WIB
24 warga termasuk pengusaha Edwin Soeryadjaya menggugat PT Waskita Karya Tbk (WSKT), Kedutaan Besar India (Kedubes India) dan PT Bita Enarcon ke Pengadilan Negeri Jakarta Timur(dok: WSKT)

Liputan6.com, Jakarta - 24 warga termasuk pengusaha Edwin Soeryadjaya menggugat PT Waskita Karya Tbk (WSKT), Kedutaan Besar India (Kedubes India) dan PT Bita Enarcon ke Pengadilan Negeri Jakarta Timur. 24 warga itu terdampak pembangunan gedung kedutaan yang dilakukan tanpa ada analisis dampak lingkungan (Amdal) dan izin lingkungan.  

Gugatan didaftarkan secara e-court ditujukan ke Pengadilan Negeri Jakarta Timur dengan Nomor Perkara 316/Pdt.G/PN.JKT.TIM pada 14 Juni 2024. Adapun sidang pertama digelar pada 3 Juli 2024.

Hal yang didaftarkan itu terkait gugatan perbuatan melawan hukum terhadap PT Waskita Karya (Tergugat I), Kedutaan Besar India (Tergugat II) dan PT Bita Enarcon Engineering sebagai (Tergugat III) ke Pengadilan Negeri Jakarta Timur oleh warga yang bertempat tinggal di belakang lokasi proyek pembangunan Gedung Kedutaan yang meliputi Kantor Kedutaan Besar India dan bangunan hunian 18 lantai. Demikian mengutip dari keterangan resmi, Selasa (2/7/2024).

David Tobing selaku kuasa hukum 24 warga yang menggugat mengatakan warga telah menolak pembangunan Kedubes India dari perencanaan hingga dimulainya pembangunan karena tidak melibatkan warga yang terdampak langsung. Saat dikonfirmasi mengenai warga tersebut termasuk pengusaha Edwin Soeryadjaya, David membenarkan. "Pak Edwin dan 23 orang warga,” ujar David saat dihubungi Liputan6.com lewat pesan singkat.

David menambahkan, sejak awal ada pihak-pihak yang mengaku warga yang terdampak diikut sertakan dalam proses izin bahkan ada warga yang tinggalnya 1 km jauhnya diminta persetujuan.

"Para Tergugat ini diduga keras telah memanipulasi perizinan pembangunan karena Pembangunan dilakukan tanpa adanya AMDAL dan Izin Lingkungan,” tegas David.

David menambahkan, Pemerintah Daerah DKI beberapa kali meminta Kedutaan Besar India untuk bertemu langsung dengan para tergugat tetapi tidak pernah dilakukan.

Ia mengatakan, warga juga telah memperingatkan PT Waskita Karya Tbk agar tidak melanjutkan pembangunan karena jelas-jelas pembangunan tersebut tidak mempunyai AMDAL dan Izin Lingkungan namun Waskita tetap melakukan pembangunan.

David menambahkan sudah memdapatkan konfirmasi dari berbagai instansi pembangunan Kedutaan India tidak memiliki Amdal dan Izin Lingkungan sehingga hal ini jelas pelanggaran hukum. 

 


Tuntut Rp 3 Triliun

Gedung Waskita Karya. Dok: Waskita Karya

David menambahkan segala tindakan para tergugat tersebut jelas perbuatan melawan hukum sehingga warga menuntut penggantian kerugian immateriil sebesar Rp 3 triliiun akibat telah terganggunya kenyamanan hidup warga berupa gangguan fisik dan psikis. David sangat menyesalkan Kedutaan India tidak menghormati hukum, bahkan malah melanggar hukum di Indonesia.

"Dan juga PT Waskita Karya yang merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang mempunyai prinsip AKHLAK yaitu Amanah, Kompeten, Harmonis, Loyal, Adaptif. Dan Kolaboratif telah mencoreng citranya karena turut melanggar hukum dan peraturan yang ada,” ujar dia.

"Mereka (Waskita) kontraktor besar dan berpengalaman, seharusnya tahu prosedur perijinan pembangunan,” ia menambahkan.

"Para Tergugat tersebut melakukan Perbuatan Melawan Hukum karena tidak juga menghentikan Pembangunan Kedubes India yang tanpa AMDAL dan Izin Lingkungan serta menganggu kenyamanan, kesehatan, fisik dan mental karena kebisingan yang ditimbulkan setiap hari bahkan dari pagi sampai tengah malam." ujar David 

Selain Para Tergugat, untuk melengkapi Gugatan maka diikutsertakan Turut Tergugat I: Kepala Dinas Penamaan Modal Dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Provinsi DKI Jakarta dan Turut Tergugat II: Kepala Unit Pengelola Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Administrasi Jakarta Selatan. 

Saat dikonfirmasi, SVP Corporate Secretary Waskita Karya Ermy Puspa Yunita belum membalas pesan singkat Liputan6.com.


Isi Petitum Gugatan

Adapun petitum gugatan sebagai berikut:

Dalam Provisi

Memerintahkan TERGUGAT I, TERGUGAT II, dan TERGUGAT III untuk menghentikan Pembangunan Gedung Kedutaan Besar India yang terletak di Jl. HR. Rasuna Said Kav S-1 RT. 008, RW. 003, Kelurahan Kuningan Timur, Kecamatan Setiabudi, Jakarta Selatan.

Dalam Pokok Perkara

Mengabulkan gugatan PARA PENGGUGAT untuk seluruhnya;

Menyatakan bahwa TERGUGAT I, TERGUGAT II dan TERGUGAT III telah melakukan Perbuatan Melawan Hukum;

Menghukum PARA TERGUGAT untuk menghentikan pembangunan gedung Kedutaan Besar India di Jl. HR. Rasuna Said Kav S-1 RT. 008, RW. 003, Kelurahan Kuningan Timur, Kecamatan Setiabudi, Jakarta Selatan;

Menghukum TERGUGAT II tidak menggunakan dan memanfaatkan Gedung Kedutaan Besar India di Jl. HR. Rasuna Said Kav S-1 RT. 008, RW. 003, Kelurahan Kuningan Timur, Kecamatan Setiabudi, Jakarta Selatan;

Menghukum TERGUGAT I, TERGUGAT II dan TERGUGAT III secara tanggung renteng untuk memberikan penggantian kerugian immateriil secara tunai dan seketika kepada PARA PENGGUGAT sebesar Rp 3.000.000.000.000 (Tiga Triliun Rupiah);

Menghukum TERGUGAT I, TERGUGAT II dan TERGUGAT III untuk membayar Uang Paksa (Dwangsom) masing-masing sebesar Rp 10.000.000 (sepuluh juta Rupiah) per hari dari setiap keterlambatan tidak melaksanakan Putusan menghentikan pembangunan Gedung TERGUGAT II;

Memerintahkan TURUT TERGUGAT I dan TURUT TERGUGAT II untuk tunduk dan patuh pada Putusan Perkara ini;

Menyatakan putusan ini dapat dijalankan terlebih dahulu walaupun ada upaya hukum bantahan (verzet), banding, maupun kasasi (uitvoerbaar bij voorraad);

Menghukum TERGUGAT I, TERGUGAT II, TERGUGAT III, untuk membayar biaya perkara seluruhnya menurut ketentuan hukum yang berlaku.

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya