Kisah Ibunda Syaikh Abdul Qadir al-Jilani Mengandung di Usia 60 Tahun

Usia ibunda Syaikh Abdul Qadir al-Jilani saat mengandung beliau sudah berusia yang sangat tua

oleh Liputan6.com diperbarui 04 Jul 2024, 07:30 WIB
Seorang umat Muslim berdoa di dalam kuil Syekh Abdul Qadir Al-Jailani selama bulan suci Ramadhan di Srinagar (11/4/2022). Kuil bersejarah ini pernah dihadiri puluhan ribu umat Islam. (AFP/Tausef Mustafa)

Liputan6.com, Cilacap - Syaikh Abdul Qadir Al-Jilani merupakan sosok ulama besar yang memiliki derajat waliyullah. Beliau lahir dari seorang ibunda yang merupakan putri seorang sufi ternama di zamannya yaitu Sayyid Abdullah Sauma’i.

Kepopuleran namanya pun diakui pada ilmuwan Barat yang menjulukinya sebagai seorang wali yang paling tersohor di dunia. Ada pula yang menyebut, beliau merupakan orang suci terbesar dalam dunia Islam.

Lepas dari kepopuleran namanya yang diakui oleh para ilmuwan tersebut, terdapat kisah yang aneh seputar ibunda Syaikh Abdul Qadir al-Jilani.

Ibunda Abdul Qadir al-Jilani sewaktu mengandung ternyata saat usianya sudah tidak muda lagi. Boleh dibilang usianya terkategori sudah sangat tua.

 

Simak Video Pilihan Ini:


Kelahiran Syaikh Abdul Qadir al-Jilani

Seorang umat Muslim berdoa di dalam kuil Syekh Abdul Qadir Al-Jailani selama bulan suci Ramadhan di Srinagar (11/4/2022). Kuil berusia 200 tahun tersebut dibangun sebagai tanda penghormatan terhadapnya Syekh Abdul Qadir Jailani. (AFP/Tausef Mustafa)

Menukil Republika, nama lengkapnya adalah Sayyid Muhyidin Abu Muhammad Abdul Qadir ibn Abi Shalih Musa Zangi Dausat al-Jailani. Syekh Abdul Qadir dilahirkan di Desa Nif atau Naif, termasuk pada distrik Jailan (disebut juga dengan Jilan, Kailan, Kilan, atau al-Jil), Kurdistan Selatan, terletak 150 kilometer sebelah timur laut Kota Baghdad, di selatan Laut Kaspia, Iran.

Wilayah ini dahulunya masuk ke bagian wilayah Thabarishtan, sekarang sudah memisahkan diri, dan masuk menjadi suatu provinsi dari Republik Islam Iran.

Ia dilahirkan pada waktu fajar, Senin, 1 Ramadhan 470 H, bertepatan dengan tahun 1077 M dan wafat di Baghdad pada Sabtu, 11 Rabiuts-Tsani 561 H/1166 M.

Kebanyakan biografi (dikenal sebagai manakib) tokoh sufi terpopuler ini penuh dengan fiksi, tanpa mendasarkan pada fakta-fakta sejarah.

Padahal, ulama ini merupakan tokoh sejarah yang cukup besar dalam wacana pemikiran Islam, terutama sejarah tasawuf. Sehingga, para ulama banyak mengungkapkan bahwa Syekh Abdul Qadir merupakan mujtahid abad ke-14.


Mengandung Syaikh Abdul Qadir al-Jilani saat Berusia 60 Tahun

Seorang umat Muslim berdoa di dalam kuil Syekh Abdul Qadir Al-Jailani selama bulan suci Ramadhan di Srinagar (11/4/2022). Kuil bersejarah ini pernah dihadiri puluhan ribu umat Islam. (AFP/Tausef Mustafa)

Ia lahir sebagai anak yatim (di mana ayahnya telah wafat sewaktu beliau masih dalam kandungan enam bulan) di tengah keluarga yang hidup sederhana dan saleh. Ayahnya, al-Imam Sayyid Abi Shalih Musa Zangi Dausat, adalah ulama fuqaha ternama, Mazhab Hambali, dan garis silsilahnya berujung pada Hasan bin Ali bin Abi Thalib, menantu Rasulullah SAW.

Sedangkan, ibunya adalah Ummul Khair Fathimah, putri Sayyid Abdullah Sauma'i, seorang sufi terkemuka waktu itu. Dari jalur ini, silsilahnya akan sampai pada Husain bin Ali bin Abi Thalib. Jika silsilah ini diteruskan, akan sampai kepada Nabi Ibrahim melalui kakek Nabi SAW, Abdul Muthalib. Ia termasuk keturunan Rasulullah dari jalur Siti Fatimah binti Muhammad SAW. Karena itu, ia diberi gelar pula dengan nama Sayyid.

Keistimewaan Syekh Abdul Qadir al-Jailani sudah tampak ketika dilahirkan. Konon, ketika mengandung, ibunya sudah berusia 60 tahun. Sebuah usia yang sangat rawan untuk melahirkan. Bahkan, ketika dilahirkan yang bertepatan dengan bulan Ramadhan, Syekh Abdul Qadir al-Jailani tidak mau menyusu sejak terbit fajar hingga Maghrib.

Penulis: Khazim Mahrur / Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya