Harga Minyak Mentah Lengser dari Puncak Meski Perang Israel dan Hizbullah Memanas

Harga minyak naik 6% pada Juni setelah merosot pada bulan Mei karena risiko geopolitik kembali memasuki pasar.

oleh Arthur Gideon diperbarui 03 Jul 2024, 08:03 WIB
Harga minyak WTI AS untuk kontrak Agustus dipatok USD 82,81 per barel, turun 57 sen, atau 0,68%. Dari awal tahun sampai saat ini, harga minyak mentah AS telah naik 15,6%. Ilustrasi harga minyak dunia hari ini (Foto By AI)

Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak dunia turun dari level tertinggi dalam dua bulan pada perdagangan Selasa. Penurunan harga minyak ini karena pelaku pasar belum bisa menilai dampak dari risiko perang antara Israel dan Hizbullah.

Sementara itu, pelaku pasar juga tengah memantau potensi ancaman Badai Beryl terhadap kilang-kilang di Gulf Coast yang juga bisa mempengaruhi harga minyak mentah.

Harga minyak telah menguat dalam beberapa hari terakhir dengan harga bensin mencapai rata-rata USD 3,50 per galon menjelang libur Kemerdekaan AS 4 Juli. Harga bensin di SPBU sekitar 3 sen lebih tinggi dibandingkan minggu lalu namun masih lebih rendah dibandingkan bulan lalu.

Harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) mencapai level di USD 84,38 di awal sesi, level tertinggi sejak 26 April, tetapi akhirnya ditutup lebih rendah pada USD 82,81 per barel.

Sedangkan harga minyak Brent naik menjadi USD 87,46 di awal sesi, level tertinggi sejak 30 April, sebelum juga ditutup lebih rendah.

Mengutip CNBC, Rabu (3/7/2024), harga minyak WTI AS untuk kontrak Agustus dipatok USD 82,81 per barel, turun 57 sen, atau 0,68%. Dari awal tahun sampai saat ini, harga minyak mentah AS telah naik 15,6%.

Harga minyak Brent untuk kontrak September dipatok USD 86,24 per barel, turun 36 sen, atau 0,42%. Dari awal tahun sampai saat ini harga minyak yang menjadi tolok ukur global tersebut tumbuh 12%.

Sedangkan harga bensin kontak Agustus sebesar USD 2,57 per galon, turun 0,19%. Dari awal tahun sampai saat ini, harga bensin telah naik 22,4%.

 


Harga Minyak Naik 6% selama Juni

Ilustrasi harga minyak dunia hari ini (Foto By AI)

Kenaikan harga bensin ini kemungkinan akan berlanjut hingga 4 Juli dan bisa mencapai USD 3,69 per galon dalam beberapa minggu mendatang jika reli minyak terus berlanjut.

Prediksi ini ditulis oleh Patrick De Haan, kepala analisis minyak bumi di GasBuddy dalam media sosial pada hari Selasa.

“Saya memperkirakan harga eceran bensin nasional akan meningkat 5 hingga 10 sen per galon selama 7 hari ke depan,” Andy Lipow, presiden Lipow Oil Associates, mengatakan dalam sebuah catatan pada hari Selasa.

Harga minyak naik 6% pada Juni setelah merosot pada bulan Mei karena risiko geopolitik kembali memasuki pasar.

Pasukan Pertahanan Israel menyatakan bahwa 18 tentara Israel terluka pada hari Minggu dalam serangan pesawat tak berawak yang diluncurkan oleh milisi Hizbullah yang didukung Iran.

Israel dan Hizbullah telah saling baku tembak di perbatasan Lebanon selama berbulan-bulan, namun ketegangan meningkat dalam beberapa pekan terakhir karena kedua pihak mengancam akan berperang.

Para analis melihat bahwa invasi Israel ke Lebanon untuk memukul mundur Hizbullah dapat menyebabkan konfrontasi dengan Iran, yang merupakan anggota OPEC.

 


Dampak Badai Beryl ke Produksi Minyak

Ilustrasi harga minyak dunia hari ini (Foto By AI)

Para pelaku pasar juga khawatir bahwa musim badai dapat mengganggu kilang dan produksi minyak di sepanjang Pantai Teluk AS. Badai Beryl telah menguat menjadi badai Kategori 5 setelah mendarat di Pulau Carriacou di Grenada.

“Meskipun Badai Beryl saat ini bukan merupakan ancaman langsung terhadap produksi minyak mentah AS atau kilang-kilang di Gulf Coast, Pusat Badai Nasional kini menunjukkan arah arah utara pada hari Minggu yang dapat berdampak pada kilang-kilang di Corpus Christi,” kata Lipow.

Terdapat lima kilang di wilayah Corpus Christi dengan kapasitas 942.000 barel per hari, yang merupakan 4,8% dari total kapasitas penyulingan AS, katanya. Dengan kilang-kilang Teluk yang beroperasi pada kapasitas 90% hingga 95%, tidak ada kelonggaran dalam sistem untuk mengganti produksi yang hilang jika sejumlah besar kilang ditutup, tambah Lipow.

“Kekurangan pasokan sebagian diatasi dengan mengurangi persediaan dalam sistem distribusi,” katanya. “Hal ini mengakibatkan berkurangnya persediaan bensin dan pada akhirnya konsumen melihat tanda-tanda 'kehabisan bahan bakar' yang ditakuti di SPBU.”

Infografis Krisis Venezuela di Negeri Minyak. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya