72 Titik Longsor Terjang Kabupaten Tasikmalaya, PJ Gubernur Jabar Pastikan Penanganan Berjalan Optimal

Desa Neglasari merupakan salah satu wilayah terdampak cukup parah dari 72 titik longsor yang tersebar di beberapa kecamatan di Kabupaten Tasikmalaya.

oleh Arie Nugraha diperbarui 04 Jul 2024, 23:00 WIB
Penjabat (Pj) Gubernur Jawa Barat Bey Machmudin meninjau lokasi terdampak bencana tanah longsor di Kampung Cikadongdong, Desa Neglasari, Kecamatan Salawu, Kabupaten Tasikmalaya, Selasa (2/7/2024). (sumber foto: Biro Adpim Jabar)

Liputan6.com, Bandung - Sebanyak 72 titik longsor menerjang Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat (Jabar) memasuki pertengahan tahun 2024. Salah satunya yang dampaknya besar terjadi di Kampung Cikadongdong, Desa Neglasari, Kecamatan Salawu, Kabupaten Tasikmalaya.

Desa Neglasari merupakan salah satu wilayah terdampak cukup parah dari 72 titik longsor yang tersebar di beberapa kecamatan di Kabupaten Tasikmalaya.

Ruas jalan provinsi penghubung Garut dan Tasikmalaya sempat tertutup material longsor. Berkat kesigapan petugas gabungan, jalur tersebut kini sudah bisa dilewati kendaraan.

Penjabat (Pj) Gubernur Jawa Barat Bey Machmudin mengatakan bahwa Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) sudah mengeluarkan peringatan untuk mewaspadai hujan intensitas tinggi meski saat ini memasuki masa peralihan dari musim hujan ke musim kemarau.

"Ini kan karena hujannya lama. Sebetulnya BMKG sudah memperingati bahwa walaupun saat ini sedang menuju musim kemarau tapi harus tetap berhati-hati akan terjadi hujan dengan intensitas tinggi," ujar Bey dalam siaran medianya ditulis Bandung, Rabu, 3 Juli 2024.

Sambil melakukan penanganan, kata Bey, pihaknya kini sedang menunggu status tanggap darurat dari Pemda Kabupaten Tasikmalaya. Hal ini nantinya akan berkaitan dengan bantuan yang akan diberikan.

Bantuan Tak Terduga (BTT) untuk perbaikan rumah dengan kondisi rusak berat yaitu sebesar Rp60 juta, rusak sedang Rp30 juta, dan rusak ringan Rp15 juta.

"Kami menunggu status tanggap darurat dari kabupaten nanti bagaimana penanganannya. Ada BTT untuk perbaikan rumah sesuai dengan tingkat kerusakannya, kalau rusak berat Rp60 juta, rusak sedang Rp30 juta dan rusak ringan Rp15 juta. Pendanaannya kalau sudah tanggap darurat dari Pemkab dulu dan BNPB juga pasti bantu," jelas Bey.

Menurut Bey, penanganan yang lebih efektif adalah relokasi warga. Saat ini, PVMBG (Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi) sedang melakukan asesmen terkait perlu atau tidaknya relokasi.

Bey mengatakan para kepala desa dan camat setempat berperan penting karena sudah mengingatkan warganya agar berhati-hati saat hujan deras, khususnya di wilayah potensial tanah longsor.

"Kalau harus relokasi nanti Pak Camat akan mencari lahan yang aman, lahannya pun harus sudah diasesmen oleh PVMBG untuk memastikan tidak terulang seperti ini lagi. Terima kasih kepada Pak Camat dan Kades yang sudah mengingatkan warganya sehingga tidak ada korban jiwa tapi memang tak sedikit rumah yang rusak," kata Bey.

Bey juga menuturkan, selain Kabupaten Tasikmalaya, empat kabupaten lain di Jabar memiliki potensi bencana tanah longsor cukup tinggi, antara lain Kabupaten Bogor, Sukabumi, Bandung Barat, dan Cianjur.

"Bukan berarti daerah lain tidak waspada tapi empat daerah itu yang paling harus diwaspadai. Karena itu kami minta masyarakat untuk selalu waspada," tutur Bey.

Dilansir laman Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jabar, data bencana per 1 Januari-3 Juli 2024 seara keseluruhan mencapai 881 kejadian.

Rinciannya antara lain 149 banjir, 309 tanah longsor, 407 cuaca ekstrem, 3 kejadian kekeringan, 3 kejadian kebakaran lahan, dan 10 gempa bumi.

 


4 langkah Antisipasi Potensi Tanah Longsor

Dicuplik dari kanal Regional, Liputan6, memasuki musim penghujan menyebabkan adanya potensi terjadinya bencana tanah longsor akibat kemiringan tanah yang cukup curam dan terjal di beberapa titik daerah di Indonesia.

Tanah longsor sendiri merupakan fenomena perpindahan material pembentuk lereng berupa batuan, bahan rombakan, tanah, atau material campuran tersebut, bergerak ke bawah atau keluar lereng.

Secara sederhana, Longsor dapat terjadi jika terdapat air dengan volume yang besar meresap ke dalam tanah, sehingga berperan sebagai bidang gelincir, kemudian tanah menjadi licin dan tanah pelapukan di atasnya akan bergerak mengikuti lereng dan keluar lereng.

Berangkat dari pengertian diatas, maka fenomena bencana tanah longsor rawan terjadi di musim hujan seperti saat ini.

Untuk itu, masyarakat bersama-sama dengan pemerintah dapat segera melakukan langkah antisipasi guna mengurangi risiko terjadinya tanah longsor, seperti :

1. Menghindari pembangunan pemukiman di daerah di bawah lereng yang rawan terjadi tanah longsor.

2. Mengurangi tingkat keterjangan lereng dengan pengolahan lahan terasering di kawasan lereng.

3. Penanaman pohon yang mempunyai perakaran yang dalam dan jarak tanam yang tidak terlalu rapat diantaranya diseling-selingi tanaman pendek yang bisa menjaga drainase air.

4. Menjaga drainase lereng yang baik untuk menghindarkan air mengalir dari dalam lereng keluar lereng.

Dengan adanya langkah preventif yang dilakukan oleh pemerintah bersama dengan masyarakat, diharapkan mampu meminimalisasi terjadinya potensi tanah longsor dan kerugian materil maupun korban jiwa.

Apabila terdapat anggota keluarga maupun tetangga sekitar yang sakit dan mengalami luka akibat longsor yang melanda, segera lakukan pemeriksaan ke fasilitas kesehatan terdekat agar mendapatkan penanganan yang baik dan tepat.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya