Rusia Klaim Hancurkan 5 Jet Militer Ukraina di Pangkalan Udara, Kemampuan Kyiv Jaga Pesawat Bantuan Diragukan

Kementerian Pertahanan Rusia mengunggah rekaman yang mereka nyatakan sebagai serangan dan hasil dari serangan ke pangkalan udara Ukraina. Video tersebut menampilkan asap yang memenuhi lapangan udara, dengan beberapa pesawat terlihat terparkir di sana, serta tanah yang hangus dan menghitam.

oleh Tanti Yulianingsih diperbarui 03 Jul 2024, 12:09 WIB
Serangan terhadap pangkalan udara dekat Kota Myrgorod, Ukraina tengah, 2 Juli 2024. Rusia mengklaim telah menghancurkan lima jet militer Ukraina. (Handout/Kementerian Pertahanan Rusia/AFP)

Liputan6.com, Kyiv - Tatkala Kyiv tengah menunggu kedatangan pesawat tempur F-16 yang telah lama dinantikan, Rusia pada Selasa (2/7/2024) menggempur pangkalan udaranya. Moskow bahkan mengklaim berhasil menghancurkan atau merusak lima jet militer Ukraina.

Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan mereka menembakkan sejumlah rudal Iskander-M ke pangkalan udara dekat kota Ukraina tengah Myrgorod, sekitar 150 kilometer dari perbatasan Rusia.

"Sebagai hasil dari serangan pasukan Rusia, lima pesawat tempur jenis multirole SU-27 yang masih beroperasi hancur, dan dua (pesawat) lainnya yang sedang dalam diperbaiki juga rusak," ujar Kementerian Pertahanan Rusia di platform Telegram seperti dikutip dari VOA Indonesia. Rabu (3/6/2024). 

Kementerian tersebut juga mengunggah rekaman yang mereka nyatakan sebagai serangan dan hasil dari serangan tersebut. Video tersebut menampilkan asap yang memenuhi lapangan udara, dengan beberapa pesawat terlihat terparkir di sana, serta tanah yang hangus dan menghitam.

Sejauh ini AFP belum dapat memverifikasi rekaman atau klaim tersebut.

Kendati demikian pihak blogger militer Rusia dan Ukraina sebelumnya melaporkan adanya serangan pada Senin (1/7).

Sementara Angkatan Udara Ukraina menolak berkomentar ketika ditanya AFP tentang klaim Rusia tersebut.

Dalam sebuah kiriman di platform media sosial, komandan angkatan udara Mykola Oleshchuk menyatakan, "Pesawat Ukraina terus melaksanakan misi tempur dengan sukses, melancarkan serangan rudal dan bom terhadap posisi penjajah, serta menghancurkan fasilitas militer vital."

Dia membagikan video yang dia sebut sebagai serangan Ukraina terhadap depot amunisi di Krimea pada Senin (1/7). Krimea sendiri adalah sebuah semenanjung yang diambil alih oleh Rusia pada 2014.

 


Kritik Atas Penyimpanan Pesawat Militer Ukraina Tanpa Perlindungan

Ilustrasi bendera Ukraina. (Unsplash)

Namun blogger dan analis militer Ukraina menyatakan bahwa Kyiv mengalami kerugian peralatan di Myrgorod. Beberapa orang bahkan mengecam para komandan militer Ukraina, karena menempatkan pesawat di area terbuka tanpa perlindungan yang memadai.

Kyiv saat ini tengah menantikan kedatangan pesawat tempur F-16 dari negara-negara Barat yang diharapkan akan meningkatkan kemampuannya dalam melindungi diri dari serangan Rusia.

Sejak awal konflik, Ukraina terus berupaya untuk mendapatkan pasokan pesawat jet buatan Amerika Serikat.

Beberapa anggota NATO berkomitmen untuk menyediakan persenjataan untuk Kyiv. Mereka bahkan juga telah melatih pilot serta kru Ukraina selama berbulan-bulan.

Pengiriman pesawat pertama, termasuk dari Belanda, Belgia dan Denmark diharapkan tiba di negara tersebut dalam waktu dekat.

Namun serangan terbaru terhadap bandara Ukraina telah menimbulkan keraguan tentang kemampuan Kyiv untuk menjaga pesawat senilai jutaan dolar dari serangan Rusia.

Rusia bertekad untuk menargetkan dan menghancurkan F-16, bersama dengan semua perangkat keras militer Barat lainnya yang dikirim ke Kyiv. Ukraina belum mengatakan di mana mereka akan menempatkan F-16.


Kekurangan Pasukan, Ukraina Berikan Narapidana Pembebasan Bersyarat untuk Ikut Berperang

Ilustrasi tentara Ukraina. (AP Photo/Kostiantyn Liberov)

Sementara itu, di sebuah koloni hukuman pedesaan di tenggara Ukraina, beberapa narapidana berdiri berkumpul di bawah kawat berduri untuk mendengar tentara menawarkan mereka kesempatan pembebasan bersyarat. Sebagai imbalannya, mereka harus ikut serta dalam perang melelahkan melawan Rusia.

"Anda bisa mengakhiri ini dan memulai hidup baru," kata perekrut dari batalion tempur sukarelawan, seperti dilansir kantor berita AP, Selasa (2/7/2024). "Yang utama adalah kemauan kalian karena kalian akan membela tanah air. Anda tidak akan berhasil jika 50 persen, Anda harus memberikan 100 persen dari diri Anda, bahkan 150 persen."

Ukraina melakukan hal tersebut untuk mengatasi kekurangan pasukan di medan perang selama lebih dari dua tahun dalam upaya melawan invasi besar-besaran Rusia. Dan upaya perekrutannya, untuk pertama kalinya, Ukraina telah beralih ke populasi penjara di negara tersebut.

Meskipun Ukraina tidak mengumumkan rincian jumlah pengerahan pasukan atau jumlah korban, para komandan garis depan secara terbuka mengakui bahwa mereka menghadapi masalah sumber daya manusia yang serius ketika Rusia terus membangun pasukan di Ukraina timur dan membuat kemajuan tambahan di wilayah barat.

Wakil Menteri Kehakiman Ukraina Olena Vysotska menuturkan kepada AP bahwa lebih dari 3.000 tahanan telah dibebaskan bersyarat dan ditugaskan ke unit militer setelah perekrutan tersebut disetujui oleh parlemen melalui rancangan undang-undang mobilisasi bulan lalu.

"Banyak motivasi datang dari (napi) yang ingin pulang sebagai pahlawan dan tidak pulang dari penjara," ungkap Vysotska.   


5.000 Anggota Program Pembebasan Bersyarat Militer dari Narapidana

Ilustrasi tentara Ukraina. (AP Photo/LIBKOS, File)

Para pejabat Ukraina disebut ingin membedakan antara program mereka dan perekrutan narapidana di Rusia untuk bertugas di kelompok tentara bayaran Wagner yang terkenal kejam. Para pejuang tersebut biasanya dikerahkan ke pertempuran paling mematikan, kata para pejabat, namun program Ukraina bertujuan untuk mengintegrasikan para narapidana ke dalam unit garis depan reguler Ukraina.

Menurut angka yang diberikan pemerintah Ukraina ke Uni Eropa, negara ini memiliki populasi penjara sekitar 42.000.

Setelah pemeriksaan, narapidana yang dibebaskan bersyarat ditransfer ke pelatihan dasar di kamp di mana mereka belajar cara menggunakan senjata dan dasar-dasar pertempuran lainnya. Pelatihan selesai kemudian setelah mereka bergabung dengan unit individu.

Salah satu narapidana yang dibebaskan bersyarat, Mykhailo, mengikuti kursus penyerangan dan mengatakan bahwa sulit untuk memenuhi tuntutan fisik setelah berbulan-bulan relatif tidak aktif di penjara.

"Saya memutuskan untuk bergabung dengan Tentara Relawan Ukraina karena saya memiliki keluarga di rumah, anak-anak, orang tua," kata pria berusia 29 tahun itu. "Saya akan lebih berguna dalam perang."

Wakil menteri kehakiman Ukraina menuturkan bahwa minat terhadap program pembebasan bersyarat militer telah melampaui perkiraan awal dan program tersebut dapat menyediakan sebanyak 5.000 anggota baru.

"Itu pasti akan membantu," imbuhnya.

 

Infografis Perang Ukraina Vs Rusia Masuki Tahun Ke-3 dan Klaim Tentara Tewas. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya