Atasi Overtourism, Amsterdam Bakal Larang Kapal Pesiar Berlabuh Mulai 2035

Rencananya, Amsterdam akan merelokasi terminal kapal pesiar penumpang ke luar pusat kota untuk meredam overtourism, salah satunya ke Rotterdam.

oleh Dyah Ayu Pamela diperbarui 05 Jul 2024, 08:00 WIB
Amsterdam dikenal di seluruh dunia karena kanal-kanalnya yang indah melintasi kota. (merdeka.com/Arie Basuki)

Liputan6.com, Jakarta - Amsterdam berencana melarang kapal pesiar memasuki pusat kota. Jika rencana tersebut mendapat lampu hijau, kapal pesiar akan dilarang memasuki ibu kota Belanda itu mulai 2035.

Mengutip Euronews, Rabu, 3 April 2024, langkah ini ditenggarai overtourism yang melanda kota ikonis tersebut hingga berencana merelokasi terminal kapal pesiar penumpang ke luar pusat kota. Pengumuman ini muncul di tengah rencana pengurangan hampir separuh jumlah kapal pesiar yang diizinkan berlabuh di Terminal Penumpang Amsterdam (PTA).

Saat ini, jumlah yang diizinkan adalah 190 kapal. Jumlah tersebut diperkirakan akan turun jadi maksimal 100 mulai 2026. Sementara itu, Rotterdam akan menerima lebih dari 40 kapal yang tidak diterima di Amsterdam mulai 2026.

Pada 2027, kapal mana pun di terminal Amsterdam akan diwajibkan menggunakan penjaga pantai hanya untuk mengurangi dampak lingkungan. "Dengan langkah-langkah ini, kami melaksanakan keinginan dewan kota untuk mengakhiri terminal kapal pesiar di Amsterdam," kata juru bicara Dewan Kota Amsterdam.

Ia menyambung, "Larangan kapal pesiar juga merupakan bagian dari tindakan yang luas untuk membatasi pertumbuhan pariwisata dan memerangi gangguan."

Wakil Wali Kota Amsterdam Hester van Buren mengatakan, "Berlayar di laut adalah bentuk pariwisata yang menimbulkan polusi dan berkontribusi terhadap keramaian dan emisi di kota."

Pelayaran akhirnya dibatasi agar terminal kapal pesiar dipindahkan dari lokasinya saat ini pada 2035. Dewan tersebut secara bertanggung jawab melaksanakan proposal dewan untuk menghentikan pelayaran laut, klaim mereka.


Pendapatan Pariwisata Bisa Menurun Drastis

Sementara, Belanda memiliki populasi sekitar 17 juta orang dan diperkirakan terdapat lebih dari 22 juta sepeda di negara tersebut. (merdeka.com/Arie Basuki)

Meski rencana pembatasan kapal pesiar akan membantu memperbaiki kondisi lingkungan di Amsterdam, ada kekhawatiran pendapatan yang dihasilkan dari pariwisata akan menurun drastis. Diperkirakan dengan mengurangi jumlah penumpang kapal pesiar dan perusahaan pelayaran di kota, museum, restoran, toko, dan perusahaan tur mungkin akan mengalami kerugian. 

Dewan Kota Amsterdam telah mengakui potensi masalah ini. "Bagi kota, ini berarti berkurangnya pendapatan karena lebih sedikit pajak turis yang dipungut, dan pembayaran dividen lebih rendah sebagai pemegang saham otoritas pelabuhan," kata seorang juru bicara.

Sumber tersebut menambahkan, "Konsekuensi finansial dari keputusan tersebut akan dimasukkan dalam nota anggaran berikutnya. Diperkirakan belum ada konsekuensi dari keputusan ini dalam anggaran tahun 2025."

Saat ini, kapal pesiar memberi manfaat ekonomi sebesar 105 juta euro (setara Rp1,8 triliun) setiap tahunnya bagi kota tersebut. Walau ada rencana relokasi, para ahli mengatakan arus pariwisata di kota historis itu tidak akan banyak berubah.  


Amsterdam Dikunjungi 21 Juta Turis Setiap Tahun

Warga berkendara menaiki sepeda di Amsterdam, Belanda, Selasa (21/5/2024). Amsterdam terkenal sebagai salah satu kota paling ramah sepeda di dunia. Bahkan, dijuluki sebagai 'Ibu Kota Sepeda Dunia'. (merdeka.com/Arie Basuki)

Amsterdam menerima sekitar 21 juta pengunjung setiap tahunnya dan hanya satu persen dari jumlah tersebut yang datang dengan kapal pesiar. Meski penumpang tidak diturunkan tepat di pusat kota, mereka tetap dapat berkunjung berkat sistem transportasi umum kelas dunia di Belanda.

Diketahui kota yang dihuni sekitar 800 ribu orang tersebut menarik 20 juta wisatawan setiap tahunnya. Melansir Dutch News, 18 April 2024, sekitar 2.300 kapal pesiar berlabuh di tepi laut kota ini pada 2023. Pada 2028, pemerintah kota ingin mengurangi jumlah tersebut jadi 1.150 kapal.

Langkah ini akan mengurangi jumlah wisatawan sebanyak 271 ribu orang dan memukul perekonomian wilayah tersebut sebesar 73,5 juta euro (setara Rp1,2 triliun) per tahun. Masalah yang disebabkan kapal pesiar sangat akut selama musim semi ketika 1.000 kapal berlabuh di ibu kota, kata Van Buren.

Pemerintah setempat juga akan mengurangi jumlah perjalanan dengan bus. "Kami tidak menggunakan tur bus secara umum, tapi kami banyak melakukan tur sungai," kata Remco Groenhuijzen, manajer umum Hotel Movenpick di pusat kota.

Ia menambahkan, "Tapi, kamu perlu mengisi ruangan yang kosong. Kebijakan ini hanya mempunyai nilai simbolis saja. Itu tidak menyelesaikan apapun."


Tur Sungai Diperbanyak

Amsterdam mendapat julukan "Venesia Utara" berkat kanal-kanalnya yang menawan. (merdeka.com/Arie Basuki)

Kota Amsterdam juga sempat meluncurkan kampanye "Stay Away" tahap kedua dalam upaya mengurangi jumlah wisatawan beranggaran terbatas yang datang ke kota untuk merokok ganja dan bersenang-senang. Negara ini telah menaikkan pajak wisatawan ke tingkat tertinggi di dunia.

"Pariwisata merupakan masalah di seluruh dunia, dan wisatawan tidak suka jika tempat-tempatnya penuh," ungkap Van Buren. "Tapi, kami tidak bisa begitu saja memasang pagar di sekitar Amsterdam."

Mengutip First Post, 18 April 2024, Belanda juga berusaha "mengekang" overtourism di ibu kota Amsterdam dengan melarang pembangunan hotel baru. Pemerintah Kota Amsterdam membuat aturan bahwa sebuah hotel baru hanya dapat dibangun di kota dengan tiga syarat: jika hotel lama ditutup, jumlah tempat tidur tidak bertambah, atau jika hotel baru akan lebih baik.

Tapi, aturan baru tersebut tidak akan diterapkan pada hotel yang sudah mendapat izin untuk dibangun. Sebelumnya, Amsterdam berupaya menghilangkan kesan sebagai kota vulgar dengan distrik prostitusi legalnya.

Pemerintah telah menetapkan 5 Destinasi Super Prioritas, antara lain Borobudur, Likupang, Danau Toba, Mandalika, dan Labuan Bajo. (Dok: Tim Grafis/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya