Ngeri, Ekstremis di Mali Serang Pesta Pernikahan dan Tewaskan 21 Orang

Serangan keji ini terjadi ketika penguasa militer negara Afrika Barat ini tengah berjuang memerangi meningkatnya kekerasan yang dilakukan oleh para ekstremis.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 04 Jul 2024, 10:00 WIB
Ilustrasi Duka Cita (Dok. Freepik/Freepic.diller)

Liputan6.com, Bamako - Sebuah kelompok bersenjata menyerang sebuah upacara pernikahan di Mali tengah dan menewaskan sedikitnya 21 orang.

Menurut presiden kelompok pemuda setempat, Bakary Guindo, para penyerang mengendarai sepeda motor ke Desa Djiguibombo di Kota Bandiagara pada Senin (1/7) malam ketika warga merayakan pesta pernikahan.

"Sebagian besar korban digorok lehernya," kata Guindo seperti dilansir kantor berita AP, Kamis (4/7).

Seorang warga bernama Hamidou Saye mengatakan para penyerang mengepung sejumlah besar tamu.

Belum ada kelompok yang mengaku bertanggung jawab atas serangan tersebut, namun serangan ini mengikuti pola yang dilakukan oleh kelompok ekstremis JNIM yang terkait dengan al-Qaeda dan sering menargetkan wilayah tersebut.


Krisis Keamanan

Ilustrasi bendera Mali (pixabay)

Masyarakat di Mali tengah dan utara telah dilanda kekerasan sejak tahun 2012. Pemberontak ekstremis digulingkan dari kekuasaan di kota-kota utara pada tahun berikutnya, dengan bantuan tentara Prancis.

Namun, belakangan para ekstremis telah berkumpul kembali dan melancarkan serangan terhadap desa-desa terpencil dan pasukan keamanan.

Hampir empat tahun setelah merebut kekuasaan dan kepergian pasukan penjaga perdamaian asing, penguasa militer Mali tidak banyak berhasil dalam membendung kekerasan. Pada saat yang sama, perjanjian perdamaian tahun 2015 dengan pemberontak etnis Tuareg yang aktif di utara telah gagal, sehingga memperparah krisis keamanan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya