Liputan6.com, Jakarta - Gallup World Poll telah melakukan survei terhadap populasi orang dewasa di lebih dari 160 negara dan wilayah di seluruh dunia. Data yang dikumpulkan pada 2023 mencakup hasil dari lebih dari 128.000 responden yang bekerja.
Menurut laporan Gallup State of the Global Workplace 2024 yang dilansir oleh CNBC, dikutip Kamis (4/7/2024), sebanyak 34% responden survei secara global mengatakan mereka "berkembang" dan hidup sejahtera, sementara 58% mengatakan mereka "berjuang" dalam pekerjaan. Sekitar 8% dari mereka yang disurvei secara global mengakui mereka "menderita" di tempat kerja.
Advertisement
Studi ini bertujuan menilai kesehatan mental dan kesejahteraan karyawan, serta mengukur keterlibatan melalui pengalaman positif seperti berkembang dan bersenang-senang, serta pengalaman negatif antara lain stres, kemarahan, kekhawatiran, kesedihan, dan kesepian.
Hal ini penting karena sebagian besar masyarakat menghabiskan sebagian besar waktu hidup di tempat kerja, sehingga tidak mengherankan jika pekerjaan dapat berdampak besar pada kesehatan mental dan kesejahteraan secara keseluruhan.
Laporan Gallup juga menyajikan daftar 10 negara dengan proporsi penduduk yang menyatakan mereka berkembang tertinggi. Finlandia menduduki peringkat pertama dengan 83%, diikuti oleh Denmark dengan 77%, dan Islandia dengan 76%.
Negara-negara Eropa mendominasi daftar tersebut, dengan tujuh negara masuk dalam 10 besar. Wilayah ini mencatat persentase terendah dari pekerja yang menunggu atau mencari pekerjaan baru, serta persentase terendah kedua dari pekerja yang mengalami kesedihan setiap hari.
Daftar Negara
Berdasarkan laporan Gallup, berikut adalah 10 negara dengan proporsi penduduk yang menyatakan mereka berkembang dan makin sejahtera:
1.Finlandia: 83 persen
2.Denmark: 77 persen
3.Islandia: 76 persen
4.Belanda: 71 persen
5.Swedia: 70 persen
6.Israel: 69 persen
7. Norwegia: 67 persen
8. Kosta Rika: 62 persen
9. Belgia: 60 persen
10. Australia: 60 persen
Daftar Negara di Asia
Laporan itu juga menyebutkan, peringkat Amerika Serikat lebih rendah dalam perlindungan tenaga kerja. Akan tetapi, dalam hal keterlibatan karyawan lebih tinggi.
“Orang sering membandingkan budaya bekerja untuk hidup di Eropa Barat dengan pola pikir hidup untuk bekerja di Amerika Serikat,” menurut laporan itu.
Pada akhirnya, pegawai yang terlibat di negara-negara dengan undang-undang Hak-Hak Ketenagakerjaan yang substansial memiliki kesehatan emosional paling baik.
Adapun Australia termasuk dalam 10 negara teratas dengan 60 persen responden mengatakan mereka “berkembang”. 21 persen mereka mengatakan terlibat dalam pekerjaan. Di Kosta Rika, 62 persen responden melaporkan mereka berkembang, sementara 34 persen mengatakan terlibat dalam pekerjaan.
Israel juga masuk dalam daftar itu sebagai negara di kawasan Timur Tengah dan Afrika Utara. Wilayah yang lebih luas mencatat persentase tertinggi pekerja yang mengalami stres sehari-hari dengan jumlah 52 persen responden dibandingkan Israel sebesar 39 persen.
Daftar Negara di Asia
Asia masih tertinggal. Namun, berikut ini ada 10 negara teratas di kawasan dengan persentase responden tertinggi yang mengatakan mereka berkembang:
1.Vietnam: 41 persen
2.Taiwan: 41 persen
3.Singapura: 39 persen
4.Thailand: 37 persen
5.Filipina: 36 persen
6.China: 36 persen
7.Korea Selatan: 34 persen
8. Malaysia: 31 persen
9. Jepang: 29 persen
10. Mongolia: 29 persen
“Ketika karyawan menganggap pekerjaan dan hubungan kerja mereka bermakna, pekerjaan dikaitkan dengan tingkat kenikmatan sehari-hari yang tinggi dan tingkat emosi negatif sehari-hari yang rendah. Khususnya separuh dari karyawan yang terlibat dalam pekerjaan mengalami kemajuan dalam kehidupannya secara keseluruhan,” menurut laporan itu.
Selain itu, ketika manajer terlibat, karyawan akan lebih mungkin untuk terlibat, menurut penelitian itu.
Tanggung jawab tidak hanya terletak pada karyawan, tetapi juga organisasi. Ketika perusahaan menerapkan perlindungan tenaga kerja yang diperlukan dan mempekerjakan manajer yang kuat, terlibat dan terlatih, karyawan yang terlibat dapat berkembang baik di tempat kerja dan kehidupan.
Advertisement
Jerman dan Prancis Kalah Telak dari Indonesia dalam Hal Ini
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyampaikan keyakinannya defisit APBN Indonesia dapat dipertahankan di bawah 3%.
Menurut Airlangga, hal ini seharusnya menjadi dorongan bagi semua pihak untuk tetap optimis terhadap kondisi perekonomian nasional saat ini dan ke depan. Airlangga menekankan, perluasan defisit anggaran di negara-negara Uni Eropa mencapai 5%-7% merupakan alarm yang harus diperhatikan.
Namun, Indonesia masih berada di bawah 3%, sehingga tidak perlu panik. Bank Sentral Uni Eropa pun telah mengingatkan negara-negara anggotanya untuk menjaga tingkat defisit anggaran di bawah 3%. Contoh negara-negara seperti Jerman, Prancis, dan Italia memiliki defisit antara 5%-7%, sementara Indonesia berada di bawah 3%.
Airlangga menegaskan, negara-negara Uni Eropa telah mendapatkan peringatan dari Bank Sentral Uni Eropa untuk mengikuti jejak negara-negara Asia.
Selain menjaga fundamental ekonomi Indonesia agar tetap kuat, Airlangga juga yakin kebijakan perekonomian pemerintah di tahun depan akan tetap sejalan dengan kebijakan saat ini. Selanjutnya, neraca perdagangan Indonesia pada Mei 2024 mencatat surplus sebesar USD 2,93 miliar, melanjutkan tren surplus selama 49 bulan berturut-turut.
Meskipun terdapat defisit sektor migas, surplus neraca perdagangan didukung oleh surplus sektor nonmigas sebesar USD 4,26 miliar. Peningkatan ekspor nonmigas Indonesia pada Mei 2024 dibandingkan April 2024 diikuti dengan peningkatan nilai ekspor ke Tiongkok, Amerika Serikat, dan Jepang. Ekspor Indonesia ke ASEAN dan Uni Eropa juga mengalami kenaikan.
Selain surplus perdagangan, pertumbuhan ekonomi Indonesia juga relatif tinggi sebesar 5,11%, inflasi rendah sebesar 2,8%, dan peringkat daya saing Indonesia naik sebanyak 7 tingkat, mencapai level tertinggi dalam 6 tahun terakhir.
IMD World Competitiveness Ranking 2024
Di sisi lain, hasil riset IMD World Competitiveness Ranking 2024 mencatat Indonesia menempati peringkat ke-27 dari 67 negara. Ini merupakan peningkatan signifikan dari posisi ke-34 yang diduduki pada tahun 2023. Selain itu, Airlangga juga menyebut bahwa Indeks Keyakinan Konsumen kita juga menunjukkan tren positif, begitu pula dengan Indeks PMI yang berada di atas angka 50.
Meskipun kondisi fundamental ekonomi kita masih stabil, Pemerintah tetap berupaya menjaga faktor sentimental regional dan mendorong masuknya investasi. Salah satu langkah yang diambil adalah dengan mendorong Devisa Hasil Ekspor. Selain itu, Pemerintah juga meminta kepada para pengusaha yang memiliki devisa di luar negeri untuk menginvestasikannya di dalam negeri.
Dengan demikian, upaya Pemerintah dalam memperkuat ekonomi Indonesia terus berlanjut. Kita dapat melihat adanya peningkatan dalam berbagai indikator ekonomi yang menjanjikan. Semoga langkah-langkah ini dapat memberikan dampak positif bagi pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat Indonesia.
Advertisement