Rupiah Perkasa Hari Ini, Ekonomi AS jadi Penolong

Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar AS menguat pada perdagangan Kamis. Penguatan rupiah setelah serangkaian data ekonomi Amerika Serikat (AS) lebih lemah dari perkiraan.

oleh Septian Deny diperbarui 04 Jul 2024, 12:45 WIB
Karyawan menunjukkan uang rupiah dan dolar AS di Jakarta, Rabu (30/12/2020). Nilai tukar rupiah di pasar spot ditutup menguat 80 poin atau 0,57 persen ke level Rp 14.050 per dolar AS. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar AS menguat pada perdagangan Kamis. Penguatan rupiah setelah serangkaian data ekonomi Amerika Serikat (AS) lebih lemah dari perkiraan.

Pada awal perdagangan Kamis pagi, kurs rupiah naik 40 poin atau 0,24 persen menjadi 16.331 per USD dari penutupan perdagangan sebelumnya sebesar 16.371 per USD.

"Rupiah diperkirakan akan kembali melanjutkan penguatan terhadap dolar AS yang melemah setelah serangkaian data ekonomi AS yang lebih lemah serta meningkatnya prospek pemangkasan suku bunga oleh The Fed setelah pernyataan yang relatif lebih dovish dari Kepala The Fed Powell," kata Analis Mata Uang Lukman Leong dikuip dari Antara, Kamis (4/7/2024).

Probabilitas pemangkasan suku bunga AS sebesar 74,4 persen pada bulan September. Dan pemotongan suku bunga AS diperkirakan akan terjadi sekali lagi di Desember 2024.

Lukman menuturkan data pekerjaan ADP, klaim pengangguran dan data ISM servis AS yang dirilis kemarin lebih lemah dari perkiraan.

Data pekerjaan ADP sebesar 150 ribu, lebih rendah dari perkiraan 160 ribu, klaim pengangguran 238, lebih lemah dibanding perkiraan 235 ribu, ISM 48,8 lebih rendah daripada perkiraan 52,5.

Ia memproyeksikan rupiah akan bergerak di kisaran 16.300 per USD sampai dengan 16.400 per USD.


Inflasi PCE Amerika Serikat Merosot pada Mei Topang Rupiah Hari Ini 3 Juli 2024

Ilustrasi dana BLT

Kemarin, rilis data ekonomi Amerika Serikat (AS) menopang pergerakan rupiah pada Rabu (3/7/2024). Data inflasi Indeks Harga Belanja Personal (PCE) Amerika Serikat merosot sehingga angkat rupiah.

Mengutip Antara, pada awal perdagangan Rabu pagi, 3 Juli 2024, rupiah naik 16 poin atau 0,10 persen menjadi 16.380 per dolar Amerika Serikat dari sebelumnya sebesar 16.396.  "Pada Mei 2024, inflasi PCE tumbuh sebesar 2,6 persen turun dari 2,7 persen pada April 2024. Inflasi inti PCE juga menurun menjadi 2,6 persen dari sebelumnya 2,8 persen,” ujar Analis Pasar Uang Bank Mandiri, Reny Eka Putri, kepada Antara.

Menurut Reny, penurunan inflasi tersebut menjadi sentimen positif bagi rupiah karena sudah sesuai dengan target bank sentral AS atau The Fed dalam Fed Guidance Juni 2024 dan ruang penurunan Fed Funds Rate (FFR) kembali terbuka.

Berdasarkan data CME Group, penurunan Fed Funds Rate terdekat akan terjadi pada pertemuan September 2024 dengan probabilitas sebesar 55 persen.

Sementara itu, pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) terdekat pada Juli 2024 diperkirakan masih akan mempertahankan FFR pada level 5,5 persen.

Saat ini, investor akan menunggu rilis pertemuan FOMC pada Kamis pekan ini untuk memperoleh arah yang lebih detail dari kebijakan The Fed dan akan mengantisipasi data sektor tenaga kerja AS yang akan dirilis pada akhir pekan ini.

Data nonfarm payrolls diprediksi sebesar 180 ribu, menurun dari sebelumnya sebesar 272 ribu dan tingkat pengangguran AS diprediksi tetap sebesar 4 persen pada Mei 2024.

Dalam jangka pendek, secara teknis rupiah akan cenderung bergerak ke kisaran Rp16.200 per dolar AS sampai dengan Rp16.400 per dolar AS.

Pada perdagangan Rabu pagi ini, Reny memperkirakan rupiah bergerak di kisaran 16.375 per dolar AS hingga 16.435 per dolar AS.

 


Rupiah Selasa Sore Ditutup KO dari Dolar AS, Ini Penyebabnya

Karyawan menunjukkan uang dolar AS dan rupiah di Jakarta, Rabu (30/12/2020). Nilai tukar rupiah di pasar spot ditutup menguat 80 poin atau 0,57 persen ke level Rp 14.050 per dolar AS. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Sebelumnya, rupiah mengalami pelemahan pada hari Selasa, tertekan oleh sentimen hati-hati menjelang rilis data penting dari Amerika Serikat.

Dikutip dari ANTARA, Selasa (2/7/2024), penurunan rupiah mencapai 75 poin atau 0,46 persen, sehingga nilainya berada di 16.396 per dolar AS.

Menurut pengamat pasar uang Ariston Tjendra, pelemahan ini dipicu oleh kekhawatiran investor terhadap data tenaga kerja AS, khususnya data non-farm payrolls, yang diprediksikan akan menunjukkan hasil positif.

Selain data tenaga kerja, pasar juga menanti pidato gubernur bank sentral AS (The Fed) dan notulen rapat bank sentral yang akan dirilis dalam waktu dekat.

Suku Bunga

Investor ingin melihat apakah data dan pernyataan tersebut akan mengarah pada pemangkasan suku bunga acuan AS atau tidak.

Pelemahan rupiah juga tercermin dalam kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia yang turun ke level 16.384 per dolar AS dari sebelumnya 16.355 per dolar AS.

 

Infografis Beda Rupiah 1998 dengan 2018 terhadap Dolar AS. (Liputan6.com/Triyasni)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya