Liputan6.com, Jakarta - Apa penyebab paling umum ketika seseorang memiliki kutu di rambutnya? Lembab? Kurang menjaga kebersihan? Atau mungkin juga tertular dari orang lain?
Ya, dalam beberapa kasus, sejumlah orang tertular kutu dari orang lain. Namun, tahukah Anda kapan saja kemungkinan seseorang tertular kutu? Beberapa orang mungkin tidak tahu darimana ia bisa tertular, namun menurut studi terbaru kegiatan swafoto atau selfie rupanya merupakan salah satu sumber penularan kutu baru.
Advertisement
Dilansir Washington Post, Sabtu (6/7/2024), kutu, parasit yang hidup di kulit kepala, biasanya menyebar melalui kontak kepala langsung, terutama di kalangan anak-anak.
Ketika melakukan selfie, yang sering kali berarti mendekatkan dua atau lebih kepala supaya muat untuk masuk ke dalam foto, dapat memberikan kesempatan bagi kutu rambut untuk berpindah dari satu kepala ke lainnya, karena mereka tidak dapat melompat atau terbang.
"Selfie menjadi sumber penyebaran yang signifikan," kata Federico Galassi, peneliti dari Pusat Penelitian Serangga dan Pestisida di Buenos Aires.
Kasus Penyebaran Kutu Rambut Meningkat
Meski belum ada data yang melaporkan peningkatan jumlah kasus kutu, namun beberapa klinik pengobatan kutu di Amerika Utara dan Eropa bagian telah melaporkan peningkatan permintaan jasa mereka.
"Kami telah melihat pertumbuhan di seluruh negara," kata Krista Lauer, direktur medis nasional dari Lice Clinics of America. Perusahaan pengobatan kutu nasional itu melihat peningkatan 18 persen dalam pengobatan di klinik dan peningkatan 20 persen dalam penjualan produk pengobatan kutu selama 12 bulan berakhir pada April.
Klinik di luar Amerika Serikat juga melaporkan situasi yang sama.
Shawnda Walker, pemilik Nitwits, sebuah klinik pengobatan kutu di Toronto, Kanada, mengatakan bahwa kasus pada tahun 2022 sangat tenang tetapi bisnisnya mulai meningkat pada akhir musim panas dan dia telah melihat "peningkatan yang signifikan."
Dawn Mucci, pendiri klinik "Lice Squad" telah melihat peningkatan sekitar 50 persen dalam permintaan jasa selama tahun terakhir.
"Kami melihat yang sama di Britania Raya," kata Dee Wright, pemilik Hairforce, yang memiliki enam klinik di Britania Raya dan sedang membuka klinik ketujuhnya.
Pemilik klinik mengatakan bahwa banyak kliennya mencari bantuan profesional setelah gagal mengobatinya sendiri di rumah.
Jennifer Rosa, pemilik dua klinik Lice Lifters di Plymouth Meeting dan Washington Crossing, Pa., mengatakan bahwa banyak pengasuh yang membawa anak-anaknya telah mencoba mengobatinya dengan resep atau ramuan sendiri.
"Itu tidak berhasil, jadi itulah mengapa mereka berpindah ke kami untuk bantuan," katanya.
Advertisement
Jumlah Kasus Kutu Meningkat ke Masa Sebelum Pandemi
Beberapa ahli mengatakan bahwa banyak negara melihat kembali kasus kutu ke tingkat sebelum pandemi.
Kasus penyebaran kutu jatuh drastis pada awal pandemi ketika sebagian besar anak-anak tidak diperbolehkan pergi ke sekolah atau day care atau berpartisipasi dalam kegiatan ekstra kelas. Studi dari Britania, Argentina, Polandia, dan lainnya telah melaporkan penurunan selama pandemi di kalangan anak-anak sekolah.
"Kami tahu bahwa anak-anak kembali ke sekolah, melakukan playdates, bermain olahraga, dan melakukan kegiatan yang mereka lakukan sebelumnya," kata Albert Yan, ahli dermatologi pediatrik di Rumah Sakit Anak Philadelphia dan salah satu penulis laporan klinis tentang kutu kepala dari American Academy of Pediatrics.
"Tidak mengherankan bahwa ini kembali ke tingkat yang jauh lebih tinggi."