Liputan6.com, Jepang - Akademisi ikut menyoroti hasil survei Pandawa Research yang dilakukan pada bulan Juni untuk Pilkada Jepara 2024. Dari hasil survei tersebut, pilihan calon Bupati Jepara hanya tiga, dengan tingkat dukungan paling tinggi diperoleh pendatang baru Witiarso Utomo sebanyak 22,2 persen, disusul petahana Dian Kristiandi 21,3 persen dan KH. Nuruddin Amin 12,7 persen.
Dosen Ilmu Politik Universitas Negeri Semarang, Niswa Adlina Labiba mengatakan, dalam ranah dunia politik, tinggi rendahnya suatu elektabilitas dipengaruhi beberapa komponen, sesuai dengan teori preferensi politik yang menaunginya. Terdapat 3 preferensi politik, pertama yaitu rationality, dilihat dari sudut pandang seberapa jauh masyarakat menginginkan perubahan
"Hal ini bisa dilihat dari track record calon kepala daerah," kata dia dalam keterangannya, Kamis (4/7/2024).
Baca Juga
Advertisement
Kedua, aspek sosiologi bisa dilihat dari aspek latar belakang, kerekatan sosial, hingga kontribusi masyarakat.
Ketiga, secara psikologis, bagaimana calon kepala daerah membawakan diri sebagai seseorang yang memiliki jiwa kepemimpinan dan mengayomi.
"Ketiga aspek ini menjadi hal utama untuk menilai seberapa tinggi elektabilitas calon pemimpin di mata masyarakat," kata dia.
Apabila melihat data dari Pandawa Research, bakal calon Witiarso Utomo telah memenuhi 3 aspek preferensi politik dan lebih unggul dalam faktor alasan memilih:
Di antaranya lebih kenal, kepribadiannya baik, ramah menyenangkan, ikut pilihan tokoh, sering terlihat, visi dan misi disukai, menginginkan perubahan, kesamaan latar belakang dan ikut dalam kontribusi barang.
Apabila dilihat lebih dalam dari berbagai faktor, determinasi Witiarso Utomo juga begitu tinggi karena keinginan masyarakat untuk melakukan perubahan, keterlibatan sosial dan secara aspek psikologis lebih digemari masyarakat.
Maka, berdasarkan data yang ada, Witiarso Utomo lebih unggul serta dominan berdasarkan multi faktor.
Keunggulan ini juga diperkuat sikap politik masyarakat Jepara berdasarkan hasil riset dari Pandawa Research yakni aspek “menerima pemberian uang dari Calon Bupati, tetapi tetap memilih sesuai hati nurani” berada pada presentase 51,7 persen.
Padahal, dalam studi politik, terdapat banyak fenomena patologi politik sebagai faktor eksternal pemenangan calon pemimpin seperti money politic, serangan fajar, hingga gratifikasi yang bisa mempengaruhi pilihan.
Namun, berdasarkan data Pandawa Research masyarakat Jepara tetap memilih sesuai hati nurani.
"Hal ini berarti masyarakat Jepara mulai melek politik. Maka, 3 preferensi di atas tidak akan jauh berubah," ujarnya.
Akademisi yang juga asli Kabupaten Jepara ini menambahkan, tingginya survei Witiarso Utomo tidak lepas dari peran relawan yang membantu mengenalkan program kerja dan sosoknya sampai ke tingkat paling bawah.
“Faktor gerakan relawan juga menjadi penting, karena pendatang baru butuh simpul - simpul dukungan untuk merangkul semua. Terutama di daerah yang penetrasi masih rendah, tanpa mengurangi intensitas basis massa yang sudah kuat," tambahnya.
Secara terpisah Pakar Praktisi Komunikasi Publik dari Kindi PR and Strategic Communication, Irwan Saputra mengatakan, kalahnya petahana di survei Pandawa Research dinilai karena komunikasi politik yang belum efektif.
“Jarak persentase yang tipis antara petahana kepala daerah dan kandidat baru, dikarenakan komunikasi politik ke grassroot baik melalui media, ataupun sosial media lainnya belum efektif dan sehingga menyebabkan elektabilitasnya sebagai petahana belum bisa jauh melampaui kandidat baru," kata dia