Bukchon Hanok Village di Seoul Bakal Batasi Jam Kunjungan Turis demi Kurangi Sampah dan Suara Berisik

Otoritas setempat akan memperkenalkan tiga zona warna di Bukchon Hanok Village untuk mengatasi kunjungan wisatawan secara berlebihan.

oleh Asnida Riani diperbarui 05 Jul 2024, 09:00 WIB
Bukchon Hanok Village di Seoul, Korea Selatan. (dok. Visit Korea)

Liputan6.com, Jakarta - Destinasi populer di Seoul, Korea Selatan, Bukchon Hanok Village, akan memberlakukan jam malam bagi turis mulai Maret 2025. Aturan ini dirilis seiring upaya kompleks hanok, sebutan rumah tradisional lokal, berjuang melawan arus wisatawan berlebihan yang telah menyebabkan lebih banyak sampah dan suara berisik.

Melansir Korea Joongang Daily, Kamis, 4 Juli 2024, Kantor Distrik Jongno mendaftarkan desa seluas 1,128 juta meter persegi itu sebagai "daerah yang dikontrol secara khusus" di bawah Undang-Undang Promosi Pariwisata Korea Selatan pada Senin, 1 Juli 2024. Ini berarti termasuk wilayah Samcheong-dong dan Gahoe-dong.

Ketetapan itu memungkinkan kantor distrik mengontrol wisatawan di wilayah tersebut, yang rencananya akan dilakukan melalui tiga zona berkode warna. Zona merah di sekitar Bukchon-ro 11-gil, tempat sebagian besar hanok berada, menarik jumlah wisatawan terbanyak.

Ini akan ditutup untuk pengunjung mulai pukul 5 sore sampai pukul 10 pagi setiap hari. Mereka yang melanggar peraturan akan dikenakan denda sekitar 100 ribu won (sekitar Rp1,2 juta), kata kantor distrik.

Bukchon-ro 5ga-gil dan sebagian Gyedong-gil, lokasi restoran, kafe, dan beberapa hanok berada, telah ditetapkan sebagai zona orany  yang tidak memiliki jam malam. Tapi, staf pejabat distrik akan hadir memantau aktivitas.

Bukchon-ro 10-gil telah ditetapkan sebagai zona kuning. Pejabat distrik akan mengamati arus wisatawan di wilayah tersebut dan meningkatkan status zonanya jika diperlukan.

Uji coba zona berkode warna ini akan dimulai pada Oktober 2024. Distrik Jongno juga berupaya membatasi bus umum di dalam Desa Bukchon Hanok.


Batasi Bus di Bukchon Hanok Village

Jika biasanya banyak orang memakai hanbok, Maudy Ayunda dan Jesse Choi memilih untuk memakai batik saat jalan-jalan di Bukchon Hanok Village, Seoul, Korea Selatan (Foto: Instagram @maudyayunda)

Pada Januari 2026, pihaknya berencana menghilangkan halte bus di sepanjang 1,5 kilometer bentangan Bukchon-ro, mulai dari Stasiun Anguk hingga pintu masuk Taman Samcheong. Uji coba dijadwalkan pada Juli tahun depan.

Peraturan wisata baru ini menyusul keluhan bertahun-tahun dari penduduk Bukchon Hanok Village. Dengan daerah tersebut dikunjungi sekitar 6,44 juta wisatawan setiap tahun, kantor distrik setempat mengatakan bahwa mereka menerima 202 keluhan warga tahun lalu mengenai perilaku buruk turis di desa tersebut.

Hal ini termasuk pengunjung yang terlalu berisik, meninggalkan sampah di jalan, dan parkir liar. Sekitar 6.100 penduduk lokal tinggal di desa tersebut, menurut data pejabat setempat, tahun lalu.

Awal pekan ini, Korea Selatan juga memperkenalkan peraturan lebih ketat untuk mengurangi tur kelompok besar asal China, yang juga dikenal sebagai "tur dumping." Hal ini lantaran grup turis dengan harga murah tersebut telah diidentifikasi sebagai penyebab utama keluhan wisatawan, menurut Kementerian Kebudayaan, Olahraga, dan Pariwisata setempat.

 


Jawab Keluhan Wisatawan

Wanita yang mengenakan masker berswafoto selama Festival Budaya Kerajaan di Istana Gyeongbok, Seoul, Korea Selatan, Rabu (14/10/2020). Festival warisan budaya selama sebulan yang mengeksplorasi istana dan budaya kerajaan Korea Selatan dimulai pada 10 Oktober 2020. (AP Photo/Ahn Young-joon)

Mengutip Korean Times, Senin, 1 Juli 2024, tur semacam itu mengacu pada praktik agen perjalanan menarik wisatawan dengan harga rendah. Mereka kemudian memasukkan aktivitas belanja tanpa henti, sehingga mendapatkan komisi dari vendor di sepanjang perjalanan.

Kementerian merevisi pedoman bagi agen perjalanan yang dirancang untuk menarik wisatawan grup asal China. Ini bermaksud mengambil tindakan administratif terhadap pelanggar peraturan guna menghilangkan paket wisata berbiaya rendah yang mencakup belanja mulai Juli ini.

Secara khusus, otoritas setempat akan mengambil tindakan terhadap agen perjalanan yang memaksa wisatawan dalam grup belanja dan tidak membayar biaya yang sah saat melakukan tur. Kementerian akan meninjau dan memeriksa struktur keuntungan yang dilaporkan agen perjalanan untuk melihat apakah mereka terlalu bergantung pada biaya belanja untuk cuan.

Selain itu, Asosiasi Agen Perjalanan Korea, Asosiasi Toko Bebas Bea Korea, dan toko bebas bea akan bekerja sama dengan kementerian untuk memeriksa apakah agen perjalanan mengikuti peraturan di situs belanja. Hal ini disinyalir bisa meminimalisir apa yang selama ini dikeluhkan wisatawan.


Liburan ke Korea Enak Bulan Apa?

Musim semi dianggap sebagai waktu yang penting dalam budaya Korea Selatan. Banyak festival dan acara budaya yang diadakan selama musim ini. (AP Photo/Ahn Young-joon)

Melansir Lonely Planet, bulan Maret hingga Mei adalah waktu terbaik untuk menikmati cuaca sejuk dan mekarnya bunga sakura di Korea Selatan. Di waktu-waktu ini, karena cuaca lebih hangat, banyak orang trekking, ada pengendara sepeda motor di jalan, sementara liga bisbol dan sepak bola profesional Korea mulai berlangsung.

Juni hingga Agustus adalah waktu terbaik untuk pergi ke pegunungan atau pantai. Musim panas di Korea Selatan panjang, panas, dan disertai hujan, terutama di wilayah perkotaan. Musim hujan di Korea, dikenal sebagai jangma, dimulai pada paruh kedua bulan Juni dan dapat berlangsung hingga Agustus.

Lalu, September hingga November adalah waktu terbaik untuk melihat bunga ginkgo keemasan dan lebih banyak warna alam secara keseluruhan. Mengunjungi negara ini pada musim gugur adalah rencana yang sangat mudah. Temperatur yang nyaman, udara segar, dan langit cerah menjadikan ini waktu yang ideal untuk berwisata di "Negeri Pagi yang Tenang." Bulan September acap kali dianggap bulan pantai terbaik di Korea Selatan.

Tidak ketinggalan, Desember hingga Februari adalah waktu terbaik untuk olahraga musim dingin. Bepergianlah pada musim dingin membuat Anda akan segera mempelajari ungkapan "Choo-uh!" yang berarti, "Dingin!" Negara ini bisa sangat dingin saat-saat seperti ini, terutama di bagian utara dan pegunungan. 

Wisata urban adalah wisata yang menjadikan ruang-ruang publik kota dan pengalaman hidup di perkotaan sebagai atraksi utama. (Dok: Liputan6.com/Trisyani)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya