Liputan6.com, Jakarta Sejahteraraya Anugrahjaya Tbk (SRAJ) berencana melakukan penambahan modal tanpa hak memesan efek terlebih dahulu (PMTHMETD) atau private placement. Pada aksi tersebut, perseroan akan menerbitkan saham baru sebanyak-banyaknya 1,2 miliar saham.
Jumlah saham yang ditawarkan itu sebanyak-banyaknya 10% dari jumlah modal ditempatkan dan disetor perseroan saat ini. Sehubungan dengan rencana tersebut, perseroan akan menyelenggarakan RUPS Independen pada 12 Agustus 2024 untuk meminta persetujuan pemegang saham.
Advertisement
Sebagai akibat dari penerbitan saham baru melalui PMTHMETD, maka jumlah saham yang dikeluarkan oleh Perseroan menjadi lebih banyak. Lebih lanjut, sebagai akibat dari bertambahnya jumlah saham yang dikeluarkan oleh perseroan dalam rangka PMTHMETD, maka persentase kepemilikan saham masing-masing pemegang saham Perseroan akan mengalami penurunan (dilusi) sebesar-besarnya 9,09%.
Melansir keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Jumat (5/7/2024), perseroan berencana untuk menggunakan dana hasil private placement untuk beberapa hal. Pertama, mendukung kebutuhan dana dari pengembangan proyek rumah sakit perseroan di masa depan.
Rinciannya, perluasan proyek rumah sakit Mayapada Hospital Jakarta Selatan dengan menambah 100 tempat tidur. Rumah sakit ini dijadwalkan mulai beroperasi pada kuartal II 2026.
Kemudian, untuk pengembangan proyek rumah sakit Mayapada Apollo Batam International Hospital dengan kapasitas 200-250 tempat tidur, yang mulai beroperasi pada 2026. Selanjutnya, pembelian lahan dan pembangunan awal proyek rumah sakit Mayapada Hospital Surabaya 2. Pengoperasian rumah sakit Mayapada Hospital Surabaya 2 akan dilakukan pada 2027.
Selain pengembanagn rumah sakit, dana hasil private placement akan digunakan untuk pelunasan utang perseroan kepada Surya Cipta Inti Cemerlang (SCIC).
Respons BEI Terkait Banyak Saham Emiten Baru yang Loyo
Sebelumnya, manajemen Bursa Efek Indonesia (BEI) menanggapi terkait harga saham emiten yang baru mencatatkan saham perdana atau listing alami koreksi.
Direktur Penilaian Perusahaan BEI, I Gede Nyoman Yetna menuturkan, pihaknya berupaya mendorong lebih banyak perusahaan untuk tercatat di BEI, seiring dengan upaya meningkatkan kualitas perusahaan tercatat. "Kami optimis bahwa dengan berbagai inisiatif dan dukungan yang kami berikan, kualitas dan kuantitas perusahaan yang melakukan IPO akan terus bertambah setiap tahunnya,” ujar Nyoman seperti dikutip Jumat, (5/7/2024).
Nyoman menuturkan, penurunan harga saham dapat disebabkan oleh beberapa faktor di pasar modal seperti aspek fundamental dan kelangsungan usaha. Namun demikian, sebagaimana disampaikan sebelumnya, menurut Nyoman, pergerakan harga saham dapat dipengaruhi juga faktor-faktor lainnya antara lain kondisi ekonomi nasional dan global, sentimen pasar, serta dinamika permintaan dan penawaran.
"Oleh karena hal tersebut, penurunan harga saham tidak serta merta menunjukkan adanya keraguan atas kelangsungan usaha suatu perusahaan,” tutur dia.
Nyoman menuturkan, perusahaan yang saham-nya tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) telah memenuhi kriteria-kriteria yang diatur di dalam peraturan bursa, termasuk kriteria terkait kondisi dan kinerja keuangan.
"Selain itu, evaluasi bursa tidak hanya memperhatikan aspek formal tetapi juga aspek substansi lain seperti kelangsungan usaha. Bursa juga senantiasa mendukung transparansi dari perusahaan tercatat melalui proses monitoring yang dilakukan,” kata dia.
Advertisement
Keputusan Investasi
Nyoman mengatakan, sebagaimana tertuang dalam Ketentuan IV.1.4.1, Peraturan Bursa Nomor I-A, bursa dapat meminta dokumen, informasi dan atau penjelasan tambahan baik secara lisan maupun tertulis dengan calon perusahaan tercatat dan atau pihak-pihak lain yang terkait rencana pencatatan saham calon perusahaan tercatat dalam rangka penelahaan atas rencana pencatatan saham calon perusahaan tercatat.
“Bursa juga telah mengomunikasikan perihal permintaan laporan riset ekuitas kepada underwriter dengan tujuan memastikan kualitas calon perusahaan tercatat,” kata dia.
Ia mengatakan, laporan tersebut juga disampaikan underwriter ketika perusahaan telah tercatat sebagai upaya untuk meningkatkan disclosure dan exposure perusahaan yang baru tercatat kepada publik, serta meningkatkan market attractiveness sebagai pendukung informasi fundamental yang disampaikan oleh perusahaan tercatat.
“Kami berharap kebijakan tersebut dapat meningkatkan market attractiveness bagi perusahaan yang baru mencatatkan sahamnya di bursa dan dapat membantu keputusan investasi bagi publik. Kami juga terus mengkaji perubahan pengaturan dengan dinamika terkini pasar modal Indonesia,” tutur dia.
BEI Bidik 62 IPO di 2024, tapi Baru Terealisasi Segini
Sebelumnya, Bursa Efek Indonesia (BEI) optimis minat perusahaan menggalang dana dari pasar modal lewat IPO masih ramai. Hingga paruh pertama tahun ini, Bursa mendapati 25 emiten baru yang tercatat lewat IPO, belum sampai separuh target IPO Bursa untuk 2024.
"Sampai dengan akhir semester pertama, telah terdapat 25 Perusahaan Tercatat dengan pencapaian fund raised sebesar Rp 4 triliun, dengan jumlah pipeline saat ini mencapai 24 perusahaan," ungkap Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna kepada wartawan, Rabu (3/7/2024).
Dengan fundamental ekonomi yang relatif kondusif dan potensi pertumbuhan sektor-sektor tertentu, dinilai akan mendukung aktivitas IPO pada sisa tahun ini. Bursa sebelumnya menargetkan sekitar 62 saham baru tercatat melalui IPO pada 2024. Angka tersebut lebih rendah dibandingkan raihan IPO 2023 yang mencapai 79 emiten.
Sepanjang semester I 2024, mayoritas saham IPO mencatatkan penurunan harga. Menanggapi itu, Bursa mengaku mengamati perkembangan harga saham dari seluruh perusahaan-perusahaan yang tercatat di BEI, termasuk perusahaan yang baru melaksanakan IPO di tahun ini.
Advertisement