Liputan6.com, Sukabumi - Pembangunan saluran irigasi tersier di Kampung Mangkalaya, RT 01 dan RT 02/RW 05, Desa Cibolang, Kecamatan Gunungguruh, Kabupaten Sukabumi, diprotes warga. Mereka kecewa karena proyek yang bersumber dari Dana Desa (DD) tersebut, kembali rusak setelah satu pekan selesai dibangun.
Ketua RT 02 di Kampung Mangkalaya, Desa Cibolang, Kecamatan Gunungguruh, Kabupaten Sukabumi, Jaja mengatakan, pembangunan drainase sepanjang 250 meter dan lebar 20 sentimeter, serta tinggi 50 sentimeter itu, menuai protes warga.
Advertisement
Lantaran warga menilai hasilnya tidak memuaskan karena baru beberapa hari setelah pembangunan, drainase tersebut sudah rusak kembali.
“Iya, itu yang menjadi permasalahan di wilayah RT 02 ini, karena hasilnya tidak memuaskan dan itu jaraknya hanya 66 meter. Jadi kiri dan kanan pembangunanya hanya 132 meter panjangnya,” kata Jaja saat dikonfirmasi Jumat (5/7/2024).
Kekecewaan warga semakin memuncak setelah beberapa hari pembangunan selesai, saluran drainase tersebut sudah terlihat rusak.
“Yang tidak memuaskan itu sebetulnya pelesterannya atau bagian atasnya, sudah rusak. Bahkan, saat waktu kemarin ditinjau oleh pemerintah Kecamatan Gunungguruh juga, itu pekerjaannya dikomplain parah,” ujarnya.
Dia mengatakan, pemerintah kecamatan juga sempat meninjau proyek tersebut. Kerusakan itu diduga karena kualitas bahan bangunan yang kurang baik.
“Sempat ambles itu drainasenya, karena memang kurang memuaskan hasilnya. Bahkan, sama tangan juga bisa rusak,” jelasnya.
Drainase Dibangun Satu Bulan Lalu
Masih kata Jaja, proyek drainase tersier tersebut mulai dibangun oleh pemerintah Desa Cibolang melalui pihak ketiga pada Jumat (11/06) lalu dengan lama pekerjaan sekitar dua pekan terakhir.
“Kalau keinginan warga itu kemarin saya sudah ngobrol sama warga itu, mintanya dibenarkan lagi saja, dan harus dibongkar lagi sama yang bertanggung jawab atas pembangunan ini,” tuturnya.
Pihaknya menyebut, warga juga sudah mempertanyakan persoalan pembangunan yang menggunakan dana desa tersebut, kepada pemerintah Desa Cibolang, Kabupaten Sukabumi.
“Nah, jawaban dari Kepala Desa-nya itu, ingin mempertanyakan kepada pihak pemborongnya dulu, dari pihak kedua ke pihak ketiga terus ke pihak pekerjanya. Iya, katanya begitu,” ujarnya.
Pihaknya juga mengaku kecewa. Lantaran, saat pemerintah Kecamatan Gunungguruh meninjau ke lokasi proyek, ia selaku Ketua RT di Kampung Mangkalaya dipanggil hingga ditegur oleh aparatur pemerintah Kecamatan Gunungguruh.
Penjelasan yang diterima dari pemerintah kecamatan menyebut, jika pembangunan di bawah anggaran Rp200 juta itu, tidak diwajibkan menggunakan pemborong.
Dampak dari pembangunan proyek yang rusak tersebut, lanjut Jaja, kini warga di wilayah kampung tersebut, merasa khawatir drainase tersebut dapat jebol atau ambruk hingga merusak rumah penduduk.
“Dampaknya itu kan, di bawah drainase itu ada pemukiman warga. Nah, takutnya jebol kalau enggak dibenarkan jebol ke wilayah RT 3, di sana ada 9 KK yang terancam longsor. Apalagi, sekarang lagi musim hujan,” ungkapnya.
Advertisement
Kerusakan Drainase Mengancam Sejumlah Rumah Warga
Masih ditempat yang sama, seorang warga Kampung Mangkalaya, Ujang Saepudin (53) mengatakan, ia merupakan salah satu warga di RT 02 memiliki hak dan kewajibanya untuk menanyakan perihal anggaran pembangunan drainase.
Berdasarkan papan proyek yang terpasang di lokasi pembangunan drainase tersebut, tertera bahwa anggaran bersumber dana desa itu telah menghabiskan sekitar Rp60 juta dengan total luas volume sekitar 90 meter persegi.
“Tapi, anggaran yang begitu besar hasilnya tidak memuaskan. Bahkan, belum juga satu bulan selesai pembangunannya, sekarang sudah rusak lagi,” ujar Ujang Saepudin.
Ia bersama warga lainnya, merasa khawatir jika musim hujan turun dengan intensitas tinggi, air dari saluran drainase itu, meluap ke rumah warga yang berada di bawah lokasi pembangunan proyek.
“Itu pernah kejadian sekitar tahun 2009 lalu, airnya sampai meluap ke rumah ibu saya yang ada di bawah, sampai jebol dinding rumahnya juga. Itu tanah dari kebun masuk semua ke dalam rumah,” tuturnya.
Dia pun berharap agar pemerintah Desa Cibolang, Sukabumi, dapat kembali memperbaiki pembangunan drainase tersebut. Sehingga dapat berfungsi sebagaimana mestinya dalam jangka waktu panjang.
“Itu kan di bawahnya enggak dicor, kalau arus airnya deras, jangan kan satu tahun satu, dua bulan juga sudah hancur, jika ada arus deras. Maka otomatis pondasinya akan ambruk. Harapan warga pengen diperbaiki secara maksimal, bukan hanya pembangunan secara sepintas aja, tapi untuk jangka panjang,” kata dia.
Tanggapan Kepala Desa Cibolang
Menanggapi kejadian tersebut, Kepala Desa Cibolang, Arif Agung Gumelar menyatakan, pihaknya membenarkan bahwa pembangunan saluran drainase tersier tersebut, telah mendapatkan protes dari warga setempat.
“Intinya terkait keluhan warga perihal kegiatan yang kemarin itu, kita sudah koordinasi dengan pihak kecamatan, bahwa statmen dari pihak kecamatan itu bukan mengurangi volume atau tidak dikerjakan, tetapi itu cuma untuk diperbaiki,” kata Arif.
Pihaknya menyebut, dalam waktu dekat ini ia akan melakukan survei kembali ke lokasi proyek untuk memperbaiki saluran drainase tersier yang rusak tersebut.
“Untuk rencana perbaikan itu, Insya Allah akan segera dilakukan. Kalau tidak Jumat (05/07) pasti kami lakukan perbaikannya pada Sabtu (06/07),” ujarnya.
Dia menjelaskan, pembangunan saluran drainase di wilayah kampung tersebut telah menggunakan anggaran dari Dana Desa (DD) tahap I tahun 2014 dengan besar anggaran sebanyak Rp 60.917.000.
“Pengerjaannya itu 30 hari kerja. Dikerjakan oleh TPK Desa, jadi memang isu yang berkembang di masyarakat itu, dikontraktualkan. Nah, sebenarnya itu hanya untuk mengurangi gangguan-gangguan saja di lapangan,” ujarnya.
Ketika disinggung mengenai faktor penyebab kerusakan pembangunan drainase tersier, Arief menjawab, bahwa hal tersebut terjadi karena berbagai faktor.
“Sebab bangunan rusak, itu mungkin satu karena faktor cuaca bisa, keduanya mungkin karena faktor kekurangan bahan atau semen,” ungkapnya.
“Di situ memang ada yang kurang, tapi bukan kurang belanja yah itu, karena kurang kontrol di lapangan aja, soalnya ada semen sisa dari pembangunan drainase di wilayah itu, sebanyak 15 sak, kita sumbangkan ke wilayah RW lain atau dialihkan untuk pembangunan jalan rabat beton menuju pemakaman,” sambung dia.
Advertisement