Geger Kasus Pemecatan Dekan FK Unair, Rektor: Tidak Ada Komentar Dulu

Budi Santoso membenarkan pernyataannya itu sebagai bentuk kewajiban dirinya untuk berpamitan dengan para dosen maupun senior.

oleh Yusron Fahmi diperbarui 05 Jul 2024, 23:51 WIB
Rektor Universitas Airlangga (UNAIR) Prof Dr Mohammad Nasih dalam forum diskusi kebangsaan di Jakarta. (Foto: Liputan6.com/Ady Anugrahadi).

Liputan6.com, Surabaya - Rektor Universitas Airlangga (Unair) Surabaya Mohammad Nasih enggan berkomentar terkait pemberhentian Dekan Fakultas Kedokteran Unair  Budi Santoso.

"Tidak, belum-belum, ya, sudah ya tidak ada komentar dulu," kata Nasih di Surabaya, Jumat.

Nasih juga enggan menjawab ketika ditanya apakah pemecatan Prof Budi karena menolak naturalisasi dokter asing. Ia hanya berulangkali menyatakan enggan berkomentar.

"Tidak ada komentar saya, sudah tidak ada komentar ya," katanya.

Sebaliknya, Nasih justru mempertanyakan media memberitakan soal pemecatan Dekan FK Unair, sementara belum melihat langsung terkait SK tersebut. Meski demikian, Humas Unair sebelumnya telah membenarkan pemecatan Dekan FK Unair.

Heboh pemecatan dekan FK Unair Budi Santoso berawal dari pernyataan Budi Santoso yang beredar di WhatsApp Group (WAG) Dosen FK Unair pada Rabu (3/7/2024).

Dalam pernyataannya, Budi Santoso berpamitan kepada sekitar 300-an anggota di grup tersebut, usai menerima keputusan Rektorat Unair yang memberhentikan dirinya dari jabatan Dekan FK Unair.

"Per hari ini saya diberhentikan sebagai Dekan FK Unair. Saya menerima dengan lapang dada dan ikhlas. Mohon maaf selama saya memimpin FK Unair ada salah dan khilaf, mari terus kita perjuangkan FK Unair tercinta untuk terus maju dan berkembang," demikian petikan pernyataan Budi Santoso dalam WAG tersebut.

Saat dikonfirmasi, Budi Santoso membenarkan pernyataannya itu sebagai bentuk kewajiban dirinya untuk berpamitan dengan para dosen maupun senior.

"Benar, itu pesan dari saya di grup dosen FK Unair. Benar saya diberhentikan per hari ini," katanya.

Saat ditanya apakah hal itu berkaitan dengan statemennya yang menolak program dokter asing di Indonesia, Budi Santoso membenarkan hal itu.

"Iya. Proses saya untuk dipanggil berkaitan dengan itu," ujarnya.


Beda Pendapat dengan Rektor

Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Prof. Dr. dr. Budi Santoso, Sp.OG.(K) dicopot dari jabatannya. (Foto: Unair.ac.id)

Ia beranggapan terjadi perbedaan pendapat antara pimpinan Unair dengan dirinya terkait program Kemenkes untuk mendatangkan dokter asing.

"Karena rektor pimpinan saya dan saya ada perbedaan pendapat, dan saya dinyatakan berbeda ya keputusan beliau ya diterima. Tapi, kalau saya menyuarakan hati nurani, saya pikir kalau semua dokter ditanya, apa rela ada dokter asing? Saya yakin jawabannya tidak," katanya.

Menurut Budi Santoso, dirinya dipanggil oleh Rektorat Unair pada Senin (1/7) untuk mengklarifikasi pernyataan Budi menolak program dokter asing di Indonesia. Sedangkan keputusan pemberhentian ia terima hari ini.

Budi Santoso dalam pernyataan pribadinya kepada wartawan, di Jawa Timur, Kamis (27/6), mengatakan tidak setuju dengan program dokter asing di Indonesia.

"Secara pribadi dan institusi, kami dari fakultas kedokteran tidak setuju," katanya.

Prof Budi yakin 92 Fakultas Kedokteran di Indonesia mampu meluluskan dokter-dokter yang berkualitas. Bahkan, kualitasnya tidak kalah dengan dokter-dokter asing.

Infografis Cek Fakta: Kumpulan Hoaks Seputar Covid 19 terbaru yang beredar di WhatsApp (Liputan6.com/Abdillah)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya