Liputan6.com, Sarawak, Malaysia - Kawasan Mulu, Sarawak, Malaysia banyak menyimpan destinasi wisata menarik bagi para pelancong mancanegara, khususnya mereka para pecinta gua. Salah satunya Gua Angin dan Gua Clearwater.
Akses menuju ke dua gua tersebut terbilang menantang. Pengunjung harus menggunakan boat sampan. Arus airnya yang deras serta bentuk perahu yang kecil, membuat petualangan ini cukup mendebarkan.
Advertisement
Sarawak Tourism Board (STB) dan AirAsia mengundang Liputan6.com bersama tim lainnya untuk mengunjungi dua lokasi tersebut, Selasa 2 Juli 2024 lalu. Bersiap sejak pukul 08.00 waktu setempat, tim tur yang dipandu oleh Pemandu Wisata dari Sarawak Park, Maria Easter Sylvester ini menumpangi dua sampan yang sudah bersiap di bibir sungai dekat hotel tempat menginap. Tiap sampan yang panjangnya sekitar tujuh meter dengan lebar satu meter lebih ini mengangkut enam orang. Mereka duduk berbaris dengan kaki bersila untuk mengimbangi beban sampan.
Usai semua pelancong naik, sampan itu langsung tancap gas meluncur di atas air melawan arus sungai yang cukup deras. Biasanya debit air sungai ini surut, sehingga para nakhoda punya tehnik tersendiri agar sampan dapat terus melaju dengan sempurna.
"Air sungai ini biasanya tidak sederas ini. Airnya tidak tinggi. Kalau air sedikit, penumpang yang badannya besar akan duduk di belakang sehingga sampan agak sedikit ringan di depan. Saya ini sudah pakai celana pendek agar bisa turun di sungai," jelas Maria.
Setelah sampan melaju selama sekitar 20 menit, rombongan tiba di Gua Angin. Di tempat itu, sudah banyak turis asing yang siap melakukan petualangan. Mereka umumnya berkelompok dengan jumlah empat hingga delapan orang.
Dari dermaga tempat sampan bersandar, rombongan berjalan menaiki tangga yang lumayan tinggi. Kontur tanahnya menjulang dan sedikit berliku, membuat pelancong harus berhati-hati saat melangkah. Di tambah tangga yang terbuat kayu itu terlihat basah dan licin.
Usai sukses menaklukkan tingginya anak tangga, tibalah di mulut Gua Angin. Terlihat bentuk stalagmit, stalagtit dan formasi batu kapur lain di dalam Gua Angin yang mana dikatakan terbentuk sejak 60 juta tahun lalu. Bentuknya bermacam-macam, bahkan ada yang menyerupai seperti kepala buaya dan juga rangka buaya.
Sungai di Dalam Gua
Ada spot-spot tertentu yang terlihat istimewa. Di antaranya ada bebatuan yang berbentuk bak raja, ratu, hingga pion catur. Juga tiang-tiang yang seolah menopang bangunan, membuat Gua Angin ini begitu megah. Di tambah sorot lampu warna keemasan yang sedikit redup, menjadikan pemandangan gua semakin indah mempesona.
Usai berkeliling di dalam gua selama sekitar satu jam, kami berangsur keluar menuju destinasi wisata berikutnya, Gua Clearwater. Lokasinya tak jauh dari Gua Angin, hanya sekitar tiga menit dengan menggunakan boat.
Ada 200 anak tangga yang harus dilewati pelancong untuk mencapai mulut Goa Clearwater ini. Disebutkan gua ini diyakini sebagai salah satu sistem gua yang saling terhubung dan memiliki panjang 236.796 km dan dinobatkan sebagai gua terpanjang ke-9 di dunia.
Puncak dari ekspedisi ini terletak pada sungai jernih yang berada di dalam gua. Sungai tersebut terbilang lebar, sekitar delapan hingga 10 meter. Di sekitar dinding sungai ada bebatuan yang memiliki goresan alami. Ada yang berbentuk vertikal, horizontal, dan dipadu dengan pola-pola lainnya. Indah dan sedap dipandang mata.
"Di sungai ini, bila tidak banjir ada dari mereka yang pecinta gua berenang. Mereka menggunakan alat yang lengkap. Mereka berhenti di tangga ini," kata Maria sambil menunjuk tangga di sebelah bibir sungai.
Advertisement
Jagalah Bumi, Dia Akan Menjagamu
Liputan6.com mencoba menuruni tangga yang terendam air sungai. Saat kaki terkena air sungai, terasa dingin dan menyegarkan.
Usai menyusuri jalan dalam gua, naik turun tangga dari kayu dengan kontur jalan berliku, akhirnya kami kembali. Setiba di tempat awal, pelancong istirahat sejenak di area piknik di samping sungai. Mereka menikmati makan siang di bawah rimbun pepohonan tinggi. Sungguh nikmat mana lagi yang engkau dustakan?
Sekitar pukul 15.00 waktu setempat, rombongan kembali ke hotel dengan menggunakan boat sampan. Perjalanan ini menjadi petualangan kedua di National Park Mulu, Sarawak, Malaysia sebelum esoknya, Rabu 3 Juli 2024, dilanjutkan dengan agenda berjalan kanopi setinggi 25 meter di atas lantai hutan.
Menjelajahi tempat wisata alam di National Park Mulu Sarawak Malaysia memang tidak pernah puas. Alamnya sangat indah dan memanjakan mata. Yang lebih mengesankan, pemerintahnya memiliki kepedulian sangat tinggi untuk menjaga kelestarian alam tanpa mengeksploitasinya secara ugal-ugalan. Semua terkelola demi berlangsungnya ekosistem alam yang baik.
Karena warisan paling istimewa untuk generasi berikutnya adalah lingkungan yang lestari dan terjaga. Untuk itu, jagalah bumi maka dia akan menjagamu.