Minat Pemakaian Motor Listrik Kalah Jauh dari Sepeda Listrik, Ini Alasannya

Founder & CEO Tangkas Motor Listrik Agung Pamungkas mengatakan, ada sejumlah alasan kenapa sepeda listrik lebih disukai ketimbang motor listrik.

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 06 Jul 2024, 21:00 WIB
Founder & CEO Tangkas Motor Listrik Agung Pamungkas menyoroti produk sepeda listrik yang jauh lebih diminati masyarakat ketimbang motor listrik (Bola.com/Benediktus Gerendo Pradigdo)

Liputan6.com, Jakarta - Founder & CEO Tangkas Motor Listrik Agung Pamungkas menyoroti produk sepeda listrik yang jauh lebih diminati masyarakat ketimbang motor listrik, dengan jumlah pemakai hingga 75 persen lebih banyak untuk sepeda listrik.  

Menurut pria yang juga dikenal dengan sapaan Don Papank ini, ada banyak alasan kenapa sepeda listrik lebih disukai daripada motor listrik. Mulai dari kemudahan administrasi hingga harga yang jauh lebih terjangkau. 

"Sepeda listrik bisa 75-85 persen (lebih banyak penggunanya dari motor listrik). Dan sepeda listrik makin dibuat seperti mirip motor, tanpa kewajiban STNK dan uji tipe kendaraan, dengan harga bisa cuma 35 persen dari harga motor listrik," ungkapnya kepada Liputan6.com, Sabtu (6/7/2024).

Don Papank mengatakan, maraknya sepeda listrik tanpa wajib STNK dan surat uji tipe membuat masyarakat cenderung memilih sepeda listrik dibanding motor listrik.

"Padahal bentuk sepeda listrik makin kesini makin mirip dengan motor listrik. Namun sepeda-sepeda ini tidak memiliki kelengkapan STNK dan tidak ada surat lolos uji tipe, namun dijual dengan harga setengah dari motor listrik," keluhnya. 

"Hal ini pasti juga menggerus penjualan motor listrik yang didukung oleh pemerintah," kata Don Papank. 

Ia lantas meminta pemerintah segera menertibkan hal ini. Apalagi menurutnya sepeda-sepeda listrik semakin banyak beredar di jalan raya.

Selain itu, ia menambahkan, lantaran sepeda listrik tidak punya kewajiban pemakaian tingkat komponen dalam negeri (TKDN) bahkan tidak perlu menyertakan Nomor Induk Kependudukan (NIK) dalam pembeliannya, banyak produsen juga lebih memilih menjual sepeda listrik. 

"Hal ini sangat bertentangan dengan arah program pemerintah dalam rencana besar subsidi motor listrik untuk kurangi subsidi BBM. Bila ingin subsidi motor listrik makin terserap, maka tertibkan sepeda listrik. Sepeda listrik sebaiknya juga ber-STNK," pintanya. 

 


Pengguna Sepeda dan Motor Listrik di Indonesia Mayoritas Emak-Emak

Disela-sela kesibukannya, Lesti dan Billar tampak santai keliling komplek dengan mengggunakan sepeda listrik. Baby L tampak berdiri di depan Billar. [Youtube/Leslar Entertainment]

Sebelumnya, data Korlantas Polri mencatat jumlah sepeda motor di Indonesia per Februari 2024 berjumlah 134.181.607, mendominasi total populasi kendaraan di Indonesia dengan jumlah 160.652.675 unit.

Sedangkan motor listrik dalam negeri didata nyaris mencapai 75 ribu menurut data terbaru Asosiasi Industri Sepeda motor Listrik Indonesia (Aismoli).

Berdasarkan penelitian terbaru Populix, ternyata sepeda dan motor listrik lebih diminati oleh kalangan gender perempuan ketimbang laki-laki, terutama yang berkeseharian sebagai ibu rumah tangga.

"Jadi sepeda listrik ini ternyata sangat disukai terutama oleh ibu-ibu, jadi boleh dibilang ini sebagai alat commute di neighborhood masing-masing, di dekat rumah," kata Timothy Astandu, CEO Populix, pada konferensi pers di kawasan Jakarta Selatan beberapa hari lalu.

Hal itu terlihat dari data preferensi penggunaan kendaraan. Dalam kategori sepeda listrik, tujuan utama penggunaannya adalah untuk belanja kebutuhan sehari-hari (79 persen), antar-jemput teman atau keluarga (62 persen), mengunjungi teman atau keluarga (58 persen), mengirim barang (23 persen), dan bekerja (13 persen).

Untuk memenuhi tujuan tersebut, konsumen merasa bahwa jarak tempuh sepeda listrik yang ideal adalah 12,32 km. Sementara untuk membelinya, para konsumen berekspektasi sepeda listriknya dijual dengan harga Rp 4,7 juta.

Sementara kebiasaan penggunaannya, mayoritas pengguna sepeda listrik sebanyak 43 persen menggunakan sepedanya setiap hari.

Sebanyak 45 persen menggunakannya untuk menempuh jarak 5-10 km, sementara selisih tipis lainnya di 44 persen menggunakannya di jarak 1-5 km.

 

 


Pengguna Motor Listrik Juga Masih Dominan Perempuan

"Sepeda motor (listrik) juga ternyata banyak sekali yang perempuan. Karena perempuan itu mungkin lebih ke ibu rumah tangga (demografisnya) kan, jadi dia oke nih kalau dekat-dekat doang," kata Timothy.

Responden pengguna motor listrik memiliki tujuan utama untuk belanja kebutuhan sehari-hari (72 persen), mengunjungi teman atau keluarga (57 persen), antar-jemput teman atau keluarga (57 persen), bekerja (47 persen), dan perjalanan dalam kota (46 persen).

"Untuk yang kerjanya jauh, belum dominan untuk motor listrik. Itu menjadi salah satu yang harus di-solve problem-nya," imbuh Timothy.

Untuk memenuhi tujuan tersebut, konsumen merasa bahwa jarak tempuh sepeda listrik yang ideal adalah 12,32 km, sementara untuk motor listrik sebesar 74,93 km, yang menurut para responden ideal di harga motor listrik Rp 18 juta.

Preferensinya bergeser tak terlalu jauh di pengguna motor listrik, sebanyak 50 persen pengguna menggunakannya setiap hari.

Sedangkan mayoritas 44 persen responden menggunakan motor listriknya untuk menempuh 5-10 km. Sementara untuk jarak yang lebih jauh, 10-25 km eksistensinya mulai terlihat banyak menjadi 23 persen. 

 


Alasan Pameran Sepeda dan Motor Listrik Asiabike Digelar Pertama Kali di Indonesia

Alasan Pameran Sepeda dan Motor Listrik Asiabike Digelar Pertama Kali di Indonesia (Arief A/Liputan6.com)

Sebelumnya, gelaran Periklindo Electric Vehicle Show (PEVS) 2024, yang berlangsung di JIExpo, Kemayoran, Jakarta Pusat, dibarengi juga dengan pameran Asiabike yang untuk pertama kalinya digelar di Indonesia.

Asiabike Jakarta, yang didukung oleh Messe Frankfurt, Priklindo, Dyandra Promosindo, dan Jiangsu Bicycle Co Ltd, menjadi pameran perdagangan pertama yang didedikasikan untuk industri sepeda motor dua roda di Indonesia. Pameran selama lima hari ini, akan mempercepat inisiatif Indonesia dalam mempromosikan solusi mobilitas berkelanjutan, dengan 90 peserta global yang akan menjadi bagian dari perubahan tersebut, serta program pendukung yang komprehensif.

Dijelaskan Stephan Buurma, Member of the Board of Management, Messe Frankfurt Group mengatakan, meskipun pihaknya sudah menggelar banyak pameran di berbagai jenis industri di beberapa negara. Namun, di Indonesia sendiri, belum pernah menjadi tuan rumah pameran yang digelar oleh perusahaan yang pertama kali menggelar pameran di Jerman tersebut.

"Untuk Indonesia selama ini kenapa belum pernah, ini malahan jadi anomali. Sekarang, untuk pertama kalinya kita ingin melakukannya di Indonesia juga,' ujar Stephan, saat ditemui di area JIExpo, Kemayoran, Jakarta Pusat, Selasa (30/4/204).

Lanjutnya, Indonesia merupakan negara yang sangat penting di kawasan Asia Tenggara, dengan jumlah populasi terbesar dan perkembangan ekonomi yang sangat baik.

"Tentunya, perkembangan Indonesia selama 10 tahun sangat baik, dan ini menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara yang strategis," tegasnya.

Sementara itu, di sisi lain, Messe Frankfurt, akan memberikan nilai tambah, karena memiliki jaringan kepada rantai pasok internasional, untuk berbagai produk, baik sepeda, sepeda listrik, mobil listrik, hingga motor listrik.

 


Menuju Net Zero Emission

Di samping itu, sekarang banyak perusahaan-perusahaan di Barat ingin diversifikasi, dan juga berinvestasi ke negara selain Cina. Jadi ada banyak pemain-pemain yang dalam hal ini mudah-mudahan bisa berbisnis di luar Cina, seperti Indonesia, India, sampai Vietnam.

Dengan potensi yang Indonesia miliki dan didukung oleh pemerintah menuju era NZE, peluang menjadikan Tanah Air sebagai pemain utama pada kendaraan listrik semakin terbuka lebar.

Meski begitu, memang perlu diakui keterbatasan pengguna sepeda listrik di Indonesia yang masih kecil merupakan suatu tantangan tersendiri. Namun apabila tidak ada pihak yang memulai, kondisi tersebut tidak akan berubah.

"Mudah-mudahan kendaran listrik bisa memberi alternatif tambahan kepada Indonesia untuk membantu mencapai target ini dan sektor transportasi di Indonesia masih bisa berjalan lancar," pungkasnya.

 

Motor listrik lebih murah dalam perawatan, tapi tidak untuk baterai. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya