Liputan6.com, Gorontalo - Di tengah sepinya pengunjung Danau Perintis, Bone Bolango, Gorontalo terlihat seorang pria paruh baya sedang berjualan pentolan. Pria bertopi hitam itu bernama Mohammad Pakaya (50). Ia berasal dari Desa Pentadio, Kecamatan Telaga Biru, Kabupaten Gorontalo.
Muhammad bercerita, bahwa dirinya sudah lama menggeluti profesi sebagai penjual pentolan keliling. Kini sudah tahun ke 5 dirinya menjalani profesi sebagai penjual jajanan tersebut.
“Awal mula saya menjual begini dari tahun 2018,” kata Mohammad Pakaya.
Baca Juga
Advertisement
Kata Mohammad, alasanya memilih menjual pentol telur karena dirinya tidak mau bekerja atas perintah dari orang lain. Sebab, jika usaha milik orang lain, maka penghasilannya akan terbagi dua.
“Biarpun pendapatannya sedikit yang penting kita sendiri pemiliknya,” ujarnya.
Sebetulnya, dulu kata Mohammad, dirinya bukan seorang penjual pentolan keliling. Namun, awal mula dirinya memulai profesi sebagai pedagang dengan berjualan es mambo keliling.
“Tahun 2008 itu saya belum jualan pentol begini. Dulu itu saya masih jualan es keliling. Hingga 2018 kemudian beralih jualan pentol,” katanya.
Dirinya mengungkapkan, bahwa menjual es keliling adalah profesi lama yang pernah dijalani Mohammad. Bayangkan, dari umur 34 tahun, Mohammad sudah melakoni profesinya itu
“8 tahun lebih saya dulu berjualan es, setelah itu pindah profesi menjadi penjual pentol,”katanya.
Seiring berjalanya waktu, munculnya berbagai jenis olahan es, termasuk es cream di berbagai warung. Hal itu membuat es yang dijualnya mulai sepi pembeli, yang pada akhirnya ia harus memilih berjualan pentolan.
“Jika menjual es, kita yang harus cari pembeli. Tapi kalau pentol, pembeli yang cari kita,” jelasnya.
Simak Video Pilihan Ini:
Beli Kendaraan
Mohammad bilang, profesi penjual pentol telur sudah menjadi kegiatan yang sangat dibanggakan. Berkat dari menjual pentolan, kini Mohammad sudah bisa membeli 3 unit motor untuk dirinya dan istri.
“Modal saya paling mentok 300 lebih dan penghasilan saya dalam sehari kadang sejuta kadang juga hanya Rp800 ribu. Saya jualnya Rp1.000 dua biji pentol,” katanya.
Dengan kegigihan yang tinggi dan tidak mudah putus asa. Mohammad kini sudah memiliki anak buah yang menjual pentol di wilayah lain.
“Sekarang saya sudah punya anak buah 2 orang yang saya gaji dari hasil pendapatan mereka sehari-hari,” ujarnya.
Walaupun, sudah memiliki karyawan, tapi dirinya tetap saja berjualan layaknya pedagang lain. Bahkan, dengan usia yang cukup tua, Mohammad masih belum mau untuk pensiun menjadi seorang penjual pentol keliling.
“Sudah terbiasa begini, biar sudah tua tapi saya senang keliling jualan pentol,” ia menandaskan.
Advertisement