Desainer Dwi Iskandar Bicara Fashion Berkelanjutan, Minim Sampah di Koleksi Terbaru untuk Dunia Seni

Desainer Dwi Iskandar menjelaskan, belakangan banyak orang berfokus pada sustainable fashion berkelanjutan tapi tak sedikit yang kurang paham detailnya.

oleh Wayan Diananto diperbarui 07 Jul 2024, 22:40 WIB
Desainer Dwi Iskandar menjelaskan, belakangan banyak orang berfokus pada sustainable fashion berkelanjutan tapi tak sedikit yang kurang paham detailnya. (Foto: Dok. Instagram @dwiiskandar_dwico)

Liputan6.com, Jakarta Konsep berkelanjutan menggema di dunia seni khususnya mode. Desainer Dwi Iskandar menjelaskan, belakangan mulai banyak orang berfokus pada sustainable fashion atau fesyen berkelanjutan tapi tak sedikit yang kurang paham detailnya.

Ketika bicara sustainable fashion, orang biasanya merujuk eco-print atau bahan natural. Berkaca pada pengalaman, Dewi Iskandar mengaku tak bisa 100 persen menghindari penggunaan bahan non-natural. Kuncinya terletak pada proses termasuk orang yang diajak kerja sama.

Dalam wawancara virtual dengan Showbiz Liputan6.com baru-baru ini, Dwi Iskandar menyebut ada banyak tantangan dalam menerapkan fesyen berkelanjutan. Salah satunya, menerapkan zero waste saat memproduksi koleksi busana untuk diperkenalkan ke publik.

“Sebagai contoh, saya membawa koleksi sendiri memakai teknik less waste. Untuk zero waste susah karena saya harus membuat cutting yang tak banyak orang suka kalau bicara zero waste. Saya memakai bahan reused dan recycle sebagai elemen fesyen yang diproduksi,” katanya.

 


Konsep Fesyen Berkelanjutan

Dwi Iskandar. (Foto: Dok. Instagram @dwiiskandar_dwico)

Konsep fesyen berkelanjutan sejatinya bisa dimulai dari langkah kecil. Dwi Iskandar lantas terkenang momen kala klien atau tetangga datang ke butiknya untuk minta bantuan menambal baju yang bolong. Awalnya, ia kurang nyaman. Perlahan, Dwi Iskandar merespons positif.

“Setelah saya dalami, saya support itu. Di depan butik saya ada corner untuk menjual barang-barang lama yang sudah tidak berfungsi lagi kayak sampel atau koleksi lama tapi saya ganti sedikit detailnya,” cetus Dwi Iskandar merespons konsep berkelanjutan dalam tambal sulam.

“Bahkan, dalam peragaan busana saya (di The Apurva Kempinski Bali, pada Juni 2024) sebetulnya ada beberapa koleksi yang bukan baru. Koleksi lama yang rusak di lengan, saya rombak lagi agar menarik untuk dipakai,” paparnya panjang.


Tambahkan Detail di Baju Lama

Desainer Dwi Iskandar. (Foto: Dok. Istimewa)

Dwi Iskandar mengajak publik untuk tidak ragu memoles baju lama agar terlihat baru tanpa menghilangkan karakter pemakai. Belakangan, ia sering mengajak klien atau para pencinta mode mereparasi baju lama dengan menambahkan sejumlah detail agar tampak baru.

Dwi Iskandar meyakini, ramah lingkungan bisa dimulai dari hal-hal kecil. Salah satunya berkreasi dengan baju lama. Ini disampaikannya kala menjadi salah satu narasumber dalam konferensi pers virtual “The Apurva Kempinski Bali - Path to Sustainable Growth.”

“Kalau ada baju lama, kira-kira diapakan lagi ya. Jadi, saya ajak mereka berkreasi ditambahkan detail ini itu agar menjadi look yang bagus dan baru lagi. Ini waktunya kita bereksperimen lagi untuk mencari sesuatu yang tak biasa,” beri tahu Dwi Iskandar.


Karya-karya Desainer Lokal

Director of Marketing The Apurva Kempinski Bali, Melody Siagian, menjelaskan, Path to Sustainable Growth sejalan dengan kampanye Powerful Indonesia tahun lalu. (Foto: Dok. Istimewa)

Dalam kesempatan itu, Director of Marketing The Apurva Kempinski Bali, Melody Siagian, menjelaskan, Path to Sustainable Growth sejalan dengan kampanye Powerful Indonesia yang didengungkan tahun lalu dengan mengajak seniman lintas bidang termasuk desainer lokal.

“Kami selalu menunjukkan karya-karya desainer lokal, mendukung dari sisi promosi maupun story termasuk visi dan misi yang sama dengan kami, misalnya mempromosikan budaya Indonesia,” Melody Siagian memaparkan.

Sebagai contoh, bila tamu datang ke The Apurva Kempinski Bali, mereka akan bertemu lobby ambassador memakai pakaian adat dari Sumatra sampai Papua yang koleksinya berganti tiap dua bulan sekali. Pihaknya berkolaborasi dengan desianer lokal Dwi Iskandar.

Untuk kostum Lady in Red, Melody Siagian dan tim bekerja sama dengan desainer lokal Torang Sitorus dan Franklin Firdaus. Komitmen mendukung fashion lokal sejatinya tak pernah padam. Selain seni, The Apurva Kempinski Bali juga menyentuh aspek sosial budaya.

“Kami mengampanyekan the heritage of Indonesia. Kemarin kami meluncurkan galeri of art Gawai Dayak Festival 2024 untuk melestarikan budaya Kalimantan. Untuk sosial kami bekerja sama dengan Politeknik Negeri Bali dengan Sumba Hospitality Foundation,” pungkasnya.

 

 

Infografis Fakta-Fakta Menarik tentang Fashion. (Liputan6.com/Triyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya