Liputan6.com, Pyongyang - Kim Yo Jong, saudara perempuan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un, mengatakan latihan militer Korea Selatan baru-baru ini di dekat perbatasan antara kedua negara merupakan provokasi yang tidak dapat dimaafkan dan eksplisit.
Pernyataan ini disampaikan dan dilaporkan oleh media pemerintah KCNA pada Senin (8/7/2024).
Advertisement
Kim Yo Jong juga menuduh Yoon Suk Yeol menciptakan ketegangan di semenanjung Korea untuk mengalihkan perhatian publik dari kinerjanya yang buruk dalam politik dalam negeri, dikutip dari Japan Today, Senin (8/7).
Dia mengutip petisi daring yang menyerukan agar Yoon dimakzulkan, dengan lebih dari 1 juta tanda tangan.
Kim mengatakan bahwa jika Korea Utara menilai kedaulatannya sendiri telah dilanggar, angkatan bersenjatanya akan segera melaksanakan misi dan tugas sesuai dengan konstitusinya.
Militer Korea Selatan telah melanjutkan latihan artileri dengan tembakan langsung di dekat perbatasan laut barat pada akhir Juni, pertama kalinya sejak 2018.
Bulan lalu, Korea Selatan mengatakan akan menangguhkan perjanjian militer yang ditandatangani dengan Korea Utara pada tahun 2018 yang bertujuan untuk meredakan ketegangan, sebagai protes terhadap peluncuran balon sampah Korea Utara ke Selatan.
Warga Korea Utara Mulai Wajib Kenakan Pin Kim Jong Un
Untuk pertama kalinya, para pejabat Korea Utara terlihat mengenakan pin kerah bergambar pemimpin Kim Jong Un, yang merupakan tanda lain bahwa Korea Utara meningkatkan kultus kepribadiannya ke tingkat yang sama seperti yang dianugerahkan kepada mendiang ayah dan kakek.
Warga Korea Utara diharuskan memakai pin di bagian jantung mereka yang selama beberapa dekade bergambar pendiri negara tersebut, Kim Il Sung, atau putranya Kim Jong Il, atau keduanya. Keberadaan pin yang didedikasikan untuk Kim Jong Un belum diverifikasi sampai media pemerintah menerbitkan foto pada hari Minggu (30/6/2024) yang menunjukkan para pejabat mengenakan pin tersebut dalam pertemuan Partai Pekerja.
Pin tersebut adalah bagian dari mitologi yang disponsori negara seputar keluarga Kim yang memperlakukan Kim Il Sung dan Kim Jong Il seperti dewa. Mereka diabadikan dengan banyak patung di seluruh Korea Utara, ulang tahun mereka adalah dua hari libur utama negara tersebut, dan potret mereka digantung di semua rumah dan kantor.
Segelintir orang mempertanyakan kekuasaan pemimpin saat ini, Kim Jong Un, namun hanya sedikit gambar penghormatan terhadap pemimpin berusia 40 tahun tersebut yang ditampilkan di depan umum sejak dia mengambil alih kekuasaan pada akhir tahun 2011 setelah kematian ayahnya. Dan baru-baru ini, dia mulai mengambil langkah-langkah untuk meningkatkan kultus kepribadiannya sambil mencoba untuk keluar dari bayang-bayang warisan ayah dan kakeknya. Demikian seperti dilansir kantor berita AP, Selasa (7/2).
Pada bulan Mei, potretnya ditampilkan ke publik bersama dengan dua Kim lainnya untuk pertama kalinya di sekolah pelatihan yang dikelola Partai Pekerja. Pada bulan Januari, Kim Jong Un mengumumkan bahwa dia tidak akan lagi melakukan unifikasi secara damai dengan Korea Selatan, sebuah kebijakan yang telah dijalankan selama puluhan tahun oleh ayah dan kakeknya.
Para pengamat juga mengatakan Korea Utara tampaknya menahan diri untuk tidak menggunakan istilah seperti "Hari Matahari", yang mengacu pada ulang tahun Kim Il Sung pada tanggal 15 April.
"Serangkaian upaya terbaru untuk mengidolakan Kim Jong Un dinilai sebagai langkah untuk melemahkan para pendahulunya sekaligus membangun otoritasnya sebagai seorang pemimpin yang berbeda dari mereka," tutur wakil juru bicara Kementerian Unifikasi Korea Selatan Kim Inae kepada wartawan pada hari Senin.
Advertisement
Kim Jong Un Dilema?
Ahn Kyung-su, kepala dprkhealth.org, sebuah situs web yang berfokus pada masalah kesehatan di Korea Utara, mengatakan Kim Jong Un sedang mencoba untuk menghilangkan simbol-simbol yang mewakili warisan pendahulunya untuk mempromosikan eranya sendiri.
Namun, sebagai pemimpin generasi ketiga dalam keluarga Kim, dia akan kesulitan untuk bertindak terlalu jauh karena hal itu akan melemahkan legitimasi pemerintahan dinastinya, kata Ahn, yang telah mewawancarai banyak pembelot Korea Utara dan memantau dengan cermat media pemerintah Korea Utara.
"Kim Jong Un berada dalam dilema. Dia ingin lebih menjauhi warisan ayah dan kakeknya, tapi dia tidak bisa melakukannya," kata Ahn.
Dia mengakui warga Korea Utara kini diharapkan memakai pin Kim Jong Un.
Leif-Eric Easley, profesor studi internasional di Ewha Womans University di Seoul, mengatakan pemakaian pin Kim Jong Un bukanlah hal yang mengejutkan, mengingat dia telah mengonsolidasikan kekuasaannya selama lebih dari satu dekade.
"Pertanyaannya adalah, setelah Kim (Un Jong) keluar dari bayang-bayang para pendahulunya, apakah dia akan melakukan penyesuaian kebijakan untuk mengatasi kegagalan ekonomi Korea Utara di masa lalu,” kata Easley.
Dalam beberapa tahun terakhir, perekonomian Korea Utara yang rapuh semakin mengalami kemunduran karena pembatasan pandemi yang ketat, sanksi PBB yang terus-menerus, dan kesalahan manajemen yang dilakukan negara tersebut. Dalam pertemuan Partai Pekerja pada hari Sabtu (29/6), Kim Jong Un berbicara tentang "sejumlah penyimpangan yang menghalangi" upaya untuk meningkatkan status ekonomi negaranya.
Beberapa ahli mengatakan langkah Kim Jong Un juga terkait dengan dorongannya untuk menjadikan putrinya yang masih remaja sebagai pewaris dalam peralihan kekuasaan turun-temurun.
Badan mata-mata Korea Selatan menyebutkan pada bulan Januari bahwa mereka menilai putri Kim Jong Un, yang dilaporkan bernama Ju Ae dan berusia sekitar 11 tahun, sebagai calon pewaris ayahnya.
Namun, sejumlah analis mengatakan masih terlalu dini untuk menyebut dia sebagai penerus Kim Jong Un, mengingat usianya, dan hierarki Korea Utara yang didominasi laki-laki.