Liputan6.com, Jakarta - Pelaksanaan penawaran umum perdana atau initial public offering (IPO) di Asia Tenggara menurun tajam dalam enam bulan pertama 2024. Berdasarkan laporan Deloitte, kapitalisasi pasar anjlok 71 persen menjadi USD 5,8 miliar atau sekitar Rp 94,28 triliun (asumsi kurs dolar Amerika Serikat terhadap rupiah di kisaran 16.256).
Mengutip CNBC, ditulis Selasa (9/7/2024), Asia Tenggara hanya catat 67 penawaran umum perdana pada semester I 2024 dengan jumlah turun 21,2 persen dibandingkan periode sama tahun lalu. Jumlah dana yang diperoleh dari IPO anjlok 53,3 persen YoY menjadi USD 1,4 miliar atau sekitar Rp 22,77 triliun.
Advertisement
Deloitte menyebutkan, tidak ada IPO blockbuster dari Januari-Juni 2024, yang ada hanya satu IPO besar dengan kapitalisasi pasar lebih dari USD 1 miliar dan kumpulkan dana lebih dari USD 200 juta atau sekitar Rp 3,25 triliun. Pada periode sama tahun lalu, ada tiga IPO besar yang masing-masing hasilkan lebih dari USD 600 juta atau sekitar Rp 9,75 triliun.
Hal ini menandai kelanjutan tren penurunan yang dimulai pada paruh kedua 2022, berdasarkan data Deloitte. “Tren penurunan ini menandakan sentimen pasar IPO yang lemah di mana investor dan kandidat IPO terus memperhatikan faktor ekonomi,” tulis Deloitte.
Namun, laporan itu menunjukkan secara historis, paruh kedua 2024 selalu menjadi periode dengan kinerja terbaik antara 2020-2022.
"Prospek pertumbuhan meski positif dan peningkatan investasi asing langsung di Asia Tenggara, ketidakstabilan geopolitik yang berkepanjangan dan tingkat suku bunga yang tinggi telah menjadi faktor signifikan yang mempengaruhi kondisi pasar dan sentimen investor di Asia Tenggara,” ujar Deloitte’s Southeast Asia Accounting and Reporting Assurance Leader, Tay Hwee Ling.
Analis Deloitte memperingatkan, suku bunga yang tinggi mungkin akan bertahan pada 2024 seiring dengan upaya pemerintah mengatasi kekhawatiran inflasi.
Penggalangan Dana IPO di Indonesia Anjlok
Dengan latar belakang ini, investor memilih “profitabilitas yang terbukti dan arus kas berkelanjutan” dibandingkan pertumbuhan model bisnis dengan segala cara yang banyak diadopsi perusahaan pada 2020-2022.
Di sisi lain, penggalangan dana IPO di Indonesia anjlok, dan alami penurunan paling parah di antara negara-negara Asia Tenggara.
“Indonesia yang menduduki puncak peringkat IPO pada 2023 di Asia Tenggara, mengalami penurunan signifikan pada paruh pertama 2024, karena investor dan perusahaan yang mau IPO mengambil pendekatan wait and see menjelang pemilihan presiden pada Februari 2024, dan sebagai antisipasi kebijakan ekonomi baru,” ujar analis Deloitte.
Kapitalisasi pasar pencatatan saham di Indonesia anjlok 92,2 persen menjadi USD 1,22 miliar dari Januari-Juni. Sedangkan dana IPO yang diperoleh susut 89,1 persen menjadi USD 248 juta dibandingkan tahun lalu. Jumlah listing di Indonesia pada semester I 2024 turun menjadi 25 dari 44 pada periode sama tahun lalu, atau merosot 43,2 persen.
“Meskipun pasar IPO di Asia Tenggara mungkin tampak lesu pada 2024, terdapat optimisme yang hati-hati kalau kondisi akan membaik setelah 2024,” ujar Tay.
Tay menuturkan, ada antisipasi penurunan suku bunga ke depan yang dapat mendorong kembalinya pencatatan REIT [real estate investment trusts], sementara IPO terkait kecerdasan buatan dapat memasuki pasar dalam waktu dekat karena banyak perusahaan Artificial Intelligence (AI) masih dalam tahap awal.
"Kami mengantisipasi gelombang signifikan IPO AI yang memanfaatkan pasar modal IPO pada tahun-tahun mendatang, membawa inovasi dan peluang baru ke pasar,” ujar Tay.
Advertisement
Kinerja Bursa Saham Taiwan Terbaik di Asia pada Semester I 2024, Bagaimana Indonesia?
Sebelumnya, optimisme terhadap kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) mendorong bursa saham Taiwan menguat pada semester I 2024. Bursa saham Taiwan bahkan mencatat top performa di bursa saham Asia Pasifik sepanjang 2024.
Mengutip CNBC, ditulis Selasa (2/7/2024), indeks Taiwan atau the Taiwan Weighted Index melonjak 28 persen sepanjang 2024 yang didorong saham berkaitan dengan rantai AI. Saham Taiwan Semiconductor Manufacturing Copr melambung 63 persen pada semester I 2024. Sedangkan pesaingnya saham Foxx meroket 105 persen pada periode sama tahun ini.
"Kinerja bursa saham global pada 2024 didorong oleh kecerdasan buatan, kebijakan bank sentral dan sepertinya berlanjut,” ujar Global Equity Portfolio T Rowe Price, Rahul Ghosh seperti dikutip dari CNBC.
Ia menuturkan, potensi investasi dan skala kecerdasan buatan akan berlanjut dan mendorong aktivitas ekonomi global. Dampak dari investasi AI akan meluas ke sektor industri, bahan baku dan utilitas.
Setelah indeks Taiwan, indeks acuan Jepang Nikkei 225 berada di peringkat kedua di Asia Pasifik setelah berulang kali melampaui posisi tertinggi sepanjang masa pada awal 2024. Dalam semester I 2024, indeks Nikkei menguat sekitar 18 persen.
Indeks Nikkei melampaui rekor 34 tahun pada Februari, dan melampaui rekor tertinggi sepanjang masa sebelumnya di 38.915,87 yang dicapai pada 29 Desember 1989. Setelah itu, indeks melonjak melewati ambang psikologis 40.000 dan akhirnya mencapai penutupan tertinggi baru sepanjang masa di 40.888,43 pada 22 Maret 2024.
Kepada CNBC, analis menyebutkan meski Taiwan mungkin memimpin pasar Asia, Jepang tampaknya menjadi pasar yang diunggulan ke depan.
Ghosh menuturkan, peningkatan standar tata kelola perusahaan terus berdampak nyata dan besar terhadap kinerja perusahaan di negara dengan perekonomian terbesar keempat di dunia.
Kinerja Bursa Saham di Asia
Selain itu, catatan pada 14 Juni dari Chief APAC Investment Strategist BlackRock Investment Institute, Ben Powell menunjukkan Bank of Japan semakin yakin mereka akan memenuhi target inflasinya. Dengan demikian, menormalisasi kebijakan moneternya secara bertahap dan cara terukur.
Powell menuturkan, latar belakang makroekonomi Jepang menguntungkan bagi aset berisiko.”Kami tetap rekomendasikan overweight saham Jepang, yang didorong momentum reformasi perusahaan yang kuat, laba yang sehat dan dukungan valuasi dari suku bunga riil yang negatif,” ujar dia.
3 Bursa Saham di Asia Berada di Zona NegatifSebagian besar bursa saham Asia meski berada di wilayah positif sepanjang 2024, tiga pasar saham Thailand, Indonesia Filipina berada di wilayah negatif.
Indeks SET Thailand turun 8 persen selama semester I 2024, dan menjadi indeks dengan kinerja terburuk di kawasan Asia Pasifik. IHSG melemah 2,88 persen, sedangkan indeks acuan di Filipina melemah 0,6 persen.
Daftar Bursa Saham Terbaik dan Terburuk di Asia PasifikBerikut kinerja bursa saham terbaik dan terburuk di Asia Pasifik pada semester I 2024 seperti dikutip dari CNBC:
Baca Juga
- Indeks Taiex naik 28,45 persen
- Indeks Nikkei 225 naik 17,56 persen
- Indeks Nifty 50 naik 10,49 persen
- Indeks BSE Sensex naik 9,4 persen
- Indeks Kuala Lumpur Composite naik 9,31 persen
- Indeks Kospi naik 5,37 persen
- Indeks Hang Seng naik 3,94 persen
- Indeks Straits Times naik 2,89 persen
- Indeks ASX 200 naik 2,33 persen
- Indeks CSI 300 naik 0,89 persen
- Indeks PSI turun 0,59 persen
- Indeks Jakarta Composite turun 2,88 persen
- Indeks SET turun 8,11 persen
Advertisement