Kenalan dengan Nawal Abdina, Guru SLB di Surabaya yang Sempat Viral Saat Jadi Instruktur Tari Siswa Disabilitas

Perempuan dalam video viral itu adalah guru sekolah luar biasa atau SLB B Karya Mulia Surabaya unit SMALB, Nawal Abdina.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 09 Jul 2024, 10:41 WIB
Sosok Nawal Abdina, Guru SLB di Surabaya yang Sempat Viral Saat Jadi Instruktur Tari Siswa Disabilitas. Foto: Tangkapan layar Instagram @prokopim.mojokertokota.

Liputan6.com, Jakarta Video seorang perempuan memberi instruksi gerak pada para penari Tuli di Mojokerto, Jawa Timur sempat viral di media sosial.

Dalam video tersebut, perempuan berhijab itu dengan semangat mengarahkan gerakan tari dari depan panggung sementara para penari Tuli menyuguhkan tari Saman di atas panggung.

For your Information ternyata mbak ini sedang kasih instruksi kepada penari adek-adek disabilitas agar gerakan dan musiknya selaras loh,” tulis keterangan video yang diunggah akun Instagram Protokol dan Komunikasi Pimpinan Mojokerto (@prokopim.mojokertokota).

Setelah ditelusuri oleh Tim Disabilitas Liputan6.com, perempuan dalam video tersebut adalah guru sekolah luar biasa atau SLB B Karya Mulia Surabaya unit SMALB, Nawal Abdina.

Guru yang mulai mengajar pada 2018 ini pun berbagi cerita tentang pengalamannya menjadi seorang pengajar siswa disabilitas.

“Alasan saya memilih profesi ini, karena saya terinspirasi dari teman-teman saya di SMA, kebetulan sekolah saya dulu inklusi, jadi tergabung dengan beberapa teman difabel dengan berbagai ketunaan,” kata guru yang akrab disapa Dina kepada Disabilitas Liputan6.com melalui pesan teks, Senin, 8 Juli 2024.

Jauh sebelum menjadi guru SLB, Dina sudah berupaya untuk kuliah di jurusan Pendidikan Luar Biasa (PLB), meski hal tersebut belum terlaksana.

“Keinginan awal saya dulu kuliah di jurusan Pendidikan Luar Biasa, segala jalur sudah saya coba, ternyata rezeki tidak menghampiri. Akhirnya saya kuliah di Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, di salah satu kampus swasta di Surabaya.”


Skripsi Soal Disabilitas Antarkan Dina Jadi Guru SLB

Ketertarikan Dina pada dunia disabilitas tak henti di situ, saat menyusun skripsi, ia mengangkat isu disabilitas yang akhirnya mengantarkannya pada profesi yang diimpikan.

“Kebetulan skripsi saya tentang teman-teman difabel, dan harus melakukan penelitian di SLB. Qodarullah 2018, sebelum saya lulus, saya ditawari untuk mengajar di SLB tempat saya mengajar,” kenangnya.

Selama menjadi guru, Dina melihat bahwa murid-muridnya memiliki keunikan dan kelebihan masing-masing. Suka duka duka pun ia lalui selama mengajar.

“Sukanya, karena mereka sangat tertarik dengan hal-hal baru, mereka mandiri, pantang menyerah dan punya sikap toleransi yang sangat tinggi di kelas maupun saat di luar kelas. Dukanya, mungkin saat di kelas intelektual, siswa difabel sangat heterogen. Jadi, pendekatan materi harus lebih intens.”

“Tapi, menurut saya itu bukan suatu kendala sih, justru dengan adanya hal ini, saya bisa lebih banyak belajar lagi, untuk memahami karakter mereka masing-masing dalam pembelajaran saya,” papar Dina.


Hampir Tak Ada Kendala Selama Jadi Guru SLB

Kecintaannya dalam menjalankan pekerjaan sebagai guru SLB bahkan membuatnya bingung terkait kendala yang sempat ia hadapi.

“Kendala, saya bingung sih kalau ditanya soal kendala, karena seperti yang saya bilang di awal tadi, siswa-siswa saya punya sikap toleransi yang sangat tinggi, mereka tidak segan menolong tanpa diminta. Tidak segan bertanya bahkan untuk hal-hal yang ‘kita’ (teman-teman dengar) anggap remeh dan mereka itu sangaaaaat menghargai perasaan orang lain. Sebahagia itu saya jadi guru SLB, jujur,” ujarnya.

Di SLB yang berlokasi di Jalan Jenderal A. Yani, 6-8 Wonokromo, Surabaya, Dina mengajar mata pelajaran (mapel) Bahasa Indonesia dan Bina Komunikasi. Sementara, di luar kelas formal ia mengajar seni tari.

“Untuk seni tari, awalnya hanya ekskul (ekstrakurikuler). Tapi, karena anak-anak semakin banyak undangan menari, saya membentuk tim khusus penari Kembang Renjana. Terdiri dari sembilan penari, satu pelatih, satu official, empat kru.”


Tetap Fokus dan Jaga Mood

Dina menambahkan, hal yang perlu diperhatikan untuk menjadi instruktur tari teman-teman Tuli, adalah kepekaan.

“Kita harus lebih peka, lebih perhatian dan memfokuskan tujuan dari kegiatan tersebut serta harus punya energi dan mood yang baik. Jangan sampai ya, mungkin ada teman-teman pelatih, yang capek terus mood-nya kebawa ke siswa, masyaAllah jangan sampai.”

Mood kita harus selalu bagus, supaya anak-anak juga semangat. Intinya, bakar semangat mereka dengan semangat kita,” pesan Dina.

Dia pun berharap, pemerintah bisa memperluas lowongan pekerjaan untuk teman-teman difabel.

“Beri kesempatan teman-teman difabel untuk menunjukkan skill yang mereka punya. Atau, barangkali pemerintah bisa lebih banyak membuat balai latihan kerja khusus teman-teman difabel. Dan jangan ada diskriminasi sedikit pun.”

“Mereka memang sedikit berbeda, kita yang menyempurnakannya. Bangun kepercayaan diri mereka, mereka pasti akan buktikan mereka mampu dan bisa sama seperti kita, teman-teman yang non disabilitas,” pungkas Dina. 

Infografis Akses dan Fasilitas Umum Ramah Penyandang Disabilitas. (Liputan6.com/Triyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya