Rupiah Loyo dari Dolar AS, Jelang Pidato The Fed

Pelemahan nilai tukar rupiah ini terjadi menjelang testimoni Ketua bank sentral Amerika Serikat (AS) atau The Fed Jerome Powell

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 09 Jul 2024, 10:48 WIB
Petugas menghitung uang pecahan US$100 di pusat penukaran uang, Jakarta, , Rabu (12/8/2015). Reshuffle kabinet pemerintahan Jokowi-JK, nilai Rupiah terahadap Dollar AS hingga siang ini menembus Rp 13.849. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada perdagangan Selasa turun 46 poin atau 0,29 persen menjadi 16.304 per dolar AS dari rupiah sebelumnya sebesar 16.258 per dolar AS.

Pelemahan nilai tukar rupiah ini terjadi menjelang testimoni Ketua bank sentral Amerika Serikat (AS) atau The Fed Jerome Powell di hadapan Komite Perbankan Senat hari ini terutama terkait kebijakan suku bunga AS.

"Para investor menantikan testimoni Powell di hadapan Komite Perbankan Senat hari ini," kata Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede dikutip dari ANTARA di Jakarta, Selasa (7/9/2024).

Josua menuturkan penguatan dolar AS juga didukung oleh sentimen risk-off di Eropa setelah koalisi Sayap Kiri keluar sebagai pemenang dalam pemilihan legislatif Perancis.

Penguatan dolar AS juga didorong oleh rilis data kredit konsumen AS Mei 2024 yang lebih tinggi dari ekspektasi, mengimplikasikan permintaan konsumen yang kuat di Amerika Serikat.

Kondisi Eropa

Rupiah memangkas penguatannya terhadap dolar AS di awal sesi perdagangan, dipengaruhi oleh ketidakpastian kondisi politik Eropa setelah pemilu Perancis.

 


Imbal Hasil Obligasi

Teller menunjukkan mata uang rupiah di penukaran uang di Jakarta, Rabu (10/7/2019). Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ditutup stagnan di perdagangan pasar spot hari ini di angka Rp 14.125. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sementara obligasi pemerintah Indonesia melanjutkan penguatan, tercermin dari tren penurunan imbal hasil pada sesi Senin. Imbal hasil obligasi pemerintah Indonesia turun sebesar 1-4 basis poin (bps).

Volume perdagangan obligasi pemerintah tercatat sebesar Rp17,17 triliun, lebih tinggi dibandingkan dengan volume perdagangan hari sebelumnya sebesar Rp14,20 triliun.Kepemilikan asing pada obligasi rupiah turun sebesar Rp1,12 triliun menjadi Rp808 triliun atau 13,91 persen dari total outstanding pada 5 Juli 2024.

Hari ini, pemerintah akan mengadakan lelang obligasi negara dengan target indikatif sebesar Rp24 triliun.Seri yang dilelang dalam lelang kali ini adalah SPN3mo, SPN12mo, FR0101, FR0100, FR0098, FR0097, dan FR0102.

Imbal hasil seri benchmark 5 tahun, 10 tahun, 15 tahun, dan 20 tahun masing-masing sebesar 6,91 persen (-4bps), 7,03 persen (-4bps), 7,08 persen (-1bps) dan 7,12 persen (-1bps).

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya