Perdana, Cboe Global Market Ajukan Izin ETF Solana ke Otoritas Bursa AS

Harga Solana saat ini berada di sekitar USD 137,83, turun dari harga tertinggi bulan lalu yang hampir USD 150 ketika dua pengajuan ETF pertama kali diserahkan, menurut data CoinGecko.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 09 Jul 2024, 14:50 WIB
VanEck, 21Shares, dan emiten lainnya juga tengah menunggu lampu hijau terakhir dari SEC untuk meluncurkan ETF yang terkait dengan harga spot mata uang kripto terbesar kedua, Ethereum. Ilustrasi Kripto. (Foto By AI)

Liputan6.com, Jakarta - Operator bursa Cboe Global Markets telah mengajukan permintaan ke Komisi Sekuritas dan Bursa Amerika Serikat untuk mendaftarkan dana yang diperdagangkan di bursa (ETF) mata uang kripto Solana.

Pengajuan itu ditargetkan mencapai keputusan pada Maret 2025 mendatang. Ini sekaligus merupakan produk ETF pertama yang diusulkan terkait dengan harga Solana, mata uang kripto terbesar kelima, menurut CoinGecko.

Melansir Channel News Asia, Selasa (9/7/2024) jika disetujui, produk tersebut akan menandai gelombang ketiga ETF mata uang kripto spot, setelah SEC pada bulan Januari menyetujui ETF yang terkait dengan harga Btcoin, yang merupakan era baru bagi industri kripto.

“Kami sekarang menangani meningkatnya minat investor terhadap Solana, salah satu mata uang kripto yang paling aktif diperdagangkan setelah Bitcoin dan Ether,” kata Rob Marrocco, kepala global ETP Listings di Cboe.

Sebagai informasi, bursa ETF memerlukan proses persetujuan dua tahap. Berdasarkan aturan SEC, badan tersebut memiliki waktu 240 hari untuk memutuskan apakah akan menyetujui atau menolak permohonan "19b-4" Cboe untuk mencantumkan produk dari VanEck dan manajer aset digital 21Shares.

Namun, peraturan badan tersebut menetapkan batas waktu untuk pengajuan pengungkapan investor.

VanEck, 21Shares, dan emiten lainnya juga tengah menunggu lampu hijau terakhir dari SEC untuk meluncurkan ETF yang terkait dengan harga spot mata uang kripto terbesar kedua, Ethereum.

Izin tersebut kemungkinan akan diberikan dalam minggu depan, menurut dua sumber yang mengetahui proses tersebut.

Harga Solana saat ini berada di sekitar USD 137,83, turun dari harga tertinggi bulan lalu yang hampir USD 150 ketika dua pengajuan ETF pertama kali diserahkan, menurut data CoinGecko.

 

DisclaimerSetiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.


Anjlok Parah, Harga Bitcoin Melorot 12% Sepekan

Ilustrasi berbagai macam aset kripto. (Foto By AI)

Dalam seminggu terakhir, harga Bitcoin telah turun hingga 12% menjadi sekitar USD 55.700 atau setara Rp 907,3 juta (asumsi kurs Rp 16.290 per dolar AS) sejak awal pekan kedua Juli 2024.

Menurut para ahli, penurunan harga Bitcoin terbaru ini sebagian besar disebabkan oleh peningkatan penjualan on-chain.

Analis riset di perusahaan investasi Fineqia International, Matteo Greco salah satu katalis untuk aksi jual baru-baru ini berasal dari pembayaran kembali yang dilakukan oleh Mt. Gox.

“Pertukaran kripto yang berbasis di Tokyo bangkrut satu dekade lalu setelah diretas, namun mulai mengembalikan sekitar USD 8 miliar dalam bentuk Bitcoin kepada kreditor,” kata Greco, dikutip dari Yahoo Finance (9/7/2024).

Menurut Greco, sejauh ini telah diverifikasi 47.228 Bitcoin dari dompet terkait Mt. Gox telah dipindahkan ke alamat baru yang kemungkinan ditujukan untuk pembayaran.

Meskipun investor mungkin harus menunggu hingga tiga bulan untuk mengakses dana tersebut, berita mengenai pembayaran kembali ini membuat pasar takut dan memicu pemegang saham saat ini untuk mulai menjual.


Tekanan Jual Terbatas

Selain itu, yang menambah tekanan ini menurut Greco adalah Bitcoin yang baru-baru ini ditransfer ke bursa oleh pemerintah Jerman dan AS.

Selama sekitar dua minggu, alamat dompet yang terkait dengan negara-negara tersebut telah mengirimkan $737.6 juta dalam bentuk Bitcoin ke Coinbase, Bitstamp, Kraken, dan Flow Traders, menurut Blockworks.

Bitcoin tersebut diyakini disita oleh pihak berwenang melalui berbagai kasus kriminal. Namun jika dilihat lebih jauh, koin ini gagal mendapatkan momentum sejak pertengahan Maret, ketika mencapai rekor tertinggi di atas USD 73.000.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya