Liputan6.com, Jakarta - Kawasan Bali, Nusa Tenggara Barat (NTB), dan Nusa Tenggara Timur (NTT), yang disebut sebagai Sunda Kecil masih mengalami suhu udara dingin, apalagi saat malam hari. Terkait fenomena alam ini, Peneliti Pusat Riset Iklim dan Atmosfer dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Eddy Hermawan mengatakan, suhu dingin itu dipengaruhi oleh dua faktor eksternal.
Advertisement
"Pertama, posisi Matahari sedang berada di belahan utara Bumi. Kedua, Bumi berada pada titik terjatuh dengan Matahari," ujarnya saat dihubungi di Mataram, Selasa (9/7/2024).
Eddy menuturkan Kepulauan Sunda Kecil berada di belahan selatan Bumi, sehingga posisi Matahari turut mempengaruhi suhu udara dan cuaca di wilayah-wilayah tersebut.
Sedangkan, fenomena astronomis Aphelion yang terjadi setahun sekali pada kisaran bulan Juli membuat Bumi berada di titik terjauh dengan Matahari. Tahun ini Aphelion terjadi pada 5 Juli 2024.
Bila Bumi semakin jauh dengan Matahari, maka indeks pancaran matahari dalam bentuk sunspot number agak lama untuk bisa sampai ke Bumi.
"Kedua faktor itu menimbulkan dampak semakin dinginnya di Australia. Kenapa di Australia dingin? karena di sana padang pasir yang cukup luas, lalu dihembuskan, jadinya dingin. Daerah mana yang diserang? tentunya yang terdekat dengan Australia, yaitu NTT, NTB, dan Bali," kata Eddy.
20 Derajat pada Malam Hari
Berdasarkan data suhu udara Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), suhu udara di Pulau Lombok dapat mencapai 20 derajat Celcius pada malam hari. Kota Mataram, misalnya, yang berada di kawasan pesisir memiliki suhu udara 20 derajat saat malam dan 31 derajat saat siang.
Lebih lanjut Eddy mengungkapkan bahwa suhu udara dingin adalah fenomena wajar dan hanya berlangsung sesaat.
Ketika Matahari berada dekat dengan Bumi dan berada di belahan selatan, maka suhu udara daerah-daerah di Kepulauan Sunda Kecil akan cenderung lebih panas.*
Advertisement