Liputan6.com, Surabaya - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI mengatakan tujuan mendatangkan dokter asing adalah untuk mentransfer ilmu ke dokter lokas sekaligus mengisi kekosongan tenaga medis.
Hal itu disampaikan Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan Kemenkes Azhar Jaya untuk menanggapi pertanyaan awak media tentang pemetaan dokter asing di Indonesia.
Advertisement
Azhar mengatakan, transfer ilmu tersebut seperti di sejumlah RS, misalnya untuk transplantasi jantung atau paru-paru, karena Indonesia belum pernah melakukannya.
Adapun untuk dokter asing di daerah terpencil, dia menyebut bahwa pihaknya menunggu respon dari pihak-pihak di daerah yang membutuhkan dokter.
Jika suatu daerah kekurangan, katanya, maka dinas atau rumah sakitnya melaporkan ke Kemenkes, kemudian mereka mencocokkan datanya sebelum mengirimkan dokter asing yang dibutuhkan.
"Kalau ternyata memang diperlukan dokter asing, ya apa boleh buat. Karena orang kita nggak ada yang mau. Jadi intinya dokter asing nggak seperti yang digembar-gemborkan di sana," ucapnya di Jakarta, Selasa (9/7/2024), dilansir dari Antara.
Selain itu, kata dia, sesuai Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2023 tentang Kesehatan, para dokter asing itu maksimal hanya dua tahun.
"Tentunya kan kalau dokter asing mau ke sini ya tentu dia akan kita bayar dengan sesuai dengan anggaran yang ada, dengan standar yang ada. Kalau misalnya mereka minta standar yang tinggi, ya tentu lain lagi dong urusannya," ujar Azhar.
Adapun responsnya mengenai pernyataan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) agar lebih mengedepankan dokter negeri dengan pemberian insentif, dia mengatakan bahwa pihaknya akan mengeluarkan peraturan lebih lanjut.
Dekan FK Unair Sempat Dicopot
Sebelumnya, Budi Santoso atau yang kerap disapa Prof Bus menjelaskan proses pemecatan dirinya dari Dekan FK Unair. Dia mengatakan, pada Senin (1/7), dirinya dipanggil oleh Rektorat Unair untuk mengklarifikasi pernyataan menolak program dokter asing di Indonesia.
Dalam pertemuan itu, terjadi perbedaan pendapat antara pimpinan Unair dengan dirinya terkait program mendatangkan dokter asing.
“Rektor pimpinan saya dan saya ada perbedaan pendapat, dan saya dinyatakan berbeda ya keputusan beliau ya diterima,” kata Prof Bus, Kamis (27/6).
“Tapi, kalau saya menyuarakan hati nurani, saya pikir kalau semua dokter ditanya, apa rela ada dokter asing? Saya yakin jawabannya tidak," imbuhnya.
Pada Rabu (3/7) kemarin, Prof Bus menerima keputusan pemberhentian sebagai Dekan FK Unair. Setelah menerima keputusan itu, dia berpamitan kepada sekitar 300-an member di grup WhatsApp Dosen FK Unair.
"Benar, itu pesan dari saya di grup dosen FK Uniar,” ucapnya.
Advertisement
Tidak Jadi Dicopot
Prof Budi Santoso, atau yang akrab disapa Prof Bus, seorang Dekan Fakultas Kedokteran di Universitas Airlangga (Unair) Surabaya tidak jadi diberhentikan.
Keputusan pembatalan pemberhentian Prof Bus diambil oleh Rektor Universitas Airlangga (Unair) Surabaya Prof Mohammad Nasih.
Prof Nasih mengatakan pembatalan keputusan pemberhentian dilakukan usai ia menerima surat dari Prof Bus.
"Kami bisa paham apa yang disampaikan Prof Bus. Karena ada alasan bagi kami untuk mengangkat beliau sebagai dekan, ya kami angkat kembali," kata Prof Nasih di kampus Unair, Surabaya, Selasa (9/7/2024).
Disinggung soal dasar pemberhentian terhadap Prof Bus, Rektor Unair enggan menjelaskan secara rinci. Dia hanya menyebut bahwa saat ini pihaknya fokus terhadap masa depan Unair.
"Itu masa lalu, yang penting sekarang kami fokus ke depan untuk Unair yang kita cintai," katanya.
Menurutnya, dinamika yang kemarin terjadi adalah hal yang biasa, layaknya orang pacaran yang bisa tiba-tiba putus.
"Ini kan biasa saja. Jadi sampean ketemu, pacaran, terus ada masalah apa tiba-tiba putus, kan biasa kan. Jadi tidak usah baperan. Tapi Insya Allah semua sudah oke, kami sudah baca surat Prof Bus dan sudah kami angkat kembali jadi Dekan Fakultas Kedokteran," ujarnya.