Liputan6.com, Tallin - Belarus dan China memulai latihan militer gabungan pada hari Senin (9/7/2024). Hal tersebut diumumkan Kementerian Pertahanan Belarus, di mana kegiatan berlangsung hanya beberapa mil dari perbatasan Polandia, anggota NATO dan Uni Eropa.
Mayor Jenderal Vadim Denisenko dari militer Belarus menuturkan via Telegram seperti dilansir CNN, Rabu (10/7), bahwa latihan gabungan anti-teroris "Attacking Falcon" di Belarus akan menampilkan personel militer dari kedua negara yang "bertindak bersama" sebagai satu unit dalam tahap-tahap tertentu.
Advertisement
"Peristiwa di dunia ini rumit, situasinya rumit, oleh karena itu, setelah mempelajari bentuk dan metode baru dalam melakukan peperangan, di sini kita akan membahas semua momen ini dengan mempertimbangkan semua hal baru yang telah dipelajari dalam dua tahun terakhir," kata Denisenko.
Latihan gabungan tersebut diadakan di tempat latihan dekat Kota Brest di perbatasan Belarus-Polandia dan sekitar 40 mil dari perbatasan Minsk dengan Ukraina.
Belarus dan China telah mempererat hubungan mereka dalam beberapa tahun terakhir di bawah kepemimpinan Xi Jinping dan Alexander Lukashenko. Keduanya adalah otokrat dan sekutu kuat Presiden Rusia Vladimir Putin.
Dimulainya latihan anti-terorisme Belarus-China bertepatan dengan kunjungan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky ke Warsawa, di mana dia menandatangani perjanjian keamanan dengan Perdana Menteri Polandia Donald Tusk.
Latihan ini juga dimulai pada malam pertemuan puncak peringatan 75 tahun NATO di Washington, Amerika Serikat (AS), – di mana para pemimpin akan berupaya meningkatkan dukungan bagi Ukraina hampir dua setengah tahun sejak invasi Rusia.
Tujuan Latihan Gabungan
Belarus merupakan sekutu penting Rusia dalam perang melawan Ukraina. Rusia menggunakan Belarus sebagai landasan peluncuran invasi besar-besaran ke Ukraina pada Februari 2022 setelah mengumpulkan pasukan di perbatasan Ukraina dalam apa yang dikatakan sebagai latihan militer gabungan.
Tahun lalu Putin juga mengumumkan Rusia akan menempatkan senjata nuklir taktis di Belarus.
Adapun China telah muncul sebagai jalur utama diplomasi dan ekonomi bagi Rusia sejak invasi ke Ukraina dan dituduh oleh para pemimpin Barat mendukung upaya perang Rusia melalui penyediaan barang-barang yang dapat digunakan untuk tujuan sipil dan militer – sebuah tuduhan yang dibantah oleh Beijing.
Kementerian Pertahanan Belarus menyebutkan pasukan dari Tentara Pembebasan Rakyat China tiba di Belarus pada akhir pekan. Laporan tersebut menerbitkan serangkaian foto yang menunjukkan pasukan China menurunkan peralatan dari pesawat kargo militer dan mengatakan latihan tersebut akan berlangsung hingga 19 Juli.
Sementara itu, Kementerian Pertahanan China mengungkapkan pada hari Minggu (7/7) bahwa latihan tersebut akan mencakup "operasi penyelamatan sandera dan misi kontra-terorisme".
"Pelatihan ini bertujuan untuk meningkatkan tingkat pelatihan dan kemampuan koordinasi pasukan yang berpartisipasi, serta memperdalam kerja sama praktis antara angkatan bersenjata kedua negara," sebut Kementerian Pertahanan China.
Selama akhir pekan, menurut kementerian pertahanan Belarus, delegasi dari Komisi Militer Pusat China juga mengadakan pembicaraan dengan rekan-rekannya di Minsk, di mana kedua belah pihak membahas prospek kerja sama Belarus-China dalam pelatihan personel militer dan menguraikan bidang kerja sama baru.
Advertisement
Menolak Hegemoni
Penampilan terbaru kerja sama keamanan kedua negara ini terjadi hanya beberapa hari setelah Belarus bergabung dengan Organisasi Kerja Sama Shanghai (SCO).
Didirikan pada tahun 2001 oleh China, Rusia, Kazakhstan, Kyrgyzstan, Tajikistan, dan Uzbekistan untuk memerangi terorisme dan meningkatkan keamanan perbatasan, SCO telah berkembang dalam beberapa tahun terakhir saat China dan Rusia mendorong transformasi blok tersebut dari kelompok keamanan regional yang berfokus pada Asia Tengah menjadi penyeimbang geopolitik terhadap lembaga-lembaga Barat yang dipimpin oleh AS dan sekutunya.
Masuknya Belarus ke dalam blok tersebut – yang dipuji oleh Xi Jinping dan Lukashenko dalam pertemuan di sela-sela KTT SCO di Kazakhstan pekan lalu – secara luas dipandang oleh para pengamat sebagai tanda lain dari transformasi.
Xi Jinping memuji "langkah besar" dalam hubungan antara kedua negara – sebuah sentimen yang digaungkan dalam pertemuan antara Menteri Luar Negeri China Wang Yi dan Menteri Luar Negeri Belarus Maksim Ryzhenkov pada hari Senin di Beijing.
Wang Yi dan Ryzhenkov sepakat bahwa kedua belah pihak akan dengan tegas mendukung satu sama lain dalam isu-isu yang berkaitan dengan kepentingan inti dan keprihatinan utama mereka. Demikian menurut pernyataan dari Kementerian Luar Negeri China, yang juga mencatat ambisi mereka untuk menolak hegemoni sepihak – mengacu pada hubungan mereka yang sama-sama menentang tatanan dunia yang mereka anggap didominasi oleh AS.