Liputan6.com, Jakarta - Seorang tukang adzan, atau muadzin, memiliki peran penting dalam kehidupan umat Islam. Tugas utamanya adalah untuk memanggil umat Muslim untuk melaksanakan sholat lima waktu secara berjamaah.
Tugas ini tidak hanya sebagai pemberi peringatan waktu sholat, tetapi juga sebagai pengingat akan ketaatan kepada Allah SWT.
Adzan sendiri mengandung makna spiritual yang dalam, mengingatkan umat Muslim akan kebesaran Allah dan pentingnya menjalankan ibadah sholat.
Dengan adanya tukang adzan yang setia menjalankan tugasnya, umat Muslim dapat menjaga kedisiplinan dalam menjalankan ibadah sholat lima waktu secara berjamaah, serta memperkuat hubungan spiritual dengan Allah SWT.
Namun KH Yahya Zainul Ma'arif (Buya Yahya) dalam salah satu mejelisnya menyoroti pentingnya waktu adzan bagi para muadzin yang digaji oleh masjid.
Baca Juga
Advertisement
Simak Video Pilihan Ini:
Awas Jangan Menunda Adzan, Resikonya Begini
Menurutnya, jika seseorang mendapat upah untuk mengumandangkan adzan, maka adzan harus dilakukan tepat pada awal waktu karena adzan tersebut sangat dinantikan oleh masyarakat sekitar.
Dengan tepat waktu ini, masyarakat dapat mengetahui bahwa waktu ibadah telah tiba, baik untuk pergi ke masjid, beristirahat, atau menjalani kewajiban lainnya.
Ia menegaskan bahwa menunda-nunda adzan dari awal waktu ibadah adalah tindakan yang tidak dibenarkan secara agama dan juga dapat mengakibatkan pembatalan upah yang seharusnya diterima oleh muadzin.
"Menunda adzan dari awal waktu haram gajinya," tegas Buya Yahya.
Hal ini sebagai pengingat bahwa kewajiban untuk memberitahukan waktu ibadah kepada umat segera setelah memasuki waktu tersebut memiliki nilai keagamaan yang sangat tinggi.
Menurut KH Yahya Zainul Ma'arif, keutamaan adzan di awal waktu tidak hanya terkait dengan aspek penghasilan, tetapi juga sebagai tanda bagi umat Islam bahwa waktu sholat telah tiba.
Advertisement
Fleksibilitas dalam Melaksanakan Sholat Berjamaah
Ini memungkinkan masyarakat untuk mempersiapkan diri dengan baik, baik secara fisik maupun mental, untuk melaksanakan ibadah dengan khusyuk dan tepat waktu.
"Adzan itu memberitahu agar orang-orang tahu bahwa ini sudah masuk waktu," jelas beliau.
Dengan demikian, adzan tidak hanya berperan sebagai panggilan untuk ibadah, tetapi juga sebagai penanda penting bagi umat Islam dalam mengatur aktivitas sehari-hari mereka.
Meskipun adzan harus dilakukan tepat pada awal waktu, Buya Yahya memberikan pemahaman bahwa waktu pelaksanaan sholat berjamaah dapat disesuaikan dengan kesepakatan di antara umat Islam.
"Melakukan sholat berjamaah bisa sesuai dengan kesepakatan, apakah 10 menit setelahnya, setengah jam, atau 1 jam," tambahnya.
Hal ini menunjukkan bahwa dalam praktiknya, umat Islam dapat mengatur jadwal sholat berjamaah sesuai dengan kebutuhan dan kesepakatan bersama.
Dalam pengumandangan adzan,Buya juga menekankan untuk tidak memperpanjang adzan secara tidak perlu.
"Adzan juga jangan panjang-panjang di antaranya," pesannya. Ini mengingatkan agar muadzin memahami bahwa adzan harus diucapkan dengan jelas dan ringkas, tanpa menambahkan kepanjangan yang tidak sesuai dengan tuntunan agama.
Peran sebagai muadzin, menurut Buya Yahya, memang memiliki tantangan tersendiri. Tidak hanya sebagai pemberi adzan, tetapi juga sebagai teladan dalam menjalankan tugas-tugas keagamaan dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab.
Hal ini menunjukkan betapa pentingnya kepatuhan terhadap aturan-aturan agama dalam melaksanakan tugas sebagai muadzin.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul