Methuselah, Bintang Tertua di Alam Semesta? Begini Faktanya

Bintang ini dapat diamati di langit malam melalui teleskop binokuler, tentunya pada lokasi yang minim tingkat polusi cahaya. Bintang Methuselah pertama kali ditemukan pada 1912 oleh seorang astronom Amerika bernama Walter Adams.

oleh Switzy Sabandar diperbarui 11 Jul 2024, 05:00 WIB
Ilustrasi Alam Semesta yang dikatakan kini dapat dibuat peta barunya berkat FRB (Fast Radio Burst) atau semburan radio cepat. (Pixabay/51581)

Liputan6.com, Jakarta - Bintang Methuselah juga dikenal sebagai HD 140283 adalah salah satu bintang tertua yang diketahui di alam semesta. Diperkirakan usianya mencapai sekitar 14,46 miliar tahun.

Bintang ini hanya sekitar 200 juta tahun lebih muda dari usia alam semesta. Hal ini menjadikan Methuselah sebagai salah satu bintang tertua yang masih ada.

Melansir laman Space pada Rabu (10/07/2024), nama Methuselah sendiri diambil dari Alkitab dan dianggap sebagai salah satu tokoh dengan usia terpanjang di Bumi, yakni 969 tahun. Bintang Methuselah terletak di antara rasi bintang Ophiuchus dan bintang Zubeneschamali (beta Librae), bintang paling terang dalam rasi bintang Libra.

Bintang ini dapat diamati di langit malam melalui teleskop binokuler, tentunya pada lokasi yang minim tingkat polusi cahaya. Bintang Methuselah pertama kali ditemukan pada 1912 oleh seorang astronom Amerika bernama Walter Adams.

Berdasarkan pengamatan menggunakan Teleskop Antariksa Hubble, astronom memperkirakan bintang Methuselah berjarak 190,1 tahun cahaya dari bumi. Sekelompok astronom dari European Space Agency (ESA) mencoba menentukan umur bintang Methuselah menggunakan satelit Hipparcos pada 2000-an.

Berdasarkan hasil perhitungan yang dipublikasikan, ditemukan usia bintang Methuselah, yakni 16 miliar tahun. Temuan ini tentu saja menggemparkan dunia astronomi.

Padahal, berdasarkan perhitungan menggunakan latar belakang mikro kosmis, ilmuan menentukan alam semesta baru berusia antara 10 hingga 13,8 tahun. Jika bintang Methuselah berusia 16 miliar tahun, berarti bintang ini berusia 2,2 miliar tahun lebih tua dari alam semesta.

Secara logika, tidak mungkin, sebuah bintang bisa tercipta jika bahan-bahan pembentuknya saja belum ada. Ilmuan tentunya tidak menerima begitu saja usia bintang Methuselah seperti yang diungkapkan pada penelitian sebelumnya.

Berbagai penelitian terus dilakukan untuk mengungkap kebenaran di balik usia bintang ini. Bond dan timnya meneliti usia bintang Methuselah menggunakan bantuan Teleskop Antariksa Hubble.

Pada 2013, mereka mempublikasikan usia bintang Methuselah, yakni 14,46 miliar tahun (dengan kekeliruan perhitungan ±0,8 miliar tahun). Meskipun masih tua dari alam semesta, setidaknya usia ini jauh lebih muda dari perkiraan usia sebelumnya.

Pada 2021, Tang dan timnya memublikasikan jurnal mengenai revisi usia dan massa bintang Methuselah. Dalam jurnalnya, Tang menyimpulkan usia bintang Methuselah adalah 12,01 miliar tahun (dengan kekeliruan perhitungan ±0,5 miliar tahun), membuat bintang Methuselah sekitar 1-2 miliar tahun lebih muda dari alam semesta.

 


Bukan Bintang Pertama

Bintang Methuselah memang bintang paling tua yang pernah ditemukan oleh astronom. Namun, bintang Methuselah bukan bukan termasuk bintang pertama yang ada di alam semesta.

Bintang-bintang di alam semesta dikelompokkan dalam tiga populasi, bergantung pada kandungan logam di dalamnya. Populasi III adalah yang tertua, bintang-bintang dalam populasi III tersusun dari elemen-elemen ringan seperti hidrogen dan helium.

Bintang Methuselah termasuk dalam bintang populasi II, alias bintang yang miskin kandungan logam. Beda lagi dengan Matahari yang termasuk populasi I, karena sudah mengandung banyak elemen-elemen berat.

Dengan usianya yang sangat tua, bahkan lebih tua dari bintang manapun yang ditemukan astronom, bintang Methuselah sekarang tentunya dalam keadaan sekarat. Melansir laman Live Science pada Rabu (10/07/2024), bintang ini mulai memasuki fase raksasa merah, alias fase terakhir dari sebuah evolusi bintang.

Nantinya, bintang ini akan terus membesar, dan perlahan-lahan kehilangan massanya hingga menjadi bintang kerdil putih. Miliaran tahun kemudian, saat bintang ini sudah mendingin sepenuhnya, Methuselah akan berakhir menjadi sebuah kerdil hitam, dan tidak lagi mengeluarkan cahaya tampak.

(Tifani)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya