Tunggu Pemerintah Baru Prabowo-Gibran, Bos BEI Beri Sinyal IPO BUMN pada 2025

Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI), Iman Rachman berharap IPO Badan Usaha Milik Negara (BUMN) pada 2025.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 10 Jul 2024, 15:11 WIB
Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI), Iman Rachman memberi sinyal adanya Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang debut di Bursa pada 2025.  (Foto: BEI)

Liputan6.com, Jakarta - Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI), Iman Rachman memberi sinyal adanya Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang debut di Bursa pada 2025. Hal itu seiring dengan usainya masa transisi pemerintahan baru.

"Wait and see. Kita harapkan mungkin tahun depan benar-benar sudah akan ada BUMN (IPO)," kata Iman, Rabu (10/7/2024).

Sebelumnya, Menteri BUMN Erick Thohir sempat melempar wacana akan membawa beberapa perusahaan pelat merah debut di Bursa. Namun, untuk saat ini belum ada hilal. Saat ini, Bursa sendiri telah kedatangan 32 emiten baru dari target Bursa sebanyak 62 IPO.

"Sekarang di pipeline kami masih ada sekitar 30 perusahaan. Kami berharap seperti di awal tahun, target kami sekitar 60an perusahaan. Saat ini, dengan 32 perusahaan yang melantai. Mudah-mudahan kami bisa mencapai target di akhir tahun,” kata Iman.

Sebelumnya Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto optimistis perdagangan di bursa akan berlangsung kondusif di tengah transisi pemerintahan baru. Dia mengatakan, proses transisi akan berjalan mulus sehingga pasar tidak perlu khawatir.

Menko Airlangga menjelaskan, penyusunan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2025 telah melalui konsultasi dengan Presiden Terpilih, Prabowo Subianto. Sehingga pasar tidak perlu khawatir dengan kebijakan makro yang akan diimplementasikan saat pergantian presiden.  

"Jadi tidak perlu khawatir dengan target pertumbuhan, target program-program kerja unggulan, seluruhnya sudah terakomodasi di dalam RAPBN nanti. Jadi Bursa tidak perlu wait and see. Gas pol saja," kata Airlangga.

 


24 Calon Emiten Antre di Pipeline IPO BEI hingga 5 Juli 2024

Layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di BEI, Jakarta, Rabu (16/5). Sejak pagi IHSG terjebak di zona merah. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, Bursa Efek Indonesia (BEI) mengantongi sejumlah perusahaan antre di pipeline pencatatan umum perdana saham (initial public offering/IPO).

Adapun sampai dengan 5 Juli 2024, terdapat 27 perusahaan yang mencatatkan saham di Bursa. Dana yang berhasil dihimpun dari IPO tersebut sebesar Rp 4,05 triliun.

Direktur Penilaian Perusahaan BEI, I Gede Nyoman Yetna menyebutkan, saat ini terdapat 24 perusahaan yang siap debut di Bursa. Dari sisi asetnya, perusahaan dengan skala menengah masih mendominasi. Sedangkan dari sisi sektornya, paling banyak berasal dari sektor konsumer non-siklikal.

“Hingga saat ini, terdapat 24 perusahaan dalam pipeline pencatatan saham BEI," kata Nyoman kepada wartawan, Sabtu (6/7/2024).

Merujuk POJK Nomor 53/POJK.04/2017, terdapat 6 perusahaan dengan aset skala besar di atas Rp 250 miliar. Kemudian 15 perusahaan dengan aset skala menengah antara Rp 50 miliar sampai Rp 250 miliar. Sisanya 3 perusahaan dengan aset skala kecil di bawah Rp 50 miliar.

Sementara, rincian sektornya adalah sebagai berikut:

• 0 Perusahaan dari sektor basic materials

• 2 Perusahaan dari sektor consumer cyclicals

• 8 Perusahaan dari sektor consumer non-cyclicals

• 1 Perusahaan dari sektor energy

• 2 Perusahaan dari sektor financials

• 3 Perusahaan dari sektor healthcare

• 4 Perusahaan dari sektor industrials

• 0 Perusahaan dari sektor infrastructures

• 1 Perusahaan dari sektor properties & real estate

• 2 Perusahaan dari sektor technology

• 1 Perusahaan dari sektor transportation & logistic

 

 


Pipeline Obligasi

Pekerja tengah melintas di bawah papan pergerakan IHSG usai penutupan perdagangan pasar modal 2017 di BEI, Jakarta, Jumat (29/12). Perdagangan bursa saham 2017 ditutup pada level 6.355,65 poin. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Saat ini, Bursa mencatat penerbitan 64 emisi dari 40 penerbit EBUS dengan dana yang berhasil dihimpun sebesar Rp 63,4 triliun. Hingga 5 Juli 2024, terdapat 40 emisi dari 29 penerbit EBUS yang sedang berada dalam pipeline obligasi.

Lebih lanjut, berikut klasifikasi sektor penerbitan obligasi:

• 5 Perusahaan dari sektor basic materials

• 1 Perusahaan dari sektor consumer cyclicals

• 2 Perusahaan dari sektor consumer non-cyclicals

• 2 Perusahaan dari sektor energy

• 13 Perusahaan dari sektor financials

• 0 Perusahaan dari sektor healthcare

• 2 Perusahaan dari sektor industrials

• 4 Perusahaan dari sektor infrastructures

• 0 Perusahaan dari sektor properties & real estate

• 0 Perusahaan dari sektor technology

• 0 Perusahaan dari sektor transportation & logistic


Pipeline Rights Issue

Pengunjung tengah melintasi layar pergerakan saham di BEI, Jakarta, Senin (13/2). Pembukaan perdagangan bursa hari ini, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tercatat menguat 0,57% atau 30,45 poin ke level 5.402,44. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Adapun untuk aksi penambahan modal dengan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) atau rights issue, masih terdapat 24 perusahaan tercatat dalam pipeline. Adapun per 5 Juli 2024, telah terdapat 12 perusahaan tercatat yang telah menerbitkan rights issue dengan total nilai Rp 32,57 triliun.

Selanjutnya, 24 perusahaan tercatat dalam pipeline rights issue BEI dengan rincian sektor sebagai berikut:

• 1 Perusahaan dari sektor basic materials

• 8 Perusahaan dari sektor consumer cyclicals

• 4 Perusahaan dari sektor consumer non-cyclicals

• 4 Perusahaan dari sektor energy

• 5 Perusahaan dari sektor financials

• 0 Perusahaan dari sektor healthcare

• 0 Perusahaan dari sektor industrials

• 1 Perusahaan dari sektor infrastructures

• 0 Perusahaan dari sektor properties & real estate

• 0 Perusahaan dari sektor technology

• 1 Perusahaan dari sektor transportation & logistic

 

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya