Liputan6.com, Jakarta - Coca-Cola hadirkan booth bertema "Dari Botol Jadi Botol" di Jakarta Fair Kemayoran (JFK) 2024. Booth ini bertujuan untuk mengedukasi dan menginspirasi masyarakat dalam mengumpulkan kemasan plastik bekas untuk didaur ulang, serta mendukung ekonomi sirkular.
Gerai ini menawarkan berbagai aktivitas menarik yang dirancang untuk mendorong partisipasi masyarakat dalam mengumpulkan kemasan plastik bekas untuk didaur ulang.
Advertisement
Saat ini, satu dari setiap tiga botol yang diedarkan Coca-Cola di Indonesia terbuat dari 100% plastik PET daur ulang atau rPET, tidak termasuk tutup dan label, yang diproduksi secara lokal di fasilitas daur ulang Amandina Bumi Nusantara di Jawa Barat.
Kepala Sub-Direktorat Tata Laksana Produsen Direktorat Pengelolaan Sampah Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia (KLHK RI) Ujang Solihin Sidik mengatakan bahwa botol sejenis plastik PET merupaan salah satu yang paling mudah di daur ulang.
"Botol Coca-Cola sejenis plastik PET itu salah satu yang paling mudah di daur ulang, paling tinggi nilai daur ulangnya. Maka ketika dikumpulkan, didaur ulang untuk jadi botol baru lagi, material plastiknya itu tidak jadi sampah," kata Solihin dalam acara diskusi bertajuk “Jaga Indonesia: Membangun Sistem Daur Ulang Berbasis Komunitas untuk Perubahan Sosial yang Positif” pada Selasa, 10 Juli 2024 di Jakarta Fair.
Fasilitas canggih yang didirikan atas kemitraan antara Coca-Cola Europacific Partners Indonesia dan Dynapack Asia ini mampu memproses botol PET kosong yang dikumpulkan secara lokal dan mengubahnya menjadi botol produk Coca-Cola baru.
Pabrik daur ulang ini berkolaborasi dengan Mahija Parahita Nusantara, sebuah yayasan sosial nirlaba yang juga didirikan atas kemitraan antara Coca-Cola Europacific Partners Indonesia dan Dynapack Asia.
Komitmen Coca-Cola dalam Upaya Mewujudkan Visi Global
Pada tahun 2023 lalu, Coca-Cola meluncurkan botol yang terbuat dari 100% plastik PET daur ulang (rPET), yang merupakan pertama kalinya untuk produk minuman di Indonesia.
Pencapaian di Indonesia ini sejalan dengan visi global ‘World Without Waste’ dari Coca-Cola.
Head of Sustainability Coca-Cola Europacific Partners Indonesia, Natasha Gabriella mengatakan bahwa penerapan ekonomi srikular ini sejalan dengan visi World Without Waste.
"Memang visi kita world without waste, kita memiliki target bagaimana caranya menerapkan ekonomi sirkular yang sesuai dengan bisnis kita," kata Natasha.
Perempuan yang akrab disapa Nasya ini menyebutkan bahwa bentuk ekonomi sirkular dengan menggunakan kembali botol plastik ini bisa memberikan dampak positif bagi lingkungan yang berkelanjutan.
"Penggunaan kembali dari sisi materialnya ada yang bisa diefisienkan, dan memiliki dampak positif di sisi lingkungan yang berkelanjutan dan juga ekonomi."
Advertisement
Penerapan Ekonomi Sirkular Memberikan Manfaat bagi Berbagai Aspek
Dalam kesempatan yang sama, Ketua Yayasan Mahija Parahita Nusantara Ardhina Zaiza mengatakan bahwa penerapan ekonomi sirkular sangat penting dan sudah menjadi keharusan, karena memberikan berbagai manfaat bagi banyak aspek.
"Ekonomi sirkular sangat penting, bukan lagi jadi pilihan tapi keharusan dalam penerapannya. Dari aspke lingkungan ini berdampak positif dalam menawarkan peluang agar menghemat bahan baku," kata Ardhina.
Lebih lanjut, perempuan yang akrab disapa Ica ini menambahkan selain dari sisi lingkungan, penerapan ekonomi sirkular juga bermanfaat untuk aspke sosialnya.
"Hal yang perlu disadari juga, ketika menerapkan ekonomi sirkular, maka itu menawarkan peluang ekonomi. Ekonomi sirkular juga akan membantu para pemulung atau kami menyebutnya Recycling Heroes, jadi dari sisi lingkungannya dapat, dan sisi sosialnya juga dapat."
Kolaborasi Membangun Ekosistem Ekonomi Sirkular
Solihin mengatakan bahwa dalam penerapan ekonomi sirkular diperlukan kolaborasi dan kerjasama dari berbagai pihak.
"Tentu harus kolaborasi, pemerintah tidak bisa bekerja sendiri, produsen juga tidak bisa bekerja sendiri, maka ketika ingin menerapkan ekonomi sirkular ini butuh kerjasama," katanya.
Menurut Solihin, kerjasama ini diperlukan untuk membangun ekosisitem dengan tujuan yang berkelanjutan.
"Paling tidak dalam lingkaran ekosistem itu ada produsen, pemerintah sebagai fasilitator sekaligus pengawas. Kemudian sebagai produsen, Coca-Cola harus punya mitra yang mengumpulkan kembali botol bekas yang sudah dipakai," jelasnya.
Solihin menambahkan setelah pihak yang mengumpulkan kembali botol bekas yang sudah terpakai terkumpul, kemudian akan disalurkan ke pihak industri daur ulang.
"Begitu banyak pihak yang terlibat, jadi butuh kolaborasi."
Advertisement