Liputan6.com, Jakarta - Bursa Efek Indonesia (BEI) angkat suara mengenai aksi penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO) yang cenderung loyo pada 2024.
Merujuk data Ernst and Young (EY), Direktur Pengembangan BEI, Jeffrey Hendrik menjelaskan jumlah IPO dan nilai fund raised IPO di dunia turun sebesar masing-masing 12% dan 16% (yoy) pada semester I 2024 dibandingkan semester I 2023.
Advertisement
Penurunan nilai dan jumlah IPO tersebut terjadi terutama pada wilayah Asia Pasifik atau negara-negara berkembang, di mana nilai fund raised IPO Asia-Pasifik turun sebesar 73% (yoy). Melemahnya sentimen pasar IPO tersebut dapat disebabkan oleh bauran dari beberapa faktor. Antara lain, kenaikan tingkat suku bunga. Hal ini menyebabkan turunnya likuiditas di pasar keuangan global.
"Lalu ada wait and see periode pemilu, di mana lebih dari 60 negara memilih presiden baru pada tahun ini," ungkap Jeffrey kepada wartawan, Rabu (10/7/2024). Bersamaan dengan itu, terjadi pelemahan ekonomi wilayah, termasuk China dan Hong Kong.
Faktor lainnya yang menghambat penghimpunan dana di pasar modal adalah risiko geopolitik yang mempengaruhi kenaikan volatilitas ekonomi dunia. "Kita tentu berharap kondisi akan membaik di semester II tahun ini," imbuh Jeffrey.
Penghimpunan Dana
Sementara IPO sepi, Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif & Bursa Karbon OJK Inarno Djajadi cukup optimistis target penghimpunan dana tahun ini akan tercapai. Meski dia mengakui kinerja pasar modal Indonesia masih terkoreksi hingga semester I 2024.
"Pasar saham, Indeks harga saham gabungan terkoreksi 2,88 persen ytd ke level 7.063 menguat 1,33 persen mtd," kata Inarno dalam konferensi pers hasi RDK Juni 2024.
Nilai Transaksi Harian Saham
IHSG terkoreksi 2,88 persen ytd ke level 7.063,58 (menguat 1,33 persen mtd), dengan nilai kapitalisasi pasar sebesar Rp 12.092 triliun atau naik 3,58 persen ytd, serta membukukan net sell sebesar Rp 7,73 triliun ytd. Pelemahan terjadi di antaranya di sektor teknologi dan transportasi & logistik (secara ytd).
Di sisi likuiditas transaksi, rata-rata nilai transaksi harian pasar saham tercatat Rp 12,28 triliun ytd. Adapun penghimpunan dana di pasar modal masih dalam tren yang positif, tercatat nilai Penawaran Umum sebesar Rp 120,00 triliun dengan 26 emiten baru. Sementara itu, masih terdapat 103 pipeline Penawaran Umum dengan perkiraan nilai indikatif sebesar Rp 30,02 triliun.
Advertisement
Tunggu Pemerintah Baru Prabowo-Gibran, Bos BEI Beri Sinyal IPO BUMN pada 2025
Sebelumnya, Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI), Iman Rachman memberi sinyal adanya Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang debut di Bursa pada 2025. Hal itu seiring dengan usainya masa transisi pemerintahan baru.
"Wait and see. Kita harapkan mungkin tahun depan benar-benar sudah akan ada BUMN (IPO)," kata Iman, Rabu (10/7/2024).
Sebelumnya, Menteri BUMN Erick Thohir sempat melempar wacana akan membawa beberapa perusahaan pelat merah debut di Bursa. Namun, untuk saat ini belum ada hilal. Saat ini, Bursa sendiri telah kedatangan 32 emiten baru dari target Bursa sebanyak 62 IPO.
"Sekarang di pipeline kami masih ada sekitar 30 perusahaan. Kami berharap seperti di awal tahun, target kami sekitar 60an perusahaan. Saat ini, dengan 32 perusahaan yang melantai. Mudah-mudahan kami bisa mencapai target di akhir tahun,” kata Iman.
Sebelumnya Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto optimistis perdagangan di bursa akan berlangsung kondusif di tengah transisi pemerintahan baru. Dia mengatakan, proses transisi akan berjalan mulus sehingga pasar tidak perlu khawatir.
Menko Airlangga menjelaskan, penyusunan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2025 telah melalui konsultasi dengan Presiden Terpilih, Prabowo Subianto. Sehingga pasar tidak perlu khawatir dengan kebijakan makro yang akan diimplementasikan saat pergantian presiden.
"Jadi tidak perlu khawatir dengan target pertumbuhan, target program-program kerja unggulan, seluruhnya sudah terakomodasi di dalam RAPBN nanti. Jadi Bursa tidak perlu wait and see. Gas pol saja," kata Airlangga.
24 Calon Emiten Antre di Pipeline IPO BEI hingga 5 Juli 2024
Sebelumnya, Bursa Efek Indonesia (BEI) mengantongi sejumlah perusahaan antre di pipeline pencatatan umum perdana saham (initial public offering/IPO).
Adapun sampai dengan 5 Juli 2024, terdapat 27 perusahaan yang mencatatkan saham di Bursa. Dana yang berhasil dihimpun dari IPO tersebut sebesar Rp 4,05 triliun.
Direktur Penilaian Perusahaan BEI, I Gede Nyoman Yetna menyebutkan, saat ini terdapat 24 perusahaan yang siap debut di Bursa. Dari sisi asetnya, perusahaan dengan skala menengah masih mendominasi. Sedangkan dari sisi sektornya, paling banyak berasal dari sektor konsumer non-siklikal.
“Hingga saat ini, terdapat 24 perusahaan dalam pipeline pencatatan saham BEI," kata Nyoman kepada wartawan, Sabtu (6/7/2024).
Merujuk POJK Nomor 53/POJK.04/2017, terdapat 6 perusahaan dengan aset skala besar di atas Rp 250 miliar. Kemudian 15 perusahaan dengan aset skala menengah antara Rp 50 miliar sampai Rp 250 miliar. Sisanya 3 perusahaan dengan aset skala kecil di bawah Rp 50 miliar.
Sementara, rincian sektornya adalah sebagai berikut:
• 0 Perusahaan dari sektor basic materials
• 2 Perusahaan dari sektor consumer cyclicals
• 8 Perusahaan dari sektor consumer non-cyclicals
• 1 Perusahaan dari sektor energy
• 2 Perusahaan dari sektor financials
• 3 Perusahaan dari sektor healthcare
• 4 Perusahaan dari sektor industrials
• 0 Perusahaan dari sektor infrastructures
• 1 Perusahaan dari sektor properties & real estate
• 2 Perusahaan dari sektor technology
• 1 Perusahaan dari sektor transportation & logistic
Advertisement