OPINI: Menelaah Perkawinan Campur Melalui Pendekatan Peshat

Meskipun sederhana, metode ini memberikan pemahaman yang mendalam dan kuat terhadap makna teks.

oleh Tim Regional diperbarui 11 Jul 2024, 12:24 WIB
Ilustrasi menikah, pernikahan. (Image by freepic.diller on Freepik)

Liputan6.com, Jakarta Banyak dari kita mungkin pernah mendengar kisah dalam Alkitab tentang "anak-anak Allah" yang menikahi "anak-anak perempuan manusia" dalam Kejadian 6:1-4. Kisah ini kerap kali menimbulkan pertanyaan dan kekacauan diantara orang-orang percaya kala itu.

Untuk memahami cerita ini dengan lebih baik, kita bisa menggunakan pendekatan Peshat, sebuah metode penafsiran tradisional Yahudi yang bertujuan untuk memberikan makna yang langsung dan sederhana dari teks.

Jujung Rilman Tambunan, Kalis Stevanus, dan Sonny E. Zaluchu dalam jurnal “Tasfir Peshat terhadap Perkawinan Campur dari Anak-anak Allah di dalam Kejadian 6:1-4” dengan penjelasan, yang menggunakan pendekatan Peshat dalam sebuah metode penafsiran tradisional Yahudi, yang bertujuan untuk memberikan makna secara langsung dan sederhana dari teks sastranya.

Menurut pendekatan Peshat, "anak-anak Allah" dalam teks ini merujuk pada keturunan Set, anak ketiga Adam dan Hawa, yang dikenal sebagai keturunan yang saleh. Sementara itu, "anak-anak perempuan manusia" merujuk pada keturunan Kain, anak Adam dan Hawa yang pertama, yang dikenal sebagai keturunan yang tidak saleh.

Perkawinan antara keturunan Set yang saleh dan keturunan Kain yang tidak saleh, dianggap sebagai perkawinan campur yang tidak diinginkan oleh Allah masa itu karena menciptakan keturunan yang tidak murni dalam kesalehan iman yang sama.

Perkawinan campur ini dianggap sebagai salah satu alasan mengapa Allah menyesal telah menciptakan manusia, dan memutuskan untuk menghancurkan dunia dengan air bah.

Dan ketidaktaatan manusia kepada Allah dalam kesalehan, itulah yang menyebabkan timbulnya dosa dari masalah perkawinan campur itu. Maka gambaran pentingnya mengikuti kehendak Allah dalam segala aspek pada pasangan yang ingin menikah sangatlah terlihat, terlebih dalam memilih pasangan hidupnya.

 


Metode Peshat

Jujung Tambunan

Metode Peshat berusaha untuk memberikan penafsiran yang sederhana dan langsung terhadap teks Alkitab. Meskipun sederhana, metode ini memberikan pemahaman yang mendalam dan kuat terhadap makna teks.

Dengan menggunakan pendekatan Peshat, kita dapat melihat bahwa Kejadian 6:1-4 tidak hanya berbicara tentang perkawinan antara dua kelompok manusia, tetapi juga tentang pentingnya kesalehan dan ketaatan kepada Allah ketika memilih pasangan hidup yang sama dalam kesalehan keyakinannya.

Menggunakan pendekatan Peshat untuk memahami teks-teks Alkitab juga dapat memberikan kita pelajaran yang relevan dengan kehidupan kita saat ini. Perkawinan campur yang tidak sesuai dengan kehendak Allah dalam Kejadian 6:1-4 mengingatkan kita untuk berhati-hati dalam membuat keputusan penting dalam hidup, termasuk dalam memilih pasangan.

Penting untuk mempertimbangkan nilai-nilai dan prinsip-prinsip keyakinan yang kita anut, untuk memastikan bahwa keputusan kita sejalan dengan kehendak Allah.

Selain itu, pelajaran yang kita dapatkan dari penafsiran Peshat terhadap Kejadian 6:1-4 bisa kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, kita diajak untuk lebih bijaksana dalam membuat keputusan penting, selalu mempertimbangkan dampak jangka panjang dari keputusan tersebut, dan berusaha untuk selalu mengikuti kehendak Allah.

Sehingga hal ini dapat membantu kita untuk menjalani kehidupan yang lebih bermakna dan selaras dengan nilai-nilai spiritual yang dianut dalam kesalehan bersama pasangan hidupnya.

Penulis: Jujung Tambunan, Dosen di STT Samuel Elisabeth

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya