Liputan6.com, Wonogiri - Kesejahteraan Paino (55), seorang petani tembakau dari Dukuh Ngepoh, Desa Sumberharjo, Kecamatan Eromoko, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah, meningkat sejak dirinya mengikuti program kemitraan dengan PT HM Sampoerna Tbk. (Sampoerna) melalui perusahaan pemasok.
Paino menceritakan, ia telah menjadi petani mitra dalam program kemitraan Sampoerna yang dijalankan melalui pemasok sejak tahun 2016. Awalnya, pemasok tersebut mengadakan sosialisasi program kemitraan petani tembakau di desanya.
Petani yang juga menanam padi ini akhirnya memutuskan ikut bergabung menjadi mitra, meskipun tidak pernah bersentuhan dengan pertanian tembakau sebelumnya.
Baca Juga
Advertisement
"(Sebelumnya) saya belum pernah tanam tembakau. Tapi karena ajakan teman-teman petani lain yang sudah lebih dulu ikut dan keluarga yang sangat mendukung sekali, saya akhirnya juga ikut program kemitraan," kata Paino ditemui di sela-sela menyiapkan lahan tanaman tembakau di Wonogiri, Jawa Tengah.
Rupanya tidak adanya pengalaman itu bukan masalah. Sebab Paino mendapatkan berbagai pelatihan terkait bertani tembakau.
"Ada pelatihan tentang bagaimana cara mengolah tanah, pembibitan, proses tanam, sampai panen dan pasca-panen," jelasnya.
Paino mengenang, pertama kali ikut program kemitraan, ia memulai dengan jumlah bibit tanaman yang lebih sedikit daripada petani tembakau lain pada umumnya. Itu pun dengan diiringi kekhawatiran tanaman tembakaunya tidak berhasil tumbuh dengan baik. Setelah mendapat berbagai pelatihan sebagai bagian dari program kemitraan, Paino akhirnya mengetahui cara tanam yang optimal, sehingga selanjutnya ia menanam tembakau di seluruh lahan miliknya hingga kini.
Sawah Jadi Produktif
Program kemitraan Sampoerna bagi Paino adalah berkah. Sebelum ikut program ini, Paino setiap tahunnya hanya melakukan satu kali panen padi. Setelah itu lahannya ditanami jagung. Bahkan, jika tidak turun hujan atau musim kemarau, lahan sawahnya dia biarkan kosong tidak ditanami tanaman apa pun. Dengan demikian, jika sedang musim kering, Paino tidak memperoleh pendapatan dari lahannya.
"Padi cuma sekali. Habis padi, kadang-kadang kasih jagung. Itu saja kalau hujan. Kalau tidak ada hujan, tidak panen. Jadi sawah nganggur," ungkap Paino.
Sejak ada program kemitraan petani tembakau, jelas Paino, lahan sawah miliknya menjadi produktif saat musim kemarau. Ia tetap dapat mengolah lahan sawahnya untuk ditanami tembakau.
"Sekarang lahan sawah saya tidak pernah nganggur. Tiap tahun pasti ditanami tembakau," terang dia.
Diakui Paino, banyak manfaat yang diperoleh sejak ikut menjadi mitra petani tembakau. Penghasilannya jauh meningkat dibandingkan sebelum ikut program kemitraan.
Berkat ini, kata Paino, dirinya bisa merenovasi rumah dan membiayai anaknya, Nina Nur Oktavia (24), hingga selesai kuliah. Saat ini, kata Paino anaknya sudah bekerja.
Selain itu, karena pertanian tembakaunya terus berkembang, Paino mengatakan saat ini ia juga mempekerjakan dua orang tetangganya untuk membantu menggarap lahannya selama musim tanam tembakau. Mereka diminta untuk membantu saat pengolahan tanah, pemupukan dan musim panen. Dengan demikian, selain lahan menjadi produktif, program kemitraan pertanian tembakau juga membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitarnya.
Advertisement