Erick Thohir Mau Pangkas Jumlah Klaster BUMN Jadi Tersisa 11

Menteri BUMN Erick Thohir mengatakan, jumlah BUMN ke depan akan lebih sedikit.

oleh Arief Rahman H diperbarui 11 Jul 2024, 16:00 WIB
Menteri BUMN Erick Thohir berencana memangkas jumlah klaster usaha yang dijalankan perusahaan pelat merah. Nantinya hanya akan tersisa 11 klaster usaha BUMN. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri BUMN Erick Thohir berencana memangkas jumlah klaster usaha yang dijalankan perusahaan pelat merah. Nantinya hanya akan tersisa 11 klaster usaha BUMN.

Ini juga sejalan dengan rencananya memangkas jumlah BUMN. Beberapa waktu lalu, Erick menargetkan BUMN nantinya hanya berjumlah 30 saja. Meski saat ini tercatat ada 41 BUMN, dari 118 BUMN di 2016 lalu.

"Bagaimana jumlah BUMN nanti ke depan jumlahnya lebih sedikit, tetapi klaster yang darinya 12 menjadi 11 (klaster usaha)," ungkap Erick, ditemui di Kompleks Parlemen, Jakarta, dikutip Kamis (11/7/2024).

Pemangkasan jumlah BUMN sendiri sudah pernah diungkap Erick. Hal itu tertuang dalam peta jalan atau roadmap BUMN 2024-2034. Seiring dengan itu, didorong juga ada penguatan payung hukum, yakni Rancangan Undang-Undang (RUU) BUMN.

Sementara itu, dari sisi klaster usaha, ada 2 jenis besar, yakni BUMN di bidang Industri dan BUMN di bidang Jasa. Tercatat ada 12 klaster BUMN yang saat ini berjalan.

Di antaranya, Klaster Industri Mineral dan Batu Bara, Klaster Industri Pangan dan Pupuk, Klaster Industri Perkebunan dan Kehutanan, Klaster Industri Energi, Minyak dan Gas, Klaster Industri Kesehatan, Klaster Industri Manufaktur.

Kemudian, Klaster Usaha Jasa Telekomunikasi dan Media, Klaster Jasa Pariwisata dan Pendukung, Klaster Jasa Asuransi dan Dana Pensiun, Klaster Jasa Keuangan, Klaster Jasa Infrastruktur, Klaster Jasa Logistik.

Danareksa Jadi Holding

Rencana lainnya, Erick ingin membentuk PT Danareksa (Persero) menjadi holding. Diketahui, saat inipun Danareksa turut mengelola beberapa perusahaan pelat merah, baik untuk tujuan penyehatan maupun pengembangan usaha.

Dia mengatakan, pembentukan Holding Danareksa itu masih harus menunggu restu dari Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati.

"Tetapi Danareksa pun menjadi holding dari beberapa BUMN yang hari ini pun surat persetujuan pembentukan holding, Danareksa sebagai holding sudah saya kirimkan ke Ibu Sri Mulyani," ungkap dia.

 

 


Merger BUMN Karya, Erick Thohir Tunggu Keputusan Menteri PUPR Basuki Hadimuljono

Menteri BUMN, Erick Thohir memberikan paparan dalam rapat dengan Panitia Kerja (Panja) DPR RI untuk skandal di PT Asuransi Jiwasraya (Persero), di Kompleks Parlemen, Jakarta, Selasa (29/1/2020). Erick Thohir diundang untuk membahas penyelesaian sengkarut Jiwasraya. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Sebelumnya, Menteri BUMN Erick Thohir mengungkap perkembangan terbaru penggabungan atau merger BUMN Karya. Dia mengaku sudah menyurati Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Basuki Hadimuljono atau Pak Bas.

Selain menyurati Pak Bas, Erick juga mengatakan kalau merger BUMN Karya itu sudah ditinjau oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati.  "Sudah, saya sudah kirim surat ke Pak Basuki, sudah di-review oleh Menteri Keuangan," ujar Erick Thohir, di Komplek Parlemen, Jakarta, dikutip Kamis (11/7/2024).

Setelah koordinasi itu, dia masih menunggu keputusan dari Kementerian PUPR. Dia bilang, kebijakan penggabungan BUMN sektor konstruksi itu melibatkan kementerian yang dipimpin Pak Bas.

"Kita menunggu prosesnya saja dari Kementerian PUPR," katanya.

Kendati begitu, Erick belum bisa memastikan apakah proses tersebut bisa rampung pada 2024. "Ya kita tunggu suratnya kan. Tadi saya bilang kebijakannya bukan di kita," Erick menambahkan.

Ditarget Rampung September 2024

Sebelumnya,  Staf Khusus Menteri BUMN Arya Sinulingga buka-bukaan soal target penyelesaian proses peleburan 7 BUMN Karya menjadi hanya 3. Rencananya, proses itu akan dirampungkan September 2024.

Ketujuh BUMN Karya yang dilebur antara lain PT Waskita Karya (Persero) Tbk dengan PT Hutama Karya (Persero), PT Nindya Karya dengan PT Brantas Abipraya dan PT Adhi Karya Tbk, dan PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) dengan PT Pembangunan Perumahan Tbk (PTPP).

"September, kita tunggu aja. Itu sudah semua, mudah-mudahan, semua BUMN Karya," ujar Arya di HK Tower, Jakarta, Selasa (7/5/2024).

Dalam proses ini, ia mencontohkan konsolidasi antara Waskita Karya dan Hutama Karya. Nantinya Hutama Karya akan menjadi holding atau induk usaha, sementara Waskita berperan sebagai anak usaha. "Holding. Pokoknya HK (jadi induk usaha)," imbuh Arya.

 


Spesialisasi Sama

Rapat Kementerian BUMN dan Komisi VI DPR RI membahas pagu anggaran dan rencana kerja anggaran Kementerian BUMN tahun 2024. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Adapun maksud penggabungan antara Waskita Karya dan Hutama Karya ini, Arya menjelaskan, lantaran kedua BUMN Karya tersebut memiliki spesialisasi yang sama di infrastruktur jalan dan jalan tol.

Sehingga setelah merger, keduanya tidak saling adu banteng lagi dalam memperebutkan lelang atau tender di proyek yang sama.

"Paling sederhana, maka mereka enggak akan adu-adu tender lagi. Nanti spesialisasi. Kan Hutama Karya sama Waskita ini satu spesialisasi, jalan tol, apalah. Nanti yang lain juga punya spesialisasi sendiri," ungkapnya.

"Jadi antar BUMN itu enggak akan tanding tender-tender lagi, enggak banting-bantingan harga lagi. Selama ini kan setiap proyek antar BUMN aja, swasta enggak ada," pungkas Arya Sinulingga.


7 BUMN Karya Bakal Dilebur jadi 3 Kluster Perusahaan, Apa Untungnya?

Sebelumnya, rencana pemerintah mengintegrasikan tujuh badan usaha milik negara di sektor konstruksi atau BUMN karya menjadi hanya tiga kluster perusahaan mendapat dukungan. Pengamat BUMN dari Datanesia Institute, Herry Gunawan, setuju langkah integrasi BUMN Karya.

”Memang sudah sepatutnya dikonsolidasikan. Kenapa? Karena semuanya bermain pada wilayah yang sama. Sehingga ada kanibalisme, predatory pricing.” ujar Herry dalam keterangan tertulis Rabu (19/6/2024).

Namun Herry mengingatkan agar rencana integrasi tersebut harus berorientasi jangka panjang, bukan hanya semata-mata menuntaskan permasalahan yang ada sekarang. Ia mengatakan, yang dilakukan pemerintah sekarang kesannya hanya sekadar menyelamatkan perusahaan yang kondisinya sedang tidak baik. Pemerintah kesannya semata-mata ingin menyelamatkan Wijaya Karya dan Waskita Karya saja.

”Karena punya beban, kewajiban yang begitu besar kemudian ditempelkan ke perusahaan yang relatif sehat,” ungkapnya

”Pemerintah sudah punya pengalaman, coba berapa integrasi yang sudah dilakukan pemerintah. Benchmarking pada Integrasi yang sukses, jangan mengulang kesalahan pada integrasi yang sampai sekarang masih menimbulkan masalah.” terang Herry.

 

 

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya