Profil dan Jalan Dakwah Ustadz Yazid Jawas, Ulama Salafi yang Wafat usai Haji

Bagi sebagian kalangan, nama Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas terasa asing. Namun, orang-orang salaf pasti sudah mengenal sosok mubaligh Sunni asal Indonesia ini. Berikut profil Ustadz Yazid bin Abdul Qadir.

oleh Muhamad Husni Tamami diperbarui 12 Jul 2024, 00:30 WIB
Pendakwah Salafi, Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas. (YouTube Moslem Nearer)

Liputan6.com, Jakarta - Innalillahi wa inna ilaihi raji'un. Kabar duka datang dari salah satu pendakwah Indonesia. Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas wafat pada Kamis, (11/7/2024).

Almarhum meninggal pada usia 61 tahun. Ia wafat di rumah duka di Bogor, Jawa Barat setelah menunaikan ibadah haji. Kabar duka ini juga beredar di media sosial, salah satunya disampaikan Ustadz Firanda.

Keluarga besar Ustadz Firanda Andirja dan tim UFA OFFICIAL turut berduka cita atas wafatnya Guru kami tercinta, Ustadzuna Yazid bin Abdul Qadir Jawas,” tulis Ustadz Firanda di akun Instagram pribadinya.

Semoga Allah merahmatinya, mengampuni dosa-dosanya dan menerima segala amal ibadahnya, serta Allah memasukkan beliau ke dalam Surga-Nya Aamiin ya robbal alamiin,” lanjutnya.

Bagi sebagian kalangan, nama Ustadz Yazid Jawas terasa asing. Namun, orang-orang salaf pasti sudah mengenal sosok mubaligh Sunni asal Indonesia ini. Berikut profil Ustadz Yazid bin Abdul Qadir.

 

Saksikan Video Pilihan Ini:


Profil Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas

Pendakwah Salafi, Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas. (YouTube Moslem Nearer)

Ustadz Yazid bin Abdul Qadir adalah seorang pendakwah, mubaligh, penulis, dan tokoh Salafi Indonesia. Ia lahir di Kebumen, 1963 tapi dibesarkan di Bogor. Pendakwah bermanhaj Salaf ini wafat pada Kamis, 11 Juli 2024/3 Muharram 1446 H.

Ustadz Yazid dikenal sebagai pendakwah yang sangat perhatian dalam menebarkan sunnah. Selain membina Pesantren Minhajus Sunnah di Dramaga, Bogor, ia juga aktif mengisi kajian dan tabligh akbar di berbagai kota di Indonesia.

Ceramah-ceramah Ustadz Yazid kerap memicu kritikan dari berbagai kalangan, terutama yang tidak sepaham dengannya. Salah satu buku yang ia tulis berjudul Mulia dengan Manhaj Salaf pernah dikiritisi oleh Habib Rizieq Shihab karena dianggap menyebarkan paham Wahabisme di Indonesia

Terlepas dari kontroversialnya, ia adalah ulama Tanah Air lulusan Lembaga Ilmu Pengetahuan Islam dan Arab (LIPIA) dan merupakan murid guru besar Universitas Islam Madinah, Abdur Razaq bin Abdul Muhsin al-Abbad. Ia juga pernah berguru kepada salah satu ulama Sunni dari Makkah, Muhammad bin Shalih al-Utsaimin. 


Perjalanan Menimba Ilmu

Ilustrasi Islami, muslim, membaca buku, belajar hadis. (Foto oleh Thirdman: https://www.pexels.com/id-id/foto/pria-liburan-agama-membaca-7957079/)

Mengutip repository.iankudus.ac.id, pada awal dekade 1980-an Ustadz Yazid Jawas menimba ilmu di Ma’had al-‘Ulum al-Islamiyyah wal-’Arabaiyyah fi Indunisia atau lebih sering disebut LIPIA. Ma’had tersebut berada di bawah naungan Universitas Islam Imam Muhammad bin Sa’ud Riyadh. 

Ustadz Yazid Jawas juga pernah belajar dengan seorang profesor dari Arab Saudi yang bernama Prof. Dr. Syaikh Abdurrazzaq, seorang dosen Universitas Jami’ah Al-Islamiyah di Madinah. Selain itu, dia juga bermajelis di daurah Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Usaimin di Unaizah, juga diizinkan mengikuti kelas khusus di majelis beliau. 

Syaikh Usaimin merupakan tokoh dunia, seorang Ulama yang sangat terkemuka, mengajar pada Ma’had Ilmi di Unaizah, Fakultas Syari’ah dan Ushuluddin pada cabang Universitas Ibnu Su’ud di Qosim, Dekan Jurusan Aqidah dan Aliran-Aliran Kontemporer, anggota bagian pengajaran di Universitas Ibu Su’ud Qosim, bahkan merupakan anggota Hai’ah Kibaril Ulama’ (Majelis Ulama Besar Kerajaan Saudi Arabia).

Pada awal tahun 1990-an, Ustadz Yazid Jawas mengembangkan dakwah bersama Abu Nida, Ja'far Umar Thalib dan Yusuf Usman Baisa yang sama-sama alumni LIPIA dengan menggelar dauroh di pesantren Ibnu Qayyim Sleman Yogyakarta. Dauroh tersebut memperoleh dukungan dari DII. 

Kemudian ia bersama Ja’far Umar Thalib diajak oleh Abu Nida untuk mendirikan Yayasan As-Sunnah pada 1992 bersamaan dengan membangun masjid di Degolan, Kaliurang, Yogyakarta. Ia bersama Ja’far juga menjalankan pondok Pesantren al-Irsyad, Tengaran, Salatiga, Jawa Tengah atas dasar tugas dakwah dari LIPIA. 

Kegigihannya dalam menyebarkan ajaran salafi membuat pesantren tersebut menjadi salah satu mata rantai terpenting dalam jaringan penyebaran gerakan Salafi di Indonesia. Kemudian pada 1994 ia juga menjabat sebagai direktur pertama majalah As-Sunnah.


Jalan Dakwah

Ilustrasi bersyukur, Islami. (Photo by ekrem osmanoglu on Unsplash)

Pada awalnya orang-orang yang pernah belajar di Saudi Arabia seperti Ustadz Yazid bin Abdul Qodir Jawas, Abdul Hakim dan Badrusalam, mereka merupakan asatidz kelompok Salafi. 

Pasca selesainya menimba ilmu di Saudi Arabia dengan Prof. Dr. Syaikh Abdurrazzaq (Dosen Universitas Jami ah AlIslamiyah Madinah) kemudian kembali ke kampung halamannya, lalu mengembangkan dakwah Salafi, dengan mengadakan pengajian di masjid-masjid yang berbasis Muhammadiyah yang ada di sekitarnya. 

Beberapa tahun berikutnya mereka membangun masjid dan membuat kelompok-kelompok pengajian Salafi. Dalam ceramah pengajiannya banyak masyarakat yang tidak setuju dengan isi dakwahnya, dan dianggap meresahkan masyarakat. 

Namun, para tokoh Salafi tersebut tidak pantang menyerah dalam melakukan ekspansi dakwahnya.  Para tokoh Salafi, selain melakukan dakwahnya melalui jalur pendidikan juga melalui media berupa radio dan majalah.

Bersama dengan Abu Yahya Badrusalam, ia mendirikan radio Rodja pada 2004 dengan niat dan semangat agar jangkauan dakwah Salafi tidak hanya diperuntukkan bagi masyarakat di Bogor saja, tetapi di seluruh Indonesia. Bahkan saat ini juga gencar dalam berdakwah di media sosial seperti Youtube, Instagram, dan lainnya.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya