Pemerintah Jerman Telah Jual Bitcoin Setara 0,25% Pasokan di Dunia

Chief Commercial Officer OKX, Lennix Lai menuturkan, aksi jual tersebut dapat akibatkan volatilitas jangka pendek, pasar Bitcoin cenderung memiliki likuiditas yang cukup untuk menyerapnya.

oleh Gagas Yoga Pratomo diperbarui 12 Jul 2024, 06:00 WIB
Pemerintah Jerman telah menjual sekitar 50.000 Bitcoin yang disita pada pertengahan Januari, atau senilai sekitar USD 2,1 miliar setara Rp 34 triliun. (Foto By AI)

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah Jerman telah menjual sekitar 50.000 Bitcoin yang disita pada pertengahan Januari, atau senilai sekitar USD 2,1 miliar setara Rp 34 triliun (asumsi kurs Rp 16.210 per dolar AS) pada saat itu, oleh polisi di negara bagian Saxony, Jerman timur. Jumlah ini sekitar 0,25 persen dari total pasokan Bitcoin yang telah beredar saat ini.

Penyitaan tersebut merupakan hasil pemindahan sukarela dari para tersangka, yang dituduh mengoperasikan Movie2k.to, sebuah situs pembajakan film yang aktif pada 2013.

Data on-chain menunjukkan Bitcoin mengalir masuk dan keluar dari dompet Pemerintah Jerman (BKA) mulai akhir Januari dan seterusnya. Masih ada 13.111 Bitcoin di dompet pemerintah Jerman, bernilai sekitar USD 759 juta. Artinya, sejauh ini sekitar 75% aset yang disita telah dijual.

Prospek masuknya Bitcoin ke pasar senilai USD $2,1 miliar mungkin telah membuat takut beberapa investor karena penjualan di Jerman bertepatan dengan koreksi harga baru-baru ini. 

Chief Commercial Officer OKX, Lennix Lai mengatakan hal yang menambah tekanan jual adalah Mt. Gox minggu lalu yang memulai pembayaran Bitcoin senilai USD 9 miliar kepada kreditor, pemerintah AS menjual koin Silk Road dan Banmeet Singh yang disita.

"Meskipun aksi jual tersebut dapat mengakibatkan volatilitas jangka pendek, pasar Bitcoin cenderung memiliki likuiditas yang cukup untuk menyerapnya dan pulih dengan cukup cepat. Kecil kemungkinan aksi jual ini akan memicu penurunan tajam harga Bitcoin,” kata Lai, dikutip dari Yahoo Finance, Kamis (11/7/2024).

Meskipun Bitcoin merosot dalam beberapa minggu terakhir, ETF spot telah menerima modal segar, setelah arus keluar selama berminggu-minggu. Investor pada dana inilah yang mungkin memperlambat penurunan harga.

 

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.

 

 


Harga Bitcoin Stabil Usai The Fed Tak Beri Sinyal Penurunan Suku Bunga

Ilustrasi aset kripto Bitcoin. (Foto By AI)

Sebelumnya, harga kripto terbesar di dunia, Bitcoin tetap stabil usai ketua Federal Reserve (The Fed), Jerome Powell berpidato di hadapan anggota parlemen Senat AS pada 9 Juli lalu. Pada pidato tersebut, Powell tidak memberikan sinyal apapun terkait penurunan suku bunga AS. 

Dilansir dari Yahoo Finance, Kamis (11/7/2024), pada kesempatan tersebut, senator AS, John Kennedy bertanya kepada Powell kapan akan ada penurunan suku bunga, tetapi Powell menjawab tidak akan memberikan sinya apapun terkait suku bunga.

Melansir data dari Coinmarketcap, harga Bitcoin tetap stabil di kisaran USD 58.000 atau setara Rp 942,81 juta (asumsi kurs Rp 16.242 per dolar AS) meski Powell tidak memberikan sinyal terkait penurunan suku bunga AS. 

Pertanyaan senator Kennedy menggemakan sentimen yang lebih luas di kalangan pelaku pasar keuangan yang menginginkan petunjuk tentang langkah The Fed selanjutnya terkait kebijakan moneter dan suku bunga. 

Dengan harga Bitcoin yang mendekati level terendah dalam lima bulan, beberapa investor berharap potensi penurunan suku bunga pada akhirnya dapat meningkatkan harga mata uang kripto.

Suku bunga yang lebih rendah dapat melemahkan dolar dan mendukung harga Bitcoin, karena Bitcoin dipandang sebagai sistem moneter alternatif.  Kepala Penelitian di Grayscale, Zach Pandl mencatat komentar Powell mungkin membuka peluang bagi perubahan kebijakan moneter pada akhirnya. 

Dalam sambutannya, Powell menyoroti kemajuan The Fed dalam mengurangi inflasi namun juga mengakui risiko mempertahankan kebijakan moneter ketat dalam jangka waktu yang terlalu lama.

 


Lewat Bitcoin, Pemuda Ini Lipatgandakan Rp 19 Juta Jadi Rp 68 Miliar

Ilustrasi aset kripto Bitcoin. (Foto By AI)

Sebelumnya, Erik Finman menjadi berita utama pada 2018 ketika ia menjadi jutawan Bitcoin (BTC) termuda di dunia. Pada Mei 2011, saat usianya baru 12 tahun, Finman membuat kesepakatan dengan orang tuanya untuk tidak mengejar gelar sarjana tradisional. 

Dilansir dari Coinmarketcap, Rabu (10/7/2024), dia malah ingin menghasilkan banyak uang melalui cara lain. Finman muda memutuskan untuk menjadi jutawan pada usia 18 tahun. Peluang datang kepadanya dalam bentuk investasi kripto.

Terima Uang Rp 19,4 Juta dari Nenek

Pada 2011, Finman menerima USD 1.245 atau sekitar Rp 19,4 juta (asumsi kurs Rp 16.296 per dolar AS) dari neneknya. Pada saat itu, Bitcoin (BTC) diperdagangkan sekitar USD 12 atau setara Rp 187.423. Ia memutuskan untuk menginvestasikan uangnya ke dalam kripto asli, menerima sekitar 103 BTC.

Maju ke Desember 2017, BTC mencapai level tertinggi sekitar USD 20.000 atau setara Rp 312,3 juta. Investasi awal USD 1.245 meningkat menjadi USD 2,07 juta atau setara Rp 32,3 miliar. Ini berarti pertumbuhan sekitar 230,033 persen. Bocah laki-laki itu berhasil mencapai tujuannya dan menjadi jutawan pada usia 18 tahun.

Selain itu, Finman mungkin telah membeli lebih banyak BTC karena dia dikatakan memiliki sekitar 401 BTC, bernilai sekitar USD 4,4 juta, atau setara Rp 68,7 miliar pada Januari 2018.

Apa yang terjadi dengan jutawan Bitcoin muda itu?Finman menggunakan kekayaannya untuk mendirikan platform pendidikan. 

Finman adalah salah satu dari sedikit investor awal yang menghasilkan jutaan dengan BTC. Namun, banyak yang mengatakan bahwa perjalanan kripto asli masih panjang. 

Beberapa bahkan mengatakan BTC dapat mencapai harga lebih dari USD 100.000 dalam waktu dekat.

INFOGRAFIS: 10 Mata Uang Kripto dengan Valuasi Terbesar (Liputan6.com / Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya