Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak dunia turun pada perdagangan Jumat dan menghentikan reli atau kenaikan beruntun yang telah dicetak selama empat pekan. Reli harga minyak yang terjadi dalam hampir satu bulan ini telah kehilangan momentum.
Sebenarnya, pada perdagangan hari Jumat harga minyak naik di awal sesi melanjutkan penguatan yang telah dibukukan dua hari sebelumnya. Harga minyak naik karena inflasi konsumen Juni turun ke level terendah dalam lebih dari tiga tahun.
Advertisement
Data inflasi konsumen ini memperkuat harapan bahwa Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve (The Fed) akan menurunkan suku bunga tahun ini untuk menstimulasi permintaan.
Namun pasar berjangka akhirnya kehilangan momentum setelah data ekonomi lain yaitu harga grosir naik 0,2% pada Juni, sedikit lebih tinggi dari perkiraan para ekonom sebesar 0,1%.
Dengan begitu, harga minyak mentah AS membukukan kerugian sebesar 1,14% untuk minggu ini sementara Brent turun 1,74%.
Rincian Harga
Mengutip CNBC, Sabtu (13/7/2024), harga minyak West Texas Intermediate (WTI) AS untuk kontrak Agustus dipatok USD 82,21 per barel, turun 41 sen, atau 0,5%. Jika dihitung dari awal tahun sampai saat ini, harga minyak AS telah naik 14,7%.
Harga minyak Brent untuk kontrak September dipatok USD 85,03 per barel, turun 37 sen, atau 0,43%. Dari awal tahun sampai saat ini harga minyak yang menjadi acuan global ini telah naik 10,4%.
Sedangkan harga Bensin untuk kontrak Agustus dipatok ISD 2,51 per galon, cuma sedikit berubah dari perdagangan sebelumnya. Dihitung dari awal tahun sampai saat ini harga bensin sudah naik 19,6%.
Untuk harga gas alam kontrak Agustus dipatok USD 2,33 per seribu kaki kubik, naik 6 sen atau 2,69%. Dari awal tahun sampai saat ini harga gas turun 7,3%.
Investor Mengatur Ulang
Analis komoditas global JPMorgan Natasha Kaneva mengatakan, penurunan harga minyak tersebut sudah terlambat. Investor telah memangkas posisi mereka, mengatur ulang Brent ke nilai wajar USD 84 untuk Juli dan membuka jalan bagi target bank pada September menuju USD 90 per barel.
“Pandangan ini didukung oleh ekspektasi kami bahwa saldo minyak mentah dan cairan akan mengecil di bulan-bulan musim panas, yang menyebabkan penarikan stok secara signifikan,” tulis Kaneva dalam catatannya kepada klien.
Persediaan minyak mentah dan bensin AS turun untuk pekan yang berakhir 5 Juli, sebagai tanda bahwa permintaan bahan bakar musim panas mungkin mulai meningkat.
Namun OPEC dan Badan Energi Internasional kembali mengirimkan sinyal yang bertentangan mengenai tren permintaan tahun ini.
Kartel produsen minyak dunia ini optimistis, melihat permintaan meningkat sebesar 2,2 juta barel per hari pada tahun ini karena pertumbuhan ekonomi yang solid.
Di sisi lain, blok negara-negara Barat melihat permintaan tumbuh hanya di bawah 1 juta barel per hari karena melemahnya perekonomian global, khususnya di China.
Advertisement
Sinyal Beragam
Kaneva mengatakan, sinyal ekonomi yang beragam dari China menimbulkan pertanyaan mengenai pertumbuhan permintaan di negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia.
JPMorgan melihat permintaan minyak global meningkat sebesar 1,4 juta barel per hari tahun ini.
Meskipun sebagian besar infrastruktur minyak di Gulf Coast terhindar dari kerusakan akibat Badai Beryl, prakiraan cuaca di Colorado State University memperkirakan akan terjadi musim badai yang “sangat” aktif tahun ini.