Liputan6.com, Jakarta - PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) menghentikan penawaran umum Obligasi Berwawasan Lingkungan Berkelanjutan 1 Bank BRI Tahun 2022. Langkah penghentian obligasi ini karena ada beberapa pertimbangan.
BRI rencananya akan menerbitkan Umum Obligasi Berwawasan Lingkungan Berkelanjutan I Bank BRI Tahun 2022 dengan total dana yang dihimpun Rp 15 triliun. Sampai saat ini BRI telah menerbitkan obligasi tersebut 3 kali.
Advertisement
Rinciannya, penerbitan pertama pada 20 Juli 2022 dengan total emisi yang diterbitkan Rp 5 triliun. Kedua pada 17 Oktober 2023 dengan total emisi yang diterbitkan Rp 6 triliun.
Sedangkan penerbitan ketiga pada 20 Maret 2024 dengan total yang diterbitkan Rp 2,5 triliun. Dengan begitu masih ada sisa plafon dari target penerbitan sebesar Rp 1,5 triliun.
Dikutip dari keterbukaan informasi BRI kepada Bursa Efek Indonesia Minggu (14/7/2024), penghentian penerbitan obligasi berkelanjutan dengan sisa target dana yang tidak dihimpun, dilakukan dengan mempertimbangkan beberapa hal-hal.
"Suku bunga global diproyeksikan akan mulai turun di akhir tahun 2024 sehingga dapat memengaruhi cost of fund penerbitan surat berharga. Oleh karena itu, penerbitan instrumen jangka panjang saat ini dinilai kurang optimal bagi Perseroan," tulis keterangan tersebut.
"Pengelolaan aset treasury yang jatuh tempo di tahun 2024 akan difokuskan untuk memenuhi kebutuhan likuiditas kegiatan usaha Perseroan,"
Jangka Waktu
Untuk diketahui, Penawaran Umum Berkelanjutan Obligasi Berwawasan Lingkungan Berkelanjutan I Bank BRI Tahap I Tahun 2022 telah dinyatakan efektif melalui Surat OJK No. S-122/D.04/2022 tanggal 12 Juli 2022.
Pelaksanaan Penawaran Umum Berkelanjutan efek bersifat utang dan atau sukuk dapat dilaksanakan dalam periode dua tahun, dengan ketentuan pemberitahuan pelaksanaan bersifat utang dan atau sukuk terakhir disampaikan kepada OJK paling lambat pada ulang tahun kedua sejak efektifnya Pernyataan Pendaftaran (Pasal 2 POJK 36/2014).
Sehubungan dengan ketentuan di atas, izin pelaksanaan PUB Berwawasan Lingkungan Berkelanjutan I Bank BRI Tahun 2022 berakhir pada tanggal 12 Juli 2024.
"Oleh karenanya, Perseroan bermaksud melakukan penghentian penerbitan PUB Obligasi Berwawasan Lingkungan Berkelanjutan I Bank BRI Tahun 2022," tulis keterangan BRI ke BEI.
Saham BBRI Menutup Pekan Ini di Zona Hijau
Sebelumnya, harga saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) ditutup hijau pada perdagangan Jumat 12 Juli 2024. Saham BBRI naik 1,24 persen ke posisi 4.900. Saham BRI dibuka pada posisi 4.970 dan melenggang di zona hijau pada rentang 4.880-4.980.
Melansir data RTI, frekuensi perdagangan saham BBRI hari ini tercatat sebanyak 44.482 kali. Volume saham yang ditransaksikan yakni 327,14 juta lembar senilai Rp 1,62 triliun.
Dalam sepekan, saham BBRI naik 2,08 persen. Namun sejak awal tahun atau secara year to date (YTD), saham BBRI mengalami perubahan 14,41 persen. Belakangan, tersiar kabar crazy rich Surabaya Hermanto Tanoto mengincar saham bank besar seperti BBNI, BBRI, dan BMRI. Hal itu seiring koreksi yang terjadi pada saham bank besar belakangan ini, sementara prospek bank besar pada sisa tahun ini diproyeksikan cerah.
Pengamat Pasar Modal, Lanjar Nafi menerangkan, beberapa saham perbankan yang memiliki bobot besar pada Indeks sektor keuangan sub sektor industri perbankan di antaranya BBRI, BBNI, BMRI, BBCA, BRIS, ARTO, BBTN. Dalam catatannya, mayoritas saham-saham tersebut memiliki pertumbuhan total pinjaman (Total Loan Growth) dengan rata-rata double digit pada laporan keuangan terakhir secara tahunan.
"Hal ini menjadi modal yang kuat melihat prospek saham-saham perbankan besar di semester II tahun 2024," kata Lanjar dalam pemberitaan Liputan6.com sebelumnya.
Beberapa indikator utama yang mendukung prospek positif perbankan pada semester II 2024 di antaranya, pertama, pertumbuhan kredit yang signifikan menurut OJK secara keseluruhan di Indonesia.
Advertisement
Pertumbuhan DPK
Kemudian pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan tercatat Rp 8.699 triliun pada Mei 2024, kualitas kredit yang terkendali dengan rasio kredit bermasalah (NPL) gross perbankan tetap stabil di 2,34 persen dan NPL net di 0,79 persen (dibawah 5 persen sebagai batas umum kesehatan perbankan), serta Kredit untuk sektor UMKM juga menunjukkan perbaikan dengan LaR kredit UMKM turun menjadi 13,83 persen dari 17,63 persen tahun sebelumnya.
"Pertumbuhan kredit yang tumbuh di tengah tingginya tingkat suku bunga acuan sebagai acuan meningkatnya cost of funding milik pihak ketiga (Peminjam) dapat mencerminkan bahwa prestasi kinerja perbankan yang telah berjalan dengan sangat baik dan pihak ketiga yang juga tetap optimis,” jelas Lanjar.
Lanjar menjabarkan target harga saham median pada konsensus analis Bloomberg secara fundamental, rata-rata catatkan potensi penguatan lebih dari 10 persen per awal Juli 2024. BBRI di level 5.950. BMRI di level 7.400. BBCA di level 11.000. BRIS di level 2.900 dan BBTN di level 1.720.