Liputan6.com, Gaza - Puluhan jenazah warga Palestina telah diambil dari lingkungan Tal al-Hawa setelah pasukan Israel mundur dari beberapa bagian Kota Gaza, kata petugas penyelamat Palestina.
“Tim pertahanan sipil Gaza bergerak untuk menyelamatkan para korban. Mereka menemukan puluhan orang tewas. Kebanyakan dari mereka yang terbunuh adalah keluarga, perempuan, dan anak-anak. Beberapa mayat dimakan anjing,” kata juru bicara pertahanan sipil Gaza Mahmoud Basal pada hari Jumat (12/7) seperti dikutip dari Al Jazeera, Sabtu (13/7/2024).
Advertisement
"Setidaknya 60 jenazah dihitung. Beberapa jenazah dikuburkan di tempat. Yang lainnya dibawa ke rumah sakit terdekat."
Pasukan Israel telah memasuki lingkungan tersebut pekan ini setelah memerintahkan warga sipil untuk mengungsi pada hari Senin (8/7).
“Masih banyak jenazah yang tertimbun reruntuhan. Pasukan Israel ditempatkan di dekatnya dan upaya penyelamatan sering terhenti,” kata Basal.
Penemuan ini terjadi setelah pasukan Israel menarik diri dari lingkungan Shujayea di Kota Gaza. Pada hari Kamis, Basal mengatakan tim pertahanan sipil juga menemukan puluhan mayat dari sana, dan menambahkan bahwa lingkungan tersebut menjadi tidak dapat dihuni.
“Kesaksian yang terdokumentasi” telah diambil bahwa pasukan Israel menembaki penduduk di lingkungan tersebut meskipun mereka berada di jalur evakuasi yang ditentukan, katanya.
Kota Gaza Sebagian Besar Rata Dengan Tanah
Kota Gaza yang merupakan rumah bagi lebih dari seperempat penduduk Gaza sebelum perang, sebagian besar rata dengan tanah pada akhir tahun 2023, namun ratusan ribu warga Palestina telah kembali ke rumah mereka yang berada di reruntuhan sebelum Israel sekali lagi memerintahkan mereka untuk pergi.
Hamas, kelompok Palestina yang memerintah Gaza, menuduh pasukan Israel melakukan “kekejaman” dan menyerukan akuntabilitas internasional. Dalam sebuah pernyataan, kelompok tersebut menuduh Israel melakukan “pelanggaran keji” di Kota Gaza.
“Kekejaman yang terungkap setelah penarikan pasukan pendudukan teroris dari Tal al-Hawa di barat daya Kota Gaza, setelah berhari-hari melakukan serangan dan pemboman intensif yang menargetkan semua aspek kehidupan, merupakan kejahatan perang berupa genosida dan pembersihan etnis,” kata Hamas.
Mereka meminta PBB dan komunitas internasional untuk mengambil langkah segera guna mengakhiri “perang pemusnahan” yang dilancarkan Israel terhadap warga Palestina.
Advertisement
Pekerja Bantuan juga Jadi Sasaran Israel
Ketika pasukan Israel meningkatkan serangan di utara Gaza, mereka juga terus menargetkan wilayah di selatan Gaza yang terkepung.
Di Khan Younis, serangan udara Israel menewaskan sedikitnya empat pekerja bantuan dari organisasi kemanusiaan Inggris, Al-Khair Foundation.
Mereka “menjadi sasaran di titik distribusi di mana mereka bersiap untuk mendistribusikan bantuan di Khan Younis,” kata Hind Khoudary dari Al Jazeera, melaporkan dari Deir el-Balah.
“Yayasan Al-Khair telah bekerja di Jalur Gaza sejak hari pertama, mencoba memberikan bantuan makanan kepada masyarakat, dan banyak komoditas lainnya, dan kami kehilangan empat pekerja bantuan lainnya hari ini,” kata Khoudary.
Ini bukan pertama kalinya pasukan Israel menargetkan pekerja bantuan. Pada bulan April, tujuh orang yang bekerja dengan LSM World Central Kitchen (WCK) yang berbasis di Amerika Serikat tewas dalam serangan udara Israel di Gaza.
Pada saat itu, militer Israel mengatakan serangan terhadap konvoi tim WCK adalah “kesalahan besar” dan berjanji untuk melindungi pekerja bantuan.
Bagaimana Nasib Kesepakatan Gencatan Senjata Israel dan Hamas?
Mediator masih berusaha mencapai kesepakatan gencatan senjata yang akan membebaskan tawanan Israel dengan imbalan warga Palestina yang dipenjara oleh Israel.
Pada hari Jumat (12/7), seorang pejabat senior Hamas menyalahkan Israel atas kegagalannya memanfaatkan momentum yang tercipta ketika kelompok tersebut membatalkan tuntutan utama dalam tawaran gencatan senjata yang dirancang AS seminggu yang lalu untuk membuka jalan bagi kesepakatan.
“Israel belum memberikan sikap yang jelas mengenai usulan Hamas,” kata pejabat tersebut, yang meminta untuk tidak disebutkan namanya, kepada kantor berita Reuters, dan menuduh Israel “mengulur-ulur waktu dan membuang-buang waktu”.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan pada hari Kamis (11/7) bahwa ia tetap berkomitmen terhadap kerangka gencatan senjata di Gaza dan menuduh Hamas membuat tuntutan yang bertentangan dengan hal tersebut, tanpa mengatakan apa tuntutan tersebut.
Dua sumber Mesir mengatakan pada hari Kamis (11/7) bahwa perundingan telah mencapai kemajuan tetapi pengaturan keamanan dan jaminan gencatan senjata masih diupayakan.
Advertisement