Liputan6.com, Zhanjiang - China dan Rusia mengumumkan pada hari Jumat (12/7/2024) bahwa mereka sedang melakukan latihan angkatan laut bersama di perairan dan wilayah udara dekat Kota Zhanjiang di selatan Tiongkok.
Latihan bertajuk Joint Sea-2024 itu dimulai pada awal Juli dan akan berlangsung hingga pertengahan bulan, menurut Kementerian Pertahanan Tiongkok.
Advertisement
Kapal perusak berpeluru kendali, fregat berpeluru kendali, dan pemasok telah berkumpul di pantai Selatan Tiongkok untuk berpartisipasi dalam latihan tersebut, menurut media pemerintah Tiongkok, CGTN seperti dikutip dari VOA, Sabtu (13/7).
"Latihan yang sedang berlangsung ini adalah untuk menunjukkan tekad dan kemampuan kedua belah pihak dalam bersama-sama mengatasi ancaman keamanan maritim serta menjaga perdamaian dan stabilitas global dan regional," kata Zhang Xiaogang, juru bicara Kementerian Pertahanan Tiongkok.
Joint Sea-2024 adalah bagian dari kolaborasi pertahanan reguler yang disepakati antara kedua negara, menurut kementerian.
Putaran baru latihan angkatan laut ini "akan semakin memperdalam kemitraan koordinasi strategis komprehensif Tiongkok-Rusia di era baru," kata Zhang.
Kota Zhanjiang, yang terletak di Provinsi Guangdong di selatan Tiongkok, menghadap ke Laut Cina Selatan, jalur perairan yang kontroversial di mana Tiongkok memiliki banyak sengketa wilayah dengan negara-negara tetangga, termasuk Filipina.
Latihan angkatan laut tersebut diumumkan setelah KTT NATO di Washington, di mana negara-negara anggota menyebut hubungan strategis yang semakin mendalam antara China dan Rusia dan upaya kedua negara untuk "melemahkan dan membentuk kembali tatanan internasional berbasis aturan” sebagai “penyebab keprihatinan yang mendalam."
China mengatakan pernyataan NATO "dipenuhi dengan mentalitas Perang Dingin dan retorika yang berperang.”
Seorang juru bicara misi Tiongkok untuk Uni Eropa mengatakan dalam sebuah pernyataan pada hari Kamis bahwa pernyataan NATO itu “provokatif” dan penuh dengan “kebohongan dan fitnah yang jelas.”
Sebelumnya, China juga menjadi tuan rumah latihan militer bilateral dengan sekutu Rusia Belarus di perbatasan dengan Polandia, yang akan berlangsung hingga 19 Juli.
China-Belarus Gelar Latihan Militer Gabungan di Dekat Perbatasan NATO dan Uni Eropa
Belarus dan China memulai latihan militer gabungan pada hari Senin (9/7/2024). Hal tersebut diumumkan Kementerian Pertahanan Belarus, di mana kegiatan berlangsung hanya beberapa mil dari perbatasan Polandia, anggota NATO dan Uni Eropa.
Mayor Jenderal Vadim Denisenko dari militer Belarus menuturkan via Telegram seperti dilansir CNN, Rabu (10/7), bahwa latihan gabungan anti-teroris "Attacking Falcon" di Belarus akan menampilkan personel militer dari kedua negara yang "bertindak bersama" sebagai satu unit dalam tahap-tahap tertentu.
"Peristiwa di dunia ini rumit, situasinya rumit, oleh karena itu, setelah mempelajari bentuk dan metode baru dalam melakukan peperangan, di sini kita akan membahas semua momen ini dengan mempertimbangkan semua hal baru yang telah dipelajari dalam dua tahun terakhir," kata Denisenko.
Latihan gabungan tersebut diadakan di tempat latihan dekat Kota Brest di perbatasan Belarus-Polandia dan sekitar 40 mil dari perbatasan Minsk dengan Ukraina.
Belarus dan China telah mempererat hubungan mereka dalam beberapa tahun terakhir di bawah kepemimpinan Xi Jinping dan Alexander Lukashenko. Keduanya adalah otokrat dan sekutu kuat Presiden Rusia Vladimir Putin.
Dimulainya latihan anti-terorisme Belarus-China bertepatan dengan kunjungan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky ke Warsawa, di mana dia menandatangani perjanjian keamanan dengan Perdana Menteri Polandia Donald Tusk.
Latihan ini juga dimulai pada malam pertemuan puncak peringatan 75 tahun NATO di Washington, Amerika Serikat (AS), – di mana para pemimpin akan berupaya meningkatkan dukungan bagi Ukraina hampir dua setengah tahun sejak invasi Rusia.
Advertisement
China dan Kamboja Gelar Latihan Militer Tahunan Naga Emas
Sebelumnya, Kamboja dan China memulai latihan militer Naga Emas atau Golden Dragon tahunan mereka pekan ini untuk memperkuat kerja sama dan bertukar pengalaman militer.
"Sebanyak 1.315 personel militer dari Kamboja dan 760 dari China akan berpartisipasi dalam latihan selama 15 hari, yang didukung oleh tiga kapal perang China dan 11 kapal Kamboja," kata juru bicara militer Kamboja Mayjen Thong Solimo pada hari Senin (13/5/2024), seperti dilansir kantor berita AP, Selasa (14/5).
Dia menambahkan latihan tersebut, yang dimulai pada Kamis (16/5), bertujuan untuk melatih melawan terorisme dan memberikan bantuan kemanusiaan di kedua negara serta di kawasan.
Latihan tahunan Golden Dragon dimulai pada Desember 2016, tidak lama setelah Kamboja membatalkan latihan serupa dengan Amerika Serikat (AS) yang disebut Angkor Sentinel.
Kamboja adalah sekutu terdekat China di Asia Tenggara, sedangkan China adalah sekutu dan pemberi dana terpenting Kamboja, yang memiliki pengaruh kuat terhadap perekonomiannya.
Kamboja memiliki banyak proyek yang didanai China, khususnya infrastruktur, termasuk bandara dan jalan raya. Selain itu, proyek swasta seperti hotel, kasino, dan pengembangan properti juga termasuk.
Lebih dari 40 persen utang luar negeri Kamboja sebesar USD 10 miliar berasal dari China.
Tiongkok Gelar Pertemuan Militer Angkatan Laut dengan 30 Negara di Tengah Ketegangan Laut China Selatan
Sebelumnya lagi, Angkatan Laut China pada Minggu (21/4/2024) memulai pertemuan dua tahunan para pejabat tinggi angkatan laut asing di kota pelabuhan Qingdao.
Tujuannya untuk menunjukkan diplomasi militer yang akan diawasi dengan ketat untuk melihat tanda-tanda lebih banyak keterlibatan antara China dan Amerika Serikat.
Acara empat hari yang dihadiri delegasi dari 30 negara tersebut terjadi di tengah meningkatnya ketegangan di Laut China Selatan.
Terutama ketika sekutu perjanjian Amerika Serikat dan Filipina berada dalam perselisihan yang semakin sengit dengan Beijing mengenai jalur perairan strategis tersebut.
Komandan Armada Pasifik Laksamana Stephen Koehler akan menghadiri Simposium Angkatan Laut Pasifik Barat atas nama Amerika Serikat, menurut sumber yang mengetahui masalah tersebut.
Delegasi negara lainnya termasuk Australia, Prancis, India, Korea Selatan, Rusia dan Inggris.
Para peserta akan mengadakan pembicaraan tertutup pada Senin (22/4) dengan seminar mengenai topik-topik seperti mengatasi tantangan keamanan maritim.
Mereka juga akan membahas Code for Unplanned Encounters at Sea atau yang berarti kode yang tidak direncanakan di laut, yaitu seperangkat pedoman yang dirumuskan satu dekade lalu, yang dimaksudkan untuk mengurangi ketegangan antar militer di laut.
Pertemuan pendahuluan telah dilakukan pada Januari membahas pembentukan kelompok kerja untuk mencegah tabrakan drone di laut, media pemerintah melaporkan.
Advertisement