Protein Hewani Sangat Penting untuk Anak dengan Kanker, tapi Hindari Makan Daging Olahan

Dokter anak konsultan nutrisi metabolik, Yoga Devaera mengatakan bahwa asupan protein, terutama protein hewani penting untuk pemenuhan nutrisi pada anak dengan kanker.

oleh Rahil Iliya Gustian diperbarui 13 Jul 2024, 15:30 WIB
Menyambut Hari Anak Nasional: Peran Dukungan Suportif pada Anak dengan Kanker, oleh Yayasan Kanker Indonesia (YKI) dan Rumah Sakit Siloam MRCCC Semanggi, pada Sabtu, 13 Juli 2024, di Jakarta. (Foto: Dokumen Rumah Sakit Siloam)

Liputan6.com, Jakarta Dokter spesialis anak konsultan nutrisi metabolik Yoga Devaera mengatakan bahwa asupan protein terutama protein hewani penting untuk pemenuhan nutrisi pada anak dengan kanker.

"Apabila anak sedang dalam fase terapi, maka membutuhkan protein jauh lebih tinggi. Tentunya yang diutamakan adalah konsumsi protein hewani," kata Yoga dalam acara Menyambut Hari Anak Nasional: Peran Dukungan Suportif pada Anak dengan Kanker, oleh Yayasan Kanker Indonesia (YKI) dan Rumah Sakit Siloam MRCCC Semanggi, pada Sabtu, 13 Juli 2024, di Jakarta. 

Protein hewani memiliki kelebihan dibanding protein nabati. Yoga menjelaskan hal ini karena asam amino esensial pada protein hewani jauh lebih tinggi dan lebih lengkap dibandingkan dengan protein nabati.

"Kalau makan protein, protein ini tidak utuh masuk ke dalam darah. Kalau lewat makanan protein pasti dipecah menjadi kecil-kecil yaitu peptida dan paling kecil adalah asam amino," ujarnya.

Yoga menambahkan bahwa asam amino terbagi menjadi dua, ada yang bisa di produksi oleh tubuh dan ada yang tidak.

"Asam amino itu ada yang badan bisa bikin, tapi ada asam amino yang badan tidak bisa bikin, terpaksa datangnya dari makanan. Ini yang kita sebut sebagai asam amino esensial, dan ini adalah poin yang sangat membedakan antara protein hewani dan nabati," jelasnya.

Protein hewani yang sangat dianjurkan untuk anak-anak dengan kanker contohnya adalah putih telur dan kuning telur, daging sapi murni (bukan olahan) yang mengandung sekitar 26 gram protein per 100 gram, serta ayam tanpa kulit yang juga memiliki sekitar 26 gram protein per 100 gram.

 

 


Protein Hewani Memiliki Kandungan Anabolik yang Tinggi

Lebih lanjut, Yoga mengatakan kemoterapi/radiasi dapat menyebabkan perubahan berat badan dan komposisi tubuh, dalam hal ini masa ototnya menjadi jauh berkurang, sehingga membutuhkan kemampuan yang disebut sebagai anabolik.

Anabolik adalah kemampuan untuk badan membuat jaringan baru, termasuk jaringan otot. Yoga menyebutkan kemampuan membangun ini lebih tinggi pada protein hewani, dibandingkan protein nabati.

"Karena otonya cenderung berkurang, maka kita memerlukan makanan yang punya kemampuan anabolik, membangun. Jadi ini yang menjadi dasar mengapa protein hewani ini menjadi sangat penting.

Selain itu, Yoga mengatakan bahwa kandungan mineralnya, seperti zat besi, seng, dan lain-lain juga lebih tinggi pada protein hewani.

"Selain dapat protein, kita juga dapat zat gizi mikro."


Makanan Apa yang Harus Dihindari Pasien Kanker Anak?

Menyambut Hari Anak Nasional: Peran Dukungan Suportif pada Anak dengan Kanker, oleh Yayasan Kanker Indonesia (YKI) dan Rumah Sakit Siloam MRCCC Semanggi.

Yoga menyarankan untuk menghindari makanan daging sapi olahan seperti sosis karena komposisi yang terkandung dalam sosis memiliki tambahan bahan kimia.

Dokter lulusan Universitas Indonesia ini juga menyebutkan daging olahan seperti sosis memiliki lebih sedikit protein.

"Sosis yang beratnya 100 gram, kandungan proteinnya hanya 8 gram. Bandingkan dengan daging sapi yang 100 gram memiliki protein sebanyak 26,33 gram," jelas Yoga.

Selain itu, Yoga juga menyarankan untuk menghindari daging ayam olahan, karena lebih banyak jumlah karbohidratnya dari tepung dibandingkan protein.

"Kalau dilihat, kandungan karbohidratnya pada daging ayam olahan jauh lebih tinggi dibanding proteinnya. Karbohidrat ini berasal dari tepungnya," ujar Yoga.


Apa Bentuk Paling Umum dari Kanker pada Anak?

Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Budi Gunadi Sadikin dalam acara Menyambut Hari Anak Nasional: Peran Dukungan Suportif pada Anak dengan Kanker.

Menurut Globocan 2008, diperkirakan terdapat 175.300 kasus baru kanker anak usia 0-14 tahun. Angka kejadian kanker anak lebih tinggi di negara maju dibandingkan dengan negara berkembang.

Delapan puluh persen kanker pada anak terjadi di negara berkembang dengan kasus tertinggi adalah leukemia.

Mengutip dari WebMD, leukemia pada anak yang merupakan jenis kanker yang paling umum pada anak-anak dan remaja, adalah kanker sel darah putih. 

Sel darah putih abnormal terbentuk di sumsum tulang. Sel-sel ini dengan cepat mengalir melalui aliran darah dan menyingkirkan sel-sel sehat. Hal ini meningkatkan kemungkinan tubuh terkena infeksi dan masalah lainnya.

Dalam kesempatan yang sama, Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Budi Gunadi Sadikin menyampaikan sambutannya secara virtual,

"Kementerian Kesehatan terus berupaya untuk meningkatkan penanganan kanker pada anak di Indonesia, antara lain melalui penyiapan tenaga kesehatan di bidang onkologi pediatrik, penyelenggaraan riset, peningkatan akses obat, pemberian layanan di fasilitas kesehatan, serta perluasan jejaring kemitraan.”

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya