Kenaikan Tarif Listrik Terjadi Pakistan di Tengah Insiden Pemadaman Listrik dan Tantangan Ekonomi

Para pendemo memprotes pemadaman listrik yang berkepanjangan. Sambil memegang plakat dan meneriakkan slogan-slogan menentang perusahaan listrik di negara tersebut.

oleh Teddy Tri Setio Berty diperbarui 13 Jul 2024, 17:27 WIB
Polisi menangkap dokter saat aksi demonstrasi dari dokter dan tenaga medis di Pakistan, Senin (6/4/2020). Penangkapan sejumlah dokter dan perawat yang dilakukan polisi membuat pekerja medis mengancam akan berhenti bekerja kecuali jika demonstran dibebaskan. (AP Photo/Arshad Butt)

Liputan6.com, Islamabad - Di tengah serangkaian krisis yang sedang berlangsung, warga Pakistan semakin frustrasi dengan ketidakmampuan pemerintah untuk memberikan keringanan dari kenaikan tarif listrik, pemadaman listrik yang terus-menerus, dan inflasi.

Dikutip dari laman khaama, Kamis (11/7/2024) kekecewaan ini terbukti ketika ratusan penduduk menyerbu stasiun jaringan listrik di wilayah Sibi minggu lalu.

Mereka memprotes pemadaman listrik yang berkepanjangan. Sambil memegang plakat dan meneriakkan slogan-slogan menentang Perusahaan Listrik Quetta (Qesco), para demonstran mengungkapkan kemarahan mereka setelah perusahaan menghentikan pasokan listrik selama beberapa jam selama gelombang panas.

Protes yang penuh kekerasan tersebut menyoroti ketidakpuasan yang berkembang di antara warga negara di negara yang bergulat dengan tantangan ekonomi.

Pemerintah Perdana Menteri Shehbaz Sharif yang baru terpilih belum menemukan solusi untuk meringankan keputusasaan negara tersebut.

Sektor listrik tetap menjadi masalah yang signifikan bagi penduduk, diperparah dengan persetujuan pemerintah atas kenaikan harga listrik yang substansial yang berlaku mulai bulan Juli.

Keputusan ini semakin membebani masyarakat, khususnya kelompok berpenghasilan rendah.

 


Kenaikan Tarif hingga Lebih 50 Persen

Ilustrasi bendera Pakistan (pixabay)

Kenaikan tarif, yang mencapai 51% atau Rs 7,12, diperkirakan akan menghasilkan tambahan Rs 580 miliar dari 32,5 juta konsumen, terutama rumah tangga.

Hal ini terjadi di tengah lanskap ekonomi yang sudah terbebani oleh salah urus dan kebijakan energi yang cacat selama tiga dekade terakhir.

Sekitar 26 juta rumah tangga, yang mewakili kelompok termiskin dan berpenghasilan rendah-menengah, akan paling terpengaruh oleh kenaikan harga.

Selain itu, pemerintah telah memperkenalkan biaya bulanan tetap untuk konsumen rumah tangga, mulai dari Rs 200 hingga Rs 1.000, yang pertama dalam sejarah negara tersebut.

Keputusan untuk menaikkan tarif listrik merupakan syarat yang ditetapkan oleh Dana Moneter Internasional (IMF) bagi Pakistan untuk mengamankan paket talangan berikutnya.

Meskipun ada seruan berulang kali dari pemberi pinjaman internasional untuk reformasi sektor listrik yang tepat, tanggapan pemerintah terutama adalah untuk menaikkan harga listrik daripada menerapkan perubahan sistemik.

 


Sektor Energi di Pakistan

Kedutaan besar Pakistan di Indonesia merayakan Hari Nasional Pengibaran Bendera Pakistan, Sabtu (24/03/2024). (Liputan6.com/Fitria Putri Jalinda).

Diskusi tentang privatisasi sektor energi juga telah terjadi. Manfaat potensial dari privatisasi mencakup peningkatan efisiensi dan akuntabilitas, tetapi ada kekhawatiran tentang dampaknya terhadap aksesibilitas dan keterjangkauan bagi masyarakat luas.

Implementasi kebijakan dan reformasi yang tepat di sektor tenaga listrik dapat membantu mencegah kerusuhan di masa mendatang dan memperbaiki situasi secara keseluruhan.

Mengatasi masalah seperti pemadaman listrik, yang terus memengaruhi beberapa wilayah bahkan selama salah satu musim panas terpanas di Pakistan pada tahun 2024, sangat penting bagi stabilitas negara.

Banner Infografis Adu Kekuatan Tempur Pakistan Vs India. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya