Meski Alami Baby Blues, Psikolog Berpesan Agar Ibu Tetap Beri ASI pada Bayi

Baby blues, merupakan sebuah kondisi mental yang umum terjadi pada hampir 80 persen perempuan yang baru melahirkan.

oleh Tim Health diperbarui 14 Jul 2024, 19:00 WIB
Ilustrasi ibu menyusui. (dok. Unsplash.com/sickhews)

Liputan6.com, Jakarta - Para ibu tetap harus memberikan ASI eksklusif pada anak meski tengah mengalami sindrom baby blues. Hal ini disampaikan psikolog klinis anak dan remaja dari Lembaya Psikologi Terapan Univeristas Indonesia Vera Itabiliana S.Psi, M.Psi.

Vera menjelaskan, baby blues bisa dialami ibu selama beberapa hari hingga dua minggu.

"Baby blues dapat dialami oleh seorang ibu selama beberapa hari hingga dua minggu. Jadi ibu tidak perlu menjaga jarak dengan anak di luar waktu pemberian ASI ya,” kata Vera, dilansir ANTARA.

Baby blues, kata Vera, merupakan sebuah kondisi mental yang umum terjadi pada hampir 80 persen perempuan yang baru melahirkan.

Gejala baby blues bisa muncul selama satu sampai lima hari setelah persalinan dan dapat mereda dalam 10 hari. Dalam kurun waktu tersebut ibu akan merasakan perasaan sedih, marah, cemas dan lelah.

Meski banyak merasa lelah dan mudah sekali marah, Vera mengatakan para ibu tidak perlu merasa belum siap menjadi seorang ibu ataupun membangun keluarga.

Sebab biasanya penderita sindrom baby blues masih bisa menjalankan aktivitasnya sehari-hari seperti memberikan ASI eksklusif dan merawat bayinya dengan baik.

Guna mencegah kondisi baby blues semakin parah dan mengganggu proses menyusui, Vera menyarankan ibu tetap mendapat makanan bergizi dan teratur. Hal ini untuk menjaga energi dan kesejahteraan ibu. Misalnya dengan banyak minum air putih atau susu yang mengandung tinggi kalsium. 

 


Ke Luar Rumah agar Suasana Hati Membaik

Sementara bagi ibu yang merasakan stres akibat baby blues bisa berjalan ke luar rumah agar suasana hati menjadi jauh lebih baik. Vera mengatakan, ibu juga bisa meminta bantuan dari orang-orang terdekat seperti anggota keluarga ataupun komunitas untuk mendapat ketenangan dan dukungan sosial.

Wanita yang baru menjadi ibu, menurutnya, perlu waktu untuk banyak istirahat baik di siang hari atau malam dan melakukan aktivitas yang menarik agar dapat menyesuaikan diri dengan perannya yang baru.

“Tapi tetap ya, jika gejala berlanjut lebih dari dua minggu, dan dapat menunjukkan kondisi yang lebih serius seperti depresi perinatal, mohon segera hubungi pihak profesional,” ujar Vera.

 


Andil Keluarga Jaga Ibu dari Baby Blues

Vera melanjutkan bahwa keluarga juga memiliki andil untuk menjaga ibu selama mengalami baby blues. Terutama untuk suami, dapat memberikan bantuan berupa berbagi peran mengasuh bayi sebagai bentuk dukungan emosional yang kuat bagi ibu.

Kemudian ketika ibu merasa lelah, suami dapat mendengarkan ceritanya dan memberikan semangat tanpa harus menghakimi maupun menilai kondisinya.

“Pasangan juga bisa mengajak ibu berjalan kaki setiap hari, tujuannya agar ibu merasa lebih baik,” katanya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya