Ekspor Indonesia Semester I 2024 Merosot 2,76%, BPS Ungkap Biang Keroknya

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat total nilai ekspor sepanjang Semester I-2024 mengalami penurunan sebesar 2,76 persen dibanding periode yang sama tahun lalu.

oleh Tira Santia diperbarui 15 Jul 2024, 11:50 WIB
Sebuah kapal bersandar di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Jumat (4/12/2020). Perbaikan kinerja ekspor dari Kuartal II sebesar minus 11,7 persen menjadi minus 10,8 persen di Kuartal III dan kuartal IV menjdi pijakan untuk perbaikan ditahun 2021. (merdeka.com/Imam Buhori)

Liputan6.com, Jakarta Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat total nilai ekspor sepanjang Semester I-2024 mengalami penurunan sebesar 2,76 persen dibanding periode yang sama tahun lalu.

"Total ekspor pada periode Januari sampai dengan Juni 2024 mencapai USD125,09 miliar atau turun 2,76 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya," kata Plt. Kepala BPS Amalia A. Widyasanti dalam konferensi pers BPS, Senin (15/7/2024).

Penurunan tersebut kata Amalia, ternyata didorong oleh penurunan ekspor non migas. Ekspor non migas mencapai USD117,19 miliar atau turun sebesar 2,99 persen. Sedangkan ekspor migas migas mencapai USD7,9 miliar atau naik 0,77 persen.

Lebih lanjut, jika dilihat menurut sektor penurunan ekspor non migas secara kumulatif terjadi disektor pertambangan dan lainnya yang menjadi pendorong utama atas menurunnya kinerja ekspor non migas Januari-Juni 2024 dengan andil penurunan sebesar 3,21 persen.

Jika dilihat menurut negara dan kawasan tujuan utama ekspor, maka nilai ekspor nonmigas ke Tiongkok tercatat sebesar USD27,02 miliar atau turun 9,72 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar USD29,93 miliar.

Selanjutnya, jika dibandingkan secara kumulatif dengan periode yang sama tahun lalu, maka pada periode Januari-Juni 2024 ekspor non migas ke kawasan ASEAN dan Uni Eropa juga mengalami penurunan.

Untuk ekspor non migas ke ASEAN mencapai USD21,01 miliar pada Januari-Juni 2024, sedangkan pada periode tahun 2023 sebesar USD22,84 miliar. Lalu, ke Uni Eropa hanya sebesar USD8,34 miliar pada Januari-Juni 2024, dan periode sebelumnya USD8,76 miliar

Sementara ekspor Indonesia ke Amerika Serikat dan India mengalami peningkatan. Untuk ekspor non migas ke Amerika Serikat mencapai USD12,19 miliar, periode tahun lalu hanya USD11,40 miliar. Kemudian, ke India mencapai USD10,69 miliar, dan periode tahun sebelumnya hanya USD9,40 miliar.


Data BPS: Ekspor Juni 2024 Sentuh USD 20,84 miliar, Turun 6,65%

Petugas beraktivitas di area bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Jumat (29/10/2021). Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan neraca perdagangan Indonesia pada September 2021 mengalami surplus US$ 4,37 miliar karena ekspor lebih besar dari nilai impornya. (Liputan6.com/Angga

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat adanya penurunan nilai ekspor pada Juni 2024 lalu. Tercatat, nilai ekspor Juni 2024 mencapai USD 20,84 miliar, angka ini menurun dari bulan sebelumnya.

"Nilai ekspor mencapai USD20,84 miliar atau turun 6,65% dibandingkan Mei 2024," kata Plt. Kepala BPS Amalia A. Widyasanti dalam konferensi pers BPS, Senin (15/7/2024).

Dia mencatat, penurunan tersebut didorong oleh besaran nilai ekspor migas tercatat sebesar USD1,23 miliar atau turun 13,24 persen. Serta, ekspor nonmigas yang turun sebesar 6,20 persen dengan nilai USD19,61 miliar.

Penurunan nilai ekspor pada Juni secara bulanan terutama didorong oleh penurunan ekspor non migas bijih logam dan abu yang masuk dalam kelompok HS 26 ini turun sebesar 98,32%, di mana andilnya terhadap ekspor non migas sebesar 4,57%.

Kemudian, logam mulia dan perhiasan Permata dalam kelompok HS 71 turun 45,76% yang andilnya sebesar 1,97%, nikel dan barang daripadanya yang masuk dalam kategori HS 75 turun sebesar 25,20% di mana andilnya terhadap ekspor non migas sebesar 0,96%.

Sementara, penurunan ekspor migas terutama didorong oleh penurunan nilai ekspor hasil minyak dengan andil sebesar 0,94%.

Namun, kata Amalia, secara tahunan nilai ekspor Juni 2024 mengalami peningkatan sebesar 1,17%. Kenaikan ini tentunya didorong oleh peningkatan ekspor non migas terutama pada barang dari besi dan baja, nikel dan barang daripadanya, dan tembaga dan barang daripadanya.


Neraca Perdagangan Indonesia Surplus 49 Bulan Beruntun, Pemerintah Wanti-wanti Ancaman Global

Aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (25/10). Kebijakan ISRM diharapkan dapat meningkatkan efisiensi pelayanan dan efektifitas pengawasan dalam proses ekspor-impor. (Liputan6.com/Immaniel Antonius)

Sebelumnya, Indonesia sukses mencatat surplus neraca perdagangan sebesar USD 2,93 miliar pada Mei 2024. Capaian itu sekaligus memperpanjang tren surplus neraca dagang RI menjadi 49 bulan berturut-turut sejak Mei 2020. 

Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu mengapresiasi kinerja perdagangan Indonesia yang tetap membukukan surplus di tengah aktivitas ekonomi global yang masih melambat. 

"Hal ini memberikan indikasi bahwa ketahanan ekonomi kita cukup kuat. Mamun kita harus tetap waspada dan terus memperkuat dukungan kebijakan demi mendorong pertumbuhan yang berkelanjutan," ujar Febrio dalam keterangan tertulis, Kamis (20/6/2024).

Adapun nilai ekspor Indonesia pada Mei 2024 tercatat sebesar USD 22,33 miliar, naik sebesar 2,86 persen (yoy). Didorong oleh peningkatan ekspor nonmigas sebesar 2,50 persen (yoy) dan ekspor migas sebesar 8,44 persen (yoy). 

Kenaikan ekspor nonmigas terutama ditopang oleh peningkatan mayoritas komoditas utama seperti besi dan baja, mesin dan perlengkapan elektrik, serta nikel dan barang daripadanya.  Sementara kenaikan ekspor migas didorong oleh peningkatan ekspor minyak mentah dan gas alam di tengah penurunan ekspor hasil minyak. 

 


Impor Indonesia

Aktivitas bongkar muat kontainer di dermaga ekspor impor Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Rabu (5/8/2020). Menurut BPS, pandemi COVID-19 mengkibatkan impor barang dan jasa kontraksi -16,96 persen merosot dari kuartal II/2019 yang terkontraksi -6,84 persen yoy. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Secara kumulatif, nilai ekspor Indonesia Januari-Mei 2024 tercatat sebesar USD 104,25 miliar dengan negara tujuan ekspor terbesar ke Chinq, disusul Amerika Serikat, India, dan Jepang.

Di sisi lain, nilai impor Indonesia pada Mei 2024 tercatat sebesar USD 19,40 miliar, turun 8,83 persen (yoy). Itu didorong oleh penurunan mayoritas komoditas utama impor seperti kendaraan dan bagiannya, besi dan baja, mesin dan peralatan mekanik, serta mesin dan perlengkapan elektrik. 

Berdasarkan golongan penggunaan barang, penurunan impor terjadi pada barang konsumsi, bahan baku/penolong, dan barang modal, masing-masing sebesar 16,19 persen (yoy), 7,51 persen (yoy), dan 10,13 persen (yoy). Meskipun mengalami penurunan nilai, volume impor Mei 2024 tercatat mengalami peningkatan sebesar 2,54 persen (yoy).

"Pemerintah akan terus memantau dampak perlambatan global terhadap ekspor nasional, serta menyiapkan langkah antisipasi melalui dorongan terhadap keberlanjutan hilirisasi sumber daya alam, peningkatan daya saing produk ekspor nasional, serta diversifikasi mitra dagang utama," imbuh Febrio.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya