Liputan6.com, Jakarta PT Kimia Farma Tbk (KAEF) berencana untuk menutup 5 pabriknya. Staf Khusus Menteri BUMN Arya Sinulingga meminta karyawan Kimia Farma yang terdampak bisa mendapatkan hak-haknya.
"Arahan kita, kalaupun dilakukan seperti itu harus win-win solution bagi Kimia Farma dan karyawan," ujar Arya, ditemui di Kantor Perum Perhutani, Jakarta, Senin (15/7/2024).
Dia menjelaskan, keputusan menutup 5 pabrik Kimia Farma bukan keputusan yang mudah. Kendati begitu, soal karyawannya juga harus mendapatkan solusi yang terbaik.
Advertisement
"Kan mau gak mau kan memang mereka harus lakukan itu terpaksa kan, karena pabrik tutup ya pasti berlebih, tapi mereka harus bikin yang terbaik, gak boleh enggak," urainya.
Kapasitas Pabrik Besar
Arya menuturkan, kapasitas pabrik Kimia Farma saat ini cukup besar. Pada saat yang sama, dengan 10 pabrik yang beroperasi saat ini, membuat beban terhadap biaya yang dikeluarkan.
Seperti diketahui, utilisasi pabrik Kimia Farma cukup rendah. Data perusahaan mencatat hanya 40 persen dari kapasitas pabrik itu yang digunakan.
"Ya memang kapasitasnya enggak ini kok, tidak, jadi under capacity," ucapnya.
Stafsus Erick Thohir itu turut membuka opsi pabrik itu bisa ditutup atau dijual ke pihak lain. Meski begitu, belum ada keputusan pasti terkait rencana tersebut.
Kapan Pabrik Kimia Farma Tutup?
Diberitakan sebelumnya, PT Kimia Farma Tbk (KAEF) berencana untuk mengurangi jumlah pabriknya sebagai upaya untuk efisiensi bisnis. Saat ini Kimia Farma mengoperasikan sekitar 10 pabrik, dan nanti akan dikurangi menjadi 5 pabrik saja. Lantas, bagaimana nasib karyawannya?
Direktur Produksi dan Supply Chain Kimia Farma, Hadi Kardoko mengatakan pengurangan pabrik merupakan langkah rasionalisasi fasilitas produksi. Harapannya, ada penghematan biaya dan melakukan reorientasi bisnis untuk penyehatan perusahaan.
"Tentu langkah ini salah satu langkah dalam rangka, tiga tantangan yaitu reorentasi bisnis, restrukturisasi keuangan, dan efisiensi. Nah, salah satu cara kita melakukan efisiensi itu tentu kita melakukan rasionalisasi fasilitas produksi yang mana fasilitas produksi kita itu 10, kita akan rasionalisasi menjadi 5," ungkap Hadi dalam paparan publik KAEF, di Jakarta, dikutip Rabu (26/6/2024).
Tujuan utama pengurangan 5 pabrik tadi adalah untuk meningkatkan utilisasi pabrik yang tersisa. Asumsinya, ketika 10 pabrik beroperasi, utilisasinya hanya di bawah 40 persen. Namun, ketika yang beroperasi 5 pabrik, ada kemungkinan utilisasinya meningkat lebih tinggi.
Di sisi lain, dengan jumlah pabrik yang sedikit juga bisa menurunkan biaya operasional perusahaan. Melihat pada total biaya yang dibutuhkan untuk operasional masing-masing pabrik.
"Maka nantinya kita harapkan yang saat ini utilisasi kita yang hari ini, kalau kemarin di paparan juga disampaikan ya, tiga shift kita itu kurang dari 40 persen gitu ya," kata dia.
"Nah, nanti dengan kita melakukan penataan ini akan meningkatkan utilisasi kita, tentunya di atas 40 persen, dan juga terjadi proses efisiensi yang lebih baik," jelasnya.
Advertisement
Ada PHK?
Lebih lanjut, Hadi mengatakan ada kemungkinan pemutusan hubungan kerja (PHK) bagi sebagian dari karyawan atas pengurangan pabrik tadi. Namun, terkait jumlahnya dia mengaku masih menghitung dampaknya secara komprehensif.
"Tentu kami memperhatikan betul kalau memang nantinya akan ada dampak betul terhadap rasionalisasi pegawai," ucapnya.
Kendati begitu, sejauh ini Hadi memastikan akan tetap memenuhi kewajiban perusahaan terhadap karyawan yang terkena PHK.
"Maka Kimia Farma akan memperhatikan yang menjadi hak-hak dari karyawan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, itu menjadi komitmen kami dalam hal ini," tegas dia.